Dasar Hukum Good Corporate Governance GCG di Lembaga Keuangan

BAB IV GOOD CORPORATE GOVERNANCE GCG

PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT BPR

A. Dasar Hukum Good Corporate Governance GCG di Lembaga Keuangan

Mikro BPR Yang menjadi dasar hukum perlunya penerapan pada Good Corporate Governance di Lembaga Keuangan Mikro khususnya pada Bank Perkreditan Rakyat, yaitu : a Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance KNKCG pada bulan Januari 2004 yang berisikan 107 : 1. Prinsip dasar Good Corporate Governance GCG; 2. Governance structure; 3. Best practices; 4. Peranan otoritas pengawas bank; 5. Pedoman praktis penerapan Good Corporate Governance GCG. Prinsip dasar GCG yang diutarakan adalah prinsip dasar yang digunakan dalam penerapan GCG di Indonesia dengan akronim TARIF, yang merupakan singkatan dari Transparency, Accountability, Responsibility, Independent and Fairness. 107 Karlen Simarmata Leo J. Susilo, Good Corporate Governance Pada Bank – Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Melaksanakannya, Jakarta, PT. Hikayat Dunia, 2007, hal.79 Universitas Sumatera Utara Bagian kedua Governance structure menguraikan fungsi, peranan dan tanggung jawab organ perseroan dan organ pendukung, seperti auditor, komite audit, compliance officer, sekertaris perusahaan, dewan pengawas syariah dan stakeholder lainnya. Bagian ketiga mengenai Best practices yang berisikan mengenai uraian singkat mengenai pedoman perilaku code of conduct, rekomendasi untuk membentuk corporate value dan corporate culture, mentaati kebiasaan atau praktik Internasional dalam dunia perbankan. b Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor 84PBI2006 jo Nomor 814PBI2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum yang dikeluarkan pada tanggal 30 Januari dan 5 Oktober 2006 108 . Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor 84PBI2006 jo Nomor 814PBI2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum mewajibkan Bank Umum melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. PBI diatas secara khusus mengatur penerapan GCG untuk Bank umum, namun tidak wajib bagi Bank Perkreditan Rakyat BPR 109 . Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melayani khususnya pengusaha mikro dan kecil. Kategori Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia bentuknya beragam, bukan hanya BPR melainkan juga termasuk Koperasi Simpan Pinjam KSP, Koperasi Jasa Keuangan Syariah lebih dikenal dengan nama Baitulmal Wattamwil, BRI unit desa dan Lembaga Kredit Desa BKD 110 . 108 Ibid. 109 Muhammad Adrian Muluk Contributor CIC – FCGI, “GCG di Lembaga Keuangan Mikro–Kajian Kebutuhan Penerapa, loc.cit. 110 Ibid. Universitas Sumatera Utara Mengacu pada peraturan BI nomor 84PBI2006 jo Nomor 814PBI2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi bank umum disebutkan bahwa pertimbangan mengeluarkan aturan tersebut antara lain dengan semakin kompleksnya risiko yang dihadapi bank tidak terkecuali oleh Bank Perkreditan Rakyat sendiri, sehingga semakin meningkat pula kebutuhan praktek good corporate governance oleh perbankan. Selain itu dalam rangka meningkatkan kinerja Bank, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan, diperlukan pelaksanaan good corporate governance yang telah terlebih dahulu diterapkan pada Bank Umum 111 . Sehingga perlu pula diterapkan pada Bank Perkreditan Rakyat agar dapat menyempurnakan aspek pengaturan dan pengawasan, mendorong penyehatan BPR bermasalah, memperkuat struktur governance BPR, menciptakan iklim kondusif bagi perkembangan BPR maupun mendukung penguatan infrastruktur industri. Seluruh upaya tersebut dikonsolidasikan untuk menciptakan perbankan Indonesia yang memiliki daya saing yang teruji kehandalannya 112 . B. Good Corporate Governance GCG pada Bank Perkreditan Rakyat BPR Salah satu unsur penting dalam kelompok industri perbankan nasional adalah Bank Perkreditan Rakyat BPR. Sebagai bank yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembiayaan sektor usaha mikro, kecil dan menengah UMKM, kehadiran BPR bagaikan air di tengah padang pasir 113 . 111 Ibid. 112 Mohamad Fajri M.P, ”Implementasi GCG Bank Perkereditan Rakyat “, http:shafconsulting.blogspot.com200811 implementasi-gcg-bank-perkreditan.html, loc.cit. 113 Ibid. Universitas Sumatera Utara Harus diakui bahwa sektor UMKM pada saat ini merupakan sektor yang sangat penting. Sektor UMKM telah membuktikan dirinya sebagai sektor yang paling mampu bertahan terhadap badai krisis ekonomi yang memporak porandakan perekonomian nasional. Sektor UMKM tetap berdiri kokoh dan semakin diakui dan dilindungi keberadaannya oleh pemerintah 114 . Kiprah BPR dalam perekonomian nasional tak dapat dipandang sebelah mata. Dibandingkan bank umum, memang, dana yang disalurkan bank-bank mikro ini jelas tak seberapa. Meskipun demikian, manfaat yang diberikan BPR justru sangat maksimal, setidaknya. bagi para pengusaha yang selama ini selalu kesulitan untuk mendapatkan pinjaman dari bank-bank besar 115 . Kinerja BPR pun dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan pesat. Berdasarkan data dari Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia Perbarindo tahun 2005 menunjukkan bahwa volume usaha meningkat dari Rp 9,1 triliun, menjadi Rp 17,3 triliun.Sementara dana pihak ketiga DPK yang berhasil dihimpun meningkat dari Rp 6,1 triliun menjadi Rp 11,6 triliun, dan kredit meningkat dari Rp 6,7 Triliun menjadi Rp 12,6 triliun. Sementara itu rasio NPL pun menurun dari 8,65 pada akhir 2002 menjadi 7,81 pada akhir Maret 2005. Keberhasilan data-data ini didukung oleh 2,741 kantor BPR yang mencakup 2,133 Kantor Pusat, 138 Kantor Cabang, dan 470 Kantor Pelayanan Kas. Sebanyak 86 dari jumlah BPR merupakan BPR dengan prinsip syariah 116 . 114 Ibid. 115 Ibid. 116 Ibid. Universitas Sumatera Utara Dalam rangka mendukung tumbuhnya industri BPR secara berkelanjutan agar mampu memenuhi fungsinya sebagai pemberi pelayanan terhadap UMKM harus didukung secara maksimal oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia perlu terus menerus melakukan berbagai upaya secara konsisten terutama dalam memperkuat pelaksanaan Good Corporate Governance GCG, menyempurnakan aspek pengaturan dan pengawasan, mendorong penyehatan BPR bermasalah, memperkuat struktur governance BPR, menciptakan iklim kondusif bagi perkembangan BPR maupun mendukung penguatan infrastruktur industri. Seluruh upaya tersebut dikonsolidasikan untuk menciptakan perbankan Indonesia yang memiliki daya saing yang teruji kehandalannya 117 . Sebagaimana yang dipahami secara luas, Good Corporate Governance adalah suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan stakeholders. Oleh karena itu, sangat logis bila diperlukan sebuah aturan dan ketentuan-ketentuan dalam rangka mendorong penerapan Good Corporate Governance bagi BPR. Bank Indonesia selaku pengawas perbankan perlu mengeluarkan suatu pedoman dalam penerapan Good Corporate Governance agar memastikan pelaksanaan perbankan dijalankan secara sehat oleh manajemen yang kompeten dan mengakomodasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance yaitu Transparansi, Tanggung jawab Akuntabilitas, Keadilan Independensi guna menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholder manapun dan 117 Ibid. Universitas Sumatera Utara tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan dalam pengambilan keputusan yang objektif 118 . Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance GCG pada perbankan maka Bank Indonesia harus mempunyai standart dalam pelaksanaan Good Corporate Governance GCG yakni Transparansi kondisi keuangan bank dan peningkatan peran auditor eksternal; fit and proper test terhadap pemilik; Pemegang saham; Pengendalian, Dewan komisaris; Independensi pengurusan bank; Direktur kepatuhan; Manajemen resiko dan pengendalian Intern; Strategi dan rencana bisnis bank; Manajemen dalam tingkat kesehatan bank 119 . Prinsip Good Corporate Governance dapat diterapkan pada Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan struktur organisasi dan kompleksitas usahanya. Prinsip tersebut jugga perlu diaplikasikan kedalam suatu struktur yang berisi system dan prosedur mengenai tugas dan tanggung jawab organ utama dalam tubuh Bank Perkreditan Rakyat yakni pemegang saham dan pengurus 120 . Terkait dengan itu Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan dan mengambil kebijakan untuk mendorong pelaksanaan Good Corporate Governance dalam industri Bank Perkreditan Rakyat secara berkala, ketentuan – ketentuan itu antara lain mengenai transparansi, peningkatan sumbar daya manusia, dan aspek pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat, kondisi keuangan, system pelaporan dan efektifitas pengawasan 121 . 118 Viraguna Bagoes Oka, Lampiran Makalah, Good Corporate Governance Pada Perbankan Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004, hal.76. 119 Ibid, hal.77-81 120 Mohamad Fajri M.P, ”Implementasi GCG Bank Perkereditan Rakyat “, http:shafconsulting.blogspot.com200811 implementasi-gcg-bank-perkreditan.html, loc.cit. 121 Ibid. Universitas Sumatera Utara Bank indoneisa mewajibkan Bank Perkreditan Rakyat melaporakan secara berkala kondisi keuangan dan pemenuhan kepatuhan terhadap prinsip kehati – hatian. Upaya Bank Indonesia agar industri Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan yang diharapkan diantaranya program penyehatan melalui restrukturisasi. Langkah itu antara lain dengan mendorong Bank Perkreditan Rakyat melakukan penambahan modal, merger, akuisisi, dan mendorong investor baru masuk 122 . Hasil survei ini sejalan dengan hasil pembinaan dan pengawasan Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa terbatasnya Sumber Daya Manusia pada Bank Perkreditan Rakyat merupakan penyebab utama atas berbagai permasalahan yang muncul dalam pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat. Dalam rangka mendukung tumbuhnya industri Bank Perkreditan Rakyat secara berkelanjutan agar mampu memenuhi fungsinya sebagai pemberi pelayanan terhadap Usaha Menengah Kecil 123 . Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilaksanakan oleh BPR untuk menciptakan hasil maksimal dan menambah nilai perusahaannya, yakni melalui implementasi GCG. Implementasi GCG diyakini akan semakin menambah nilai perusahaan BPR karena pengelolaannya telah teruji melalui pengelolaan secara transparan, amanah, profesional, efektif dan selalu memberikan upaya terbaik bagi stakeholders. Langkah-langkah penguatan identitas diri melalui Good Corporate Governance dapat dilakukan dengan beberapa cara 124 : a Pemilik dan pengelola BPR wajib memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal ini penting mengingat sebagai lembaga intermediasi, 122 Ibid. 123 Ibid. 124 Ibid. Universitas Sumatera Utara kegiatan usaha bank sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat dalam menghadapi berbagai risiko, sehingga dalam hal ini regulator berperan dalam merumuskan ketentuan untuk melindungi kepentingan masyarakat. Kejelasan struktur kepemilikan dan komitmen kuat dalam mengimplementasikan menjadi salah satu prioritas utama. Ownership dan governance BPR harus dilakukan secara profesional dan tidak terpengaruh oleh intervensi pemilik dalam mengelola kegiatan usaha BPR berdasarkan prinsip kehatian-hatian yang ditetapkan oleh otoritas perbankan. Dari sisi manajemen, manajemen BPR haruslah profesional yang didukung oleh pemilik dan pengelola BPR yang merupakan orang-orang yang bervisi kuat, beritikad baik dan para profesional di bidangnya. Lebih baik lagi jika ternyata pemilik dan pengelola BPR memiliki pengetahuan implementasi Good Corporate Governance GCG. Kursus, seminar dan workshop mengenai GCG dapat dilakukan untuk memperoleh orang-orang terbaik di bidangnya. b Dalam rangka mendukung tersedianya SDM yang memadai, terutama pada posisi pengambil keputusan, ditetapkan kewajiban bagi direksi untuk memiliki sertifikat dari lembaga sertifikasi profesional. Program sertifikasi tersebut bertujuan menetapkan standar untuk meningkatkan kinerja manajemen BPR, meningkatkan keahlian dan kompetensi SDM dan manajemen, memperkuat daya saing dan tingkat kepercayaan pada BPR, serta mendukung penilaian kemampuan dan kepatutan direktur dan calon direktur BPR. Hal ini akan semakin amunisi BPR dalam menghadapi tingkat persaingan yang semakin ketat. Kita perlu menempatkan tujuan program ini dalam menuju sasaran akhir Universitas Sumatera Utara berupa terwujudnya industri Bank Perkreditan Rakyat yang sehat, kuat, dan efisien. Untuk menjaga kelangsungan program ini akan dilaksanakan secara mandiri oleh Bank Perkreditan Rakyat mengingat manfaat terbesar dari program ini akan dinikmati Bank Perkreditan Rakyat. Untuk menegaskan pentingnya program ini, dalam ketentuan yang akan dikeluarkan, direktur Bank Perkreditan Rakyat wajib memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi professional Bank Perkreditan Rakyat, yaitu satu orang direktur selambat – lambatnya pada akhir 2006 dan selebihnya pada akhirnya tahun 2008. Selain itu, calon direktur yang diajukan dalam proses pendirian Bank Perkreditan Rakyat wajib memiliki sertifikat dimaksud pada saat calon pemilik Bank Perkreditan Rakyat mengajukan permohonan persetujuan prinsip Bank Perkreditan Rakyat. c Dalam rangka meningkatkan daya saing BPR, telah dicantumkan secara jelas tiga kegiatan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia, yaitu mempermudah pembukaan kantor cabang, memfasilitasi pembentukan jasa bersama untuk memperkuat kelembagaan industri BPR dan meningkatkan keterkaitan linkage program antara BPR dan bank umum. Prospek BPR yang semakin cerah haruslah dikelola secara seksama agar memperoleh manfaat secara maksimal. Dalam kegiatan untuk mempermudah pembukaan kantor cabang, Bank Indonesia memandang bahwa hal ini perlu memperhatikan aspek kehati – hatian dan dilakukan dalam perspektif tersedianya dengan permodalan yang Universitas Sumatera Utara memadai agar Bank Perkreditan Rakyat mampu beroperasi secara lebih efisien. Dalam hal ini, pembukaan kantor cabang. Bank Perkreditan Rakyat tidak lagi dikaitkan dengan kondisi permodalan yang dinyatakan dalam kewajiban penyediaan modal minimum. Dalam hal ini, Bank Perwakilan Rakyat wajib memenuhi persayaratan lain yaitu telah memenuhi modal disetor minimum dengan mengacu pada ketentuan permodalan dalam rangka pendirian Bank Perkreditan Rakyat. Selain itu, Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat membuka satu kantor cabang dalam waktu satu tahun sejak memperoleh izin pembukaan kantor cabang. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN