BAB II GOOD CORPORATE GOVERNANCE GCG
DALAM KETENTUAN HUKUM KORPORASI INDONESIA
A. Konsep dan Pengertian Good Corporate Governance GCG
Berbagai peristiwa dalam dasawarsa terakhir telah menjadikan corporate governance sebuah isu penting di kalangan para eksekutif, organisasi – organisasi
NGO, para konsultan korporasi, akademis, dan regulator pemerintah di berbagai belahan dunia. Isu – isu yang terkait dengan corporate governance seperti insider
trading, transparansi, akuntabilitas, independensi, etika bisnis, tanggung jawab social corporate social responsibilitydan perlindungan investor telah menjadi
ungkapan – ungkapan yang lazim diperbincangkan di kalangan para pelaku usaha. Corporate governance juga telah menjadi salah satu isu paling penting bagi para
pelaku usaha di Negara kita
21
. Dengan perkembangan – perkembangan di atas isu corporate governance yang
tadinya hanya bersifat marginal kini telah menjadi isu sentral.Oleh sebab itu, dibutuhkan pemahaman yang memadai tentang corporate governance. Merupakan
hal yang sia – sia bahkan berbahaya bila kita sekedar mengikuti trend atau kepatuhan terhadap regulasi tanpa memahami makna dan manfaat GCG. Tanpa
21
I Nyoman Tjager,S.H,M.A, Drs.F.Antonius Alijoyo,M.M,M.B.A, Humphrey R. Djemat,S.H,L.L.M, Mayjen TNI Purn Dr.Bambang Soembodo,M.M,M.B.A serta didukung oleh
FCGI, Corporate Governace - Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia, 2003, PT.Prenhallindo, Jakarta, hal.18
Universitas Sumatera Utara
pemahaman yang memadai akan makna dan manfaat GCG maka praktik dan sistem yang baik ini hanya akan menjadi retorika, slogan, atau aksesoris yang
tidak berguna
22
. Perkembangan konsep corporate governance sesungguhnya telah jauh dimulai
sebelum isu corporate governance menjadi kosa kata yang paling hangat di kalangan eksekutif bisnis. Bersama dengan dikembangkannya sistem korporasi di
Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat sekitar satu setengah abad lalu 1840-an, isu corporate governance telah muncul kepermukaan, meskipun berupa saran
exhortation dan anekdot
23
. Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi keseimbangan
kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis kita. Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan sebuah sistem
pengukuran yang dapat menyerap setiap dimensi strategis dan operasional bisnis serta berbasis informasi
24
. Pengukuran kinerja konsep GCG berdasarkan kepada lima dasar
25
, yaitu: 1
Perlindungan hak pemegang saham, 2
Persamaan perlakuan pemegang saham, 3
Peranan stakeholders terkait dengan bisnis, 4
Keterbukaan dan transparansi, 5
Akuntabilitas dewan komisaris.
22
Ibid, Hal.23
23
Ibid
24
“Good Corporate Governance” http:www.bpkp.go.idindex.php?idunit=21idpage=326
diakses tanggal 3 Juni 2009
25
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Oleh sebab itu, pembicaraan tentang corporate governance tidak dapat dipisahkan dengan konsep dan sistem korporasi itu sendiri. Adapun tentang
korporasi, defenisi Hunger dan Wheelen menyebutkan bahwa Korporasi adalah mekanisme yang dibangun agar berbagai pihak dapat memberikan kontribusi
berupa modal, keahlian expertise dan tenaga demi manfaat bersama
26
”. Secara umum istilah Good Corporate Governance merupakan sistem
pengendalian dan pengaturan perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan, maupun ditinjau dari
nilai-nilai yang terkandung dari mekanisme pengelolaan itu sendiri
27
. Untuk memperoleh gambaran tentang pengertian corporate governance
dibawah ini dikutip dari berbagai sumber :
a Pengertian menurut OCED Organization for economic co-operation and
development
Mendefenisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board dan pemegang saham dan pihak lain yang
mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Good corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur, perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan
atas kinerja. Good corporate governance yang baik dapat memberikan perangsangan atau
insentif yang baik bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham dan harus memfasilitasi
26
Ibid
27
Tim Corporate Governance
BPKP, “Good
Corporate Governance”, http:bpkp.go.idindex.php?idunit=21idpage=326OD di akses tanggal 3 Juni 2009
Universitas Sumatera Utara
pemonitoran yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya dengan lebih baik dan efisien
28
.
b Bank Dunia World Bank
Good corporate governance adalah kumpulan hukum, peraturan – peraturan dan kaidah – kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber –
sumber perusahaan secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar
secara keseluruhan.
c Tim GCG BPKP
Mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai berikut, yaitu: Komitmen, aturan main, serta praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan
beretika
29
.
d Cadbury Committe of the United Kingdom 1999
Definisi Corporate governance CG yakni: Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan
30
.
28
Ibid.
29
“Good Corporate Governance”, http:www.bpkp.go.idindex.php?idunit=21idpage=326, diakses tanggal 3 Juni 2009
30
Muhammad Adrian Muluk Contributor CIC – FCGI, “GCG di Lembaga Keuangan Mikro–Kajian Kebutuhan Penerapan”,
http:www.cic-fcgi.orgnewsgovernanceGCGdiLembaga Keuangan Mikro - Kajian Kebutuhan Penerapannya.shtml
di akses tanggal 4 Juni 2009
30
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
e Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI
Mendefenisikan corpotare governance sebagai berikut : Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus
pengelola perusahaan, pihak kerditor, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak –
hak dan kewajiban atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporarate Governance ialah untuk menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan stakeholder
31
.
f Cadbury Report
Istilah “corporate governance” sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee ditahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam
laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik yang sangat menentukan bagi praktik corporate
governance di seluruh dunia. Cadbury Report mendefenisikan corporate governance sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan
mengendalikan organisasi
32
.
g Prakarsa dari Universitas Indonesia kalangan akademis
Good corporate governace adalah mekanisme administratif yang mengatur hubungan – hubungan antara menejemen perusahaan, komisaris, direksi,
pemegang saham dan kelompok – kelompok kepentingan stakeholder yang lain. Hubungan – hubungan ini dimanifiestasikan dalam bentuk berbagai aturan
31
Op.cit, hal.50
32
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
permainan dan sistem intensif sebagai framework yang diperlukan untuk menentukan tujuan – tujuan serta pemantauan kinerja yang dihasilkan”
33
.
h Good Corporate Governance Workship Kantor Meneg PM BUMN,
Desember 1999
Good Corporate Governance berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahan, etika, nilai, sistem, proses bisnis,
kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, peneglolaan sumber daya dan resiko
secara lebih efisien dan efektif serta penenggung jawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya
34
.
i IICG The Indonesian Institute for Corporate Governance
Good Corporate Governance adalah struktur, sistem dan proses dalam mengelolaan perusahaan kearah peningkatan kemakmuran dan pertanggung
jawaban perusahaan dengan tujuan akhir mewujudkan nilai jangka panjang pemegang saham dengan tetap menjaga kepentingan berbagai pihak yang terkait
stakeholder. Struktur merupakan satu kesatuan tatanan wewenangan dan tanggung jawab dalam hal pengambilan keputusan. Sistem adalah merupakan
suatu landasan operasional yang menjadi dasar mekanisme check and balance kewenangan atas penggelolaan perusahaan yang dapat mengantisipasi peluang
yang menyimpang. Proses merupakan cara untuk memastikan pelaksanaan prinsip
33
Ibid., hal. 28
34
Iman Sjahputra Tunggal, Membangun Good Corporate Governance, Jakarta, Harvindo, 2002, hal.12
Universitas Sumatera Utara
– prinsip Good Corporate Governance dalam menentukan tujuan dan saran, pencapaian, pengukuran kinerja, dan evaluasi kinerja
35
.
j Asian Development Bank
Good Corporate Governance adalah adanya unsur – unsur shareholder, right, equal treatment of shareholder, dan adanya disclosure keterbukaan, dan
transparency transparansi
36
.
k Dr. Emil Salim
Good Corporate Governance adalah wilayah permasalahan yang menyangkut dipisahnya pemilik dengan pengelola perusahaan, struktur kepemilikan yang
beraneka ragam, pengawasan dari pemegang saham, monitoring dari kreditor, disiplin dan proteksi, pasar untuk kontrol perusahan, pengaturan pasar sekuritas,
persaingan pasar dan keuangan korporasi.
l Bank Indonesia
Good Corporate Governance adalah sebagai suatu sistem, proses, dan struktur organisasi yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola kegiatan bank
sentral kearah peningkatan kinerja dan akuntabilitas. Tujuan akhirnya menaikan nilai Value bank sentral dalam jangka panjangdan mampu meyakinkan
memenuhi kepentingan stakeholder. Definisi diatas menjelaskan bahwa Corporate Governance adalah sistem yang
bisa digunakan untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan. Good Governance timbul dari kebutuhan usaha akan tata kelola perusahaan yang baik
35
Ibid.
36
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Good Corporate Governance, yang menegakkan prinsip-prinsip transparan, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan berkeadilan
37
. Defenisi diatas hanyalah sebagian dari bermacam – macam defenisi corporate
governance karena corporate governance dapat didefenisikan dalam perspektif yang luas atau dalam perspektif yang sempit
38
. Sedangkan untuk keseragaman berdasarkan defenisi – defenisi diatas dapat kita
simpulkan bahwa corporate governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
berbagai pihak yang berkepentingan stakeholder terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi
tercapainya tujuan organisasi. Corporate governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan - hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan -
kesalahan mistake signifikan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan – kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera
39
. B.
Prinsip Dasar dan Asas Good Corporate Governance GCG
Dalam konteks tumbuhnya kesadaran dan arti penting Corporate Governance ini, Organization for Economic Corporation and Development OECD telah
mengembangkan sperangkat prinsip – prinsip Good Corporate Governance dan dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi,
dimasing – masing Negara
40
.
38
Ibid.
39
Ibid.
40
Ibid., hal.49
Universitas Sumatera Utara
Prinsip – prinsip diharapkan menjadi titik rujuk bagi para regulator pemerintah dalam membangun framework bagi penerapan corporate
governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip – prinsip ini dapat menjadi guidance atau pedoman dalam mengelaborasi best practice bagi
peningkatan nilai valuation dan keberlangsungan sustainability perusahaan
41
. Prinsip – prinsip OECD mencakup lima bidang utama yaitu :
1 Pertanggungjawaban Responsibility.
Yaitu kesesuaian di dalam pengelolahan perusahaan terhadap peraturan perundang - undangan yang berlaku dan prinsip - prinsip korporasi
42
. Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang
saham juga kepada stakeholder tetapi juga kepada pihak – pihak yang berkepntingan lainnya
43
. 2
Transparansi Transparency Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahan
44
. Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan
dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan mengenai struktur dan operasi korporasi
45
41
Ibid.
42
Ibid., hal.53.
43
“Good Corporate Governance” http:www.bpkp.go.idindex.php?idunit=21idpage=326
diakses tanggal 3 Juni 2009
44
Loc.cit
45
Loc.cit
Universitas Sumatera Utara
3 Akuntabilitas Accountability
Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan tanggung jawab organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif
46
. Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar
47
. 4
Kesetaraan dan Kewajaran Fairness Yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak – hak stakeholder
yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang – undang yang berlaku
48
. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran
49
. 5
Independensi Independency Yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara professional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang – undang yang berlaku dan prinsip –
prinsip korporasi yang sehat
50
. Untuk melancarkan pelaksanaan asas Good Corporate Governance,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
46
Op.cit.
47
Op.cit.
48
Loc.cit.
49
Loc.cit.
50
Loc.cit
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
51
Prinsip – prinsip diatas terkait langsung dengan permasalahan yang dihadapi dunia usaha pada umumnya yakni masalah korupsi dan ketidak jujuran, tanggung
jawab sosial dan etika korporasi, tata kelola sektor publik, dan reformasi hukum
52
. Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI sebuah organisasi
profesional non-pemerintah yang bertujuan mensosialisasikan praktik good corporate governance menjabarkan prinsip – prinsip di atas sebagai berikut
53
: 1.
Fairness Kewajaran Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada
pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan
perdagangan saham oleh orang dalam Insider Trading
54
. Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan membuat peraturan korporasi
yang melindungi kepentingan minoritas, membuat pedoman perilaku perusahaan corporate conduct dan atau kebijakan – kebijakan yang
melindungi korporasi terhadap perbuatan buruk orang dalam, self-dealing dan konflik kepentingan, menetapkan peran dan tanggung jawab Dewan Komisaris,
Direksi, Komite, termasuk sistem remunerasi menyajikan informasi secara
51
Loc.cit
52
Loc.cit, hal.50
53
Ibid.
54
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
wajarpengungkapan material apa pun mengedepankan Equal Job Opportunity
55
2. Disclousure dan Transparency Taransparansi
Hak – hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta
dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan – perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari keuntungan
perusahaan
56
. Pengungkapan yang tepat dan akurat pada waktunya serta transparansi
mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan stakeholder
57
. Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem
akuntansi accounting system yang berbasiskan standar akuntansi dan best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang
berkualitas, mengembangkan Information Technology IT dan Management Information System MIS untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang
memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh Dewan Komisaris dan Direksi, mengembangkan enterprise risk management yang
memastikan bahwa semua risiko signifikan telah diidentifikasikan, diukur, dan dapat dikelola pada tingkat toleransi yang jelas, mengumumkan jabatan yang
kosong secara terbuka
58
.
55
Ibid.
56
Ibid., hal.51
57
Ibid.
58
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
3. Accountability Akuntabilitas
Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif effective oversight berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang saham
Dewan Komisaris, dan auditor.Merupakan bentuk pertanggung jawaban manajemen kepada perusahaandan para pemegang saham
59
. Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan Laporan Keuangan
Financial Statement pada waktu yang tepat dan cara yang tepat; mengembangkan Komite Audit dan Resiko untuk mendukung fungsi
pengawasan oleh Dewan Komisaris; mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan fungsi Internal Audit sebagai mitra bisnis strategic
berdasarkan best practice bukan sekedar audit. Transformasi menjadi “Risk- based” Audit; menjadi manajemen kontrak yang bertanggung jawab dan
menangani pertentangan dispute; penegakan hukum Sitem Penghargaan dan sanksi; mengunakan External Auditor yang memenuhi syarat berbasis
professional
60
. 4.
Responsibility Responsibilitas Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh
hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang
59
Ibid.
60
Ibid., hal.52
Universitas Sumatera Utara
kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan
61
. Ini merupakan tangung jawab korporasi sebagai anggota masyarakat yang
tunduk kepada hukum dan bertindak dengan memperhatikan kebutuhan- kebutuhan masyarakat sekitarnya
62
. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tangung jawab
merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang; menyadari akan adanya tangung jawab social; menghindari penyalahgunaan kekuasaan; menjadi
profesional dan menjunjung etika; memelihara lingkungan bisnis yang sehat
63
. C.
Good Corporate Governance GCG dalam Ketentuan Hukum Korporasi Indonesia.
Hukum pada dasarnya dipahami sebagai suatu sistem norma yang mengatur kehidupan bersama dalam masyarakat. Dalam mengatur hubungan itu
hukum berusaha mencari bahkan menciptakan keseimbangan antara memberi kebebasan kepada individu dengan, sehingga dengan itu terjadi konflik antara
individu dengan masyarakat dapat dihindarkan
64
. Pada bagian lain, hukum dipandang sebagai sarana pemecahan konflik
yang rasional. Hal ini dimungkinkan karena hukum tidak didasari fakta – fakta mengenai kekuatan atau kelemahan alamiah, tetapi sesuai dengan kriteria objektif
yang berlaku. Dalam konteks inilah suatu hukum yang baik harus mampu dan mempunyai sifat yang responsif terhadap kebutuhan atau dalam menjawab
61
Ibid.
62
Ibid.
63
Ibid.
64
E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum, Storia Grafika, Jakarta, 2001, hal.83
Universitas Sumatera Utara
persoalan masyarakat sekaligus mengarahkan masyarakat untuk mencapai tujuan hidupnya
65
. Corporate Governace menjadi salah satu alternatif yang oleh banyak pakar
direkomendasikan menjadi katalisator dalam upaya mempercepat pemulihan sektor korporasi di Indonesia. Namun, ditemukan relatif lain banyak aspek dari
prinsip – prinsip corporate governance yang tidak atau belum terjangkau oleh hukum korporasi yang ada saat ini. Keterbatasan regulasi dan tolak ukur
penerapan corporate governance dan kondisi penerapan hukum yang belum mapan di Indonesia sehingga penyalah gunaan wewenang masih sulit diatasi
melalui hukum yang ada secara transparan
66
, secara empiris ternyata menjadi faktor – faktor kendala yang utama dalam penerapan corporate governance di
Indonesia. Oleh sebab itu, tercuat keinginan yang kuat dari kalangan dunia usaha agar dilakukan penyempurnaan hukum korporasi yang ada, antara lain dengan
meresepsi semua aspek yang menyangkut corporate governance
67
. Keinginan seperti itu tidak mudah diterima oleh semua pihak. Penolakan
secara radikal didasari argumentasi yang memandang corporate governance hanya sebagai masalah manajemen semata – mata. Masih menurut paham ini,
bahwa kerena sistem hukum Indonesia berbeda dari sistem hukum anglo saxon yang memperkenalkan corporate governance, maka tindakan meresepsi semua
prinsip corporate governance tanpa reserve merupakan tindakan keliru
68
.
65
Op.cit., hal.105.
66
Kusnan M. Djawir, Tangga Menuju Perusahaan Terpercaya, Majalah SWA 23, edisi XVIII, 5-17 November 2002, hal.94.
67
Loc.cit., hal.106.
68
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
a Good Corporate Governance pada BUMN
Untuk Badan – badan Usaha Milik Negara BUMN masalah jatuh – bangun sistem korporasinya dipandang bukan karena salah urus, tetapi semata –
mata hanya soal political will dari pemerintah. Sebab, dalam praktik pengelolaan BUMN sarat dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Ada begitu banyak
kepentingan yang melingkupi BUMN. Aparat pemerintah dapat mengeksploitasi posisinya dari dalam maupun dari luar perusahaan untuk memperkaya diri sendiri
atau kroninya
69
. Menyadari kontribusi badan – badan usaha Negara terhadap keterpurukan
keuangan dan moneter Negara sangat signifikan, maka sepanjang tahun 2002 diberlakukan beberapa peraturan tentang kewajiban menerapkan corporate
governance di lingkungan BUMN. Pada tanggal 4 Juni 2002 tentang pembentukan Komite Audit bagi Badan Usaha Milik Negara
70
. Peraturan Komite Audit ini ditindak lanjuti dengan memberlakukan
Keputusan Mentri BUMN nomor Kep – 117M – MBU2002 tanggal 1 Agustus 2002. Dalam peraturan ini corporate governance diatur lebih komperehensif
dibandingkan dengan institusi lain. Setiap BUMN diwajibkan untuk menerapkan corporate governance secara baik, konsisten, dan atau menjadikannya sebagai
landasan operasionalnya
71
.
69
Akbar Faizal, Tanri Abeng Menjawab: Profesional versus Politik, Alexindo Media Komputindo, Jakarta, 2002, hal.4.
70
Ibid.
71
Ibid., hal.108
Universitas Sumatera Utara
b Good Corporate Governance pada Hukum Perbankan.
Dalam pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia dinyatakan, untuk terciptanya kondisi yang mendukung implementasi Good
Corporate Governance yang efektif, salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan otoritas terkait adalah penerbitan peraturan perundang –
undangan yang memungkinkan dilaksankannya Good Corporate Governance secara efektif.
Selain itu pemerintah dan otoritas terkait harus mampu menjamin dan membuktikan bahwa penegakan hukum law enforcement dilakukan secara
serius. Disisi lain, sebagai subjek Good Corporate Governance bank perlu menerapkan standar akuntansi dan standar audit yang sama dengan standar yang
berlaku umum serta melibatkan auditor eksternal dalam proses audit. Tujuannya supaya diperoleh ukuran yang sama dengan ukuran ditempat lain.
Dengan demikian, stakeholder dapat berharap akan interpretasi yang sama atas fenomena – fenomena yang sejenis. Sebab pada dasarnya persoalan Good
Corporate Governance adalah persoalan tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholder.
Pada bidang perbankan, misalnya antara lain adalah Peraturan Bank Indonesia nomor227PBI2000 tentang Bank Umum. Dalam peraturan ini diatur kriteria
yang wajib dipenuhi calon anggota Direksi dan Komisaris bank umum, serta batasan transaksi yang diperbolehkan atau dilarang dilakukan pengurus bank.
Melalui penerapan peraturan itu diharapkan dapat dieliminasi penyimpangan
Universitas Sumatera Utara
operasi bank yang dilakukan oleh Direksi dan Komisaris, maupun yang bukan interest perseroan Bank.
Dengan semakin kompleksnya risiko yang dihadapi bank, melindungi kepentingan
stakeholders, meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan serta peningkatan kualitas pelaksanaan good corporate
governance untuk memperkuat kondisi internal perbankan nasional sesuai dengan Arsitektur Perbankan Indonesia API maka diberlakukanlah Peraturan Bank
Indonesia nomor 84PBI2006 juncto nomor 814PBI2006 tentang Pelaksanaan Good Corrporate Governance di Bank Umum
72
.
c Good Corporate Governance pada Perseroan Terbatas
Dalam Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Undang – Undang PT nomor 4 tahun 2007 menganut model yang membedakan tugas dan kewenangan
direksi dengan komisaris. Untuk menyesuaikan implementasi GCG, Peraturan tentang Perseroan Terbatas memiliki ruang lingkup kedudukan dan tanggung
jawab komisaris, direksi, dan para pemegang saham. Mengingat bahwa dalam prinsip pengelolaan usaha yang baik pengaturan tanggung jawab dari setiap organ
yang ada dalam PT akan mempengaruhi desain kewenangan dan tanggung jawab yang ditetapkan didalam Anggaran Dasar. Tanpa adanya direksi dan komisaris
suatu PT tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai sebuah institusi badan yang melakukan aktivitas usaha untuk mencari keuntungan ekonomis. Agar direksi
dalam melaksanakan tugasnya tidak melampaui wewenangnya maka dilakukan
72
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pengawasan oleh dewan komisaris dan dibatasi oleh RUPS sebagai pemilik perseroan melalui ketentuan – ketentuan yang diatur dalam UUPT
73
. Selain itu perumusan prinsip – prinsip corporate governance perlu juga
diselaraskan dengan nilai – nilai social budaya yang tumbuh berkembang dalam masyarakat Indonesia. Sebab corporate governance merupakan suatu konsep yang
berasal dari negara lain yang culture maupun sistem hukumnya berbeda dari negara Indonesia. Tanpa memperhatikan nilai – nilai masyarakat itu maka
pembaruan UUPT yang turut mengatur prinsip – prinsip corporate governance yang diasumsikan dapat mendongkrak kinerja korporasi di Indonesia hanya akan
merupakan kesia – siaan dan pemborosan sumber daya
74
. Mengingat pengaruh dari aspek yuridis terhadap keterpurukan korporasi di
Indinesia tidak cukup signifikan maka menurut para penganut paham ini, yang harus diprioritaskan untuk memperbaiki kinerja korporasi di Indonesia bukanlah
mengubah UUPT, tetapi melaksanakan law enforcement secara konsisten dan konsekuen
75
.
d Good Corporate Governance pada Pasar Modal
Dalam strategi pengembangan umum pasar modal Indonesia oleh Badan Pengawas Pasar Modal disadari bahwa salah satu penyebab rentannya perusahaan
– perusahaan di Indonesia terhadap gejolak perekonomian adalah lemahnya penerapan Good Corporate Governance dalam perusahaan. Kondisi tersebut
ditandai dengan standar laporan yang minimal tentang kinerja keuangan
73
Indra Surya S.H., LL.M Ivan Yustiavandana S.H., LL .M., Penerapan Good Corporate Governance – Mengesampingkan Hak – Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha,
2006, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, hal.114
74
Op. cit, hal 113
75
Loc.cit
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, khususnya tentang kewajiban utang piutang, tidak ada direktur Independen dan diragukannya independensi auditor.
Disamping itu mekanisme yang mendorong perusahaan untuk mentaati peraturan dan penegakan hukum masih kurang. Sanksi yang diberikan kepada
mereka yang melanggar peraturan tidak memadai terutama pada situasi ekonomi yang tidak menguntungkan. Agar pelaksanaan Good Corporate Governance dapat
dimengerti maka perlu dicermati keempat aspek tersebut yaitu aspek kewajaran, transparansi, akuntabilitas dan tanggung jawab.
Untuk menunjang pemulihan bidang pasar modal yang turut porak – poranda dihantam badai krisis tahun 1997 juga diterbitkan serangkaian peraturan
yang bersangkutan dengan corporate governance. Lembaga komisaris independen mapun komite audit mendapat respon yang paling apresiatif dari otoritas pasar
modal. Adanya keharusan dalam perusahaan publik untuk memiliki komisaris independen dan komite audit diatur dalam Surat Edaran Ketua Bapepam nomor
SE-03PM2000 tanggal 5 Mei 2000. Ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut dalam Surat Edaran BEJ nomor SE-005BEJ09-2001 juncto Surat Direksi BEJ nomor
Kep 339BEJ07-2001 tanggal 20 Juli 2001, Peraturan I-A. Dalam kedua peraturan ini diatur tata cara pemilihan, syarat – syarat yang wajib dipenuhi oleh
calon komisaris independen, tugas dan tanggung jawabnya dalam perusahaan publik
76
.
76
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Penerapan Good Corporate Governance di Indonesia telah diperkuat dengan kapastian hukum, dengan lahirnya peraturan perundangan antara lain :
1. Ketetapan MPR No. XIMPR1998 Tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KKN. 2.
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang dirobah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
3. Keputusan Menteri NegaraKepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan
Badan Usaha Milik Negara No. Kep-23PM PBUMN2000 tanggal 31 Mei 2000 Tentang Pengembangan Praktek Good Corporate Governance GCG
dalam Perusahaan Perseroan. 4.
Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-117M-MBU2002 tanggal 1 Agustus 2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada
Badan Usaha Milik Negara. 5.
Surat Edaran Menteri PM-PBUMN No. S-106M-PM.PBUMN2000 tanggal 17 April 2000 perihal Kebijakan Penerapan Corporate Governance yang baik
di semua BUMN. 6.
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia No. 37aM-PAN2002 tanggal 28 Februari 2002 perihal Intensifikasi dan
Percepatan Pemberantasan KKN. 7.
Surat Komisaris PT Pos Indonesia Persero Nomor. 518S-KU2000 tanggal 2 Oktober 2000 perihal Pelaksanaan GCG dan Instruksi Untuk Pembentukan
Tim Perumus Panduan Penerapan GCG.
Universitas Sumatera Utara
8. Surat Komisaris PT Pos Indonesia Persero Nomor. 520S-KU2000 tanggal 2
Oktober 2000 perihal Pembentukan Komite Audit. 9. Keputusan Direksi PT Pos Indonesia Persero No. 81Dirut1201 tanggal 27 Desember 2001 Tentang
Gerakan Moral Pos Indonesia. BTP Bersih, Transparan dan Profesional.
Universitas Sumatera Utara
BAB III BANK PERKREDITAN RAKYAT BPR