Bank Perkreditan Rakyat BPR dalan Ketentuan Hukum Perbankan di

Sebaliknya, dalam Domokrasi Ekonomi harus dihindari timbulnya ciri-ciri negatif sebagai berikut 101 : a Sistem free Fight Liberalime yang membutuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan mempertahankan kelemahan stuktural posisi Indonesia dalam ekonomi dunia. b Sistem etatisme dalam nama Negara beserta aparatur ekonomi Negara bersifat dominan serta mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi sektor Negara. c Pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.

C. Bank Perkreditan Rakyat BPR dalan Ketentuan Hukum Perbankan di

Indonesia UU Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan. Sebelum berlakunya Undang – undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan ketentuan mengenai Bank Perkreditan Rakyat diatur dalam Undang – undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan yaitu 102 : a Pasal 1 angka 2, defenisi Bank Perkreditan Rakyat; b Pasal 13, 14, dan 15, mengenai usaha Bank Perkreditan Rakyat; c Pasal 21 ayat 2 mengenai bentuk hukum Bank Perkreditan Rakyat; d Pasal 16, 19, 23, 24, 25 mengenai perizinan, bentuk hukum dan kepemilikan; 101 Ibid. 102 Undang – undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan Universitas Sumatera Utara Setelah berlakunya Undang – undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang – undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, ketentuan mengenai Bank Perkreditan Rakyat diatur dalam 103 : a Pasal 1 angka 4, mengenai perubahan defenisi Bank Perkreditan Rakyat; b Pasal 16 dan 19, mengenai Perizinan usaha. Lahirnya Undang – undang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang Nomor 10 tahun 1998, antara lain didasarkan pada pertimbangan bahwa telah terjadi perkembangan dalam perekonomian nasional dan semakin gencarnya tantangan dalam persaingan Internasional sehingga perbankan harus benar – benar dipersiapkan untuk menghadapi situasi lingkungan persaingan global. Dengan adanya Undang – undang perbankan ini, pemerintah dapat melakukan langkah – langkah sebagai berikut 104 : a Menata kembali struktur kelembagaan sektor dengan menberikan keleluasaan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. b Memberikan kesempatan kepada sektor perbankan untuk memperluas jangkauan pelayanannya, baik pelayanan perbankan umum yang menjangkau semua lapisan masyarakat maupun pelayanan perbankan yang berkonsentrasi pada sektor ekonomi berskala kecil atau usaha lemah terutama diwilayah pedesaan. c Memperkuat landasan hukum terhadap pengaturan, pengawasan, dan pembinaan perbankan. 103 Undang – undang Nomor 10 tahun 1998 sebagaimana telah diubah dari Undang – undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. 104 Dahlan Siamat, Op.cit, hal.399 Universitas Sumatera Utara Atas pertimbangan tersebut diatas maka dalam Undang – undang Nomor 7 tahun 1992 dilakukan penyederhanaan sistem perbankan dengan melakukan penggolongan bank ke dalam dua jenis saja, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Pengaturan operasional BPR lebih lanjut ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 622PBI2004 tanggal 9 Agustus 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat 105 . Pengaturan lebih lanjut mengenai Bank Perkreditan Rakyat yang terdapat pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 622PBI2004 tanggal 9 Agustus 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat lahir berdasarkan pada pertimbangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung perkembangan usaha yang bersifat dimamis diperlukan perbankan nasional yang tangguh dan efisien, sebagai bagian dari perbankan nasional kelembagaan Bank Perkreditan Rakyat perlu diperkuat untuk mewujudkan industry yang sehat, kuat, produktif dan berdaya saing agar mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya usaha mikro kecil. Atas dasar tersebut maka perlu mengatur kembali ketentuan kelembagaan Bank Perkreditan Rakyat yang lebih lanjut mengenai pengaturan operasional dalam Peraturan Bank Indonesia. Pada Peraturan Bank Indonesia ini pula Bank Perkreditan Rakyat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu Bank Perkreditan Rakyat yang melakukan kegiatan usaha perbankannya secara konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang melakukan kegiatan usaha perbannkan secara syariah 106 . 105 Ibid. 106 Ibid. Universitas Sumatera Utara

BAB IV GOOD CORPORATE GOVERNANCE GCG