DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………….... i
ABSTRAKSI …………………………………………… v
DAFTAR ISI …………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
D. Keaslian Penulisan
E. Tinjauan Kepustakaan
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan
BAB II GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM KETENTUAN
HUKUM KORPORASI INDONESIA A.
Pengertian dan Konsep Good Corporate Governance B.
Prinsip Dasar dan Asas Good Corporate Governance C.
Good Corporate Governance dalam Ketentuan Hukum Korporasi di Indonesia
BAB III BANK PERKREDITAN RAKYAT BPR DALAM
KETENTUAN HUKUM PERBANKAN INDONESIA A.
Pengertian dan Konsep Bank Perkreditan Rakyat BPR. B.
Prinsip Dasar dan Asas pada Bank Perkreditan RakyatBPR.
Universitas Sumatera Utara
C. Bank Perkreditan Rakyat BPR dalan Ketentuan Hukum
Perbankan di Indonesia
BAB IV GOOD CORPORATE GOVERNANCE GCG PADA BANK
PERKREDITAN RAKYAT BPR A.
Dasar Hukum Good Corporate Governanace GCG di Lembaga Keuangan Mikro BPR
B. Good Corporate Governance pada Bank Perkreditan Rakyat
BPR
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN TERHADAP PERLUNYA PENERAPAN GOOD CORPOTARE GOVERNANCE GCG DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BPR
ABSTRAKSI
Sejauh ini, Bank Indonesia hanya mewajibkan Bank Umum untuk menerapkan GCG dalam operasional usahanya. LKM yang cakupannya sangat
luas meliputi Bank, Koperasi dan organisasi non bank, masih belum tersentuh aturan GCG. Meskipun skala yang dijalankan adalah mikro namun sebagai
lembaga keuangan, aktivitas usaha LKM tetap membawa konsekuensi risiko terkait pertanggungjawaban dana masyarakat publik.
Peraturan Bank Indonesia PBI no.84PBI2006 mewajibkan Bank Umum melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan
usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Peraturan Bank Indonesia no.84PBI2006 diatas secara khusus mengatur
penerapan GCG untuk Bank umum, namun tidak wajib bagi Bank Perkreditan Rakyat BPR. Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melayani khususnya
pengusaha mikro dan kecil. Sebagai suatu konsep yang biasanya diterapkan bagi perusahaan-perusahaan
besar, BUMN atau Bank umum, pertanyaan mendasar adalah apakah GCG perlu juga diterapkan di LKM? Apakah GCG di LKM cukup sebatas wacana saja
mengingat ada banyak faktor yang masih harus dikaji dan disesuaikan dengan kondisi LKM.
Universitas Sumatera Utara
Corporate Governance timbul dari kebutuhan usaha akan tatakelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance, yang menegakkan prinsip-
prinsip transparan, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan berkeadilan. Agency theory menjelaskan hubungan sebab akibat antara principal dengan
agent. Jika dibawakan dalam konteks LKM, Agency theory menjelaskan antara lain permasalahan yang muncul antara masyarakat kecil sebagai pemilik LKM
dengan manajemen atau pengelola BPR sebagai agent. Bagi sebagian besar LKM yang tumbuh dan berkembang ditengah masyarakat, pemegang sahamnya relatif
banyak dan beragam dengan berbagai kepentingan. Selain tersebarnya kepemilikan saham, industri LKM juga dihadapkan pada
minimnya pengetahuan para pemegang sahamnya atas hak dan kewajibannya. Ketidak pahaman ini membawa konsekuensi tidak berjalannya mekanisme
pertanggungjawaban dan pengawasan LKM.Dalam kondisi seperti ini penegakan prinsip-prinsip GCG akan menjadi penting terutama dari sisi transparansi dan
keadilan fairness. Pihak-pihak yang memiliki pengaruh didalam suatu LKM harus diawasi oleh pihak independen dan capable.
Permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai pengaturan Good Coorporate Governance pada Hukum Korporasi Indonesia, pengaturan Bank
Perkreditan Rakyat pada Ketentuan Hukum Perbankan Indonesia, serta dasar hukum perlunya penerapan Good Corporate Governance pada Lembaga
Keuangan Mikro dalam hal ini Bank Perkreditan Rakyat BPR. Dalam memperoleh data pada penulisan skripsi ini, dilakukan melalui penelitian
kepustakaan library research yaitu mengumpulkan bahan – bahan teori dari
Universitas Sumatera Utara
kepustakaan seperti bahan hukum primer yaitu Peraturan Bank Indonesia No.814PBI2006 Tahun 2006, Peraturan Bank Indonesia No. 622PBI2004,
Undang –Undang no.10 Tahun 1998. Bahan hukum sekunder seperti seminar, jurnal hukum, koran, karya ilmiah, dan beberapa sumber dari internet, yang
berkaitan dengan penulisan skripsi ini serta bahan hukum tertier seperti kamus dan ensiklopedia.
Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilaksanakan oleh BPR untuk menciptakan hasil maksimal dan menambah nilai perusahaannya, yakni melalui
implementasi GCG. Implementasi GCG diyakini akan semakin menambah nilai perusahaan BPR karena pengelolaannya telah teruji melalui pengelolaan secara
transparan, amanah, profesional, efektif dan selalu memberikan upaya terbaik bagi stakeholders. Langkah-langkah penguatan identitas diri melalui GCG dapat
dilakukan dengan beberapa cara : a.
Pemilik dan pengelola BPR wajib memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
b. Dalam rangka mendukung tersedianya SDM yang memadai, terutama pada posisi
pengambil keputusan, ditetapkan kewajiban bagi direksi untuk memiliki sertifikat dari lembaga sertifikasi profesional.
c. Dalam rangka meningkatkan daya saing BPR, telah dicantumkan secara jelas tiga
kegiatan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia, yaitu mempermudah pembukaan kantor cabang, memfasilitasi pembentukan jasa bersama untuk memperkuat
kelembagaan industri BPR dan meningkatkan keterkaitan linkage program
Universitas Sumatera Utara
antara BPR dan bank umum. Prospek BPR yang semakin cerah haruslah dikelola secara seksama agar memperoleh manfaat secara maksimal.
Saran yang diajukan adalah sebagaimana yang dipahami secara luas, Good Corporate Governance adalah suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan stakeholders. Oleh karena itu, sangat logis bila diperlukan sebuah aturan dan
ketentuan-ketentuan dalam rangka mendorong penerapan Good Corporate Governance bagi BPR.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN