PEMBAHASAN Daffa Razan, Zayandra Akbar alm, Thariq Azqa, Azra Nafisa, Syaqil

BAB V PEMBAHASAN

Penyakit Paru Obstruksi Kronis PPOK adalah suatu gangguan pada saluran pernafasan yang berhubungan dengan progresifitas, keterbatasan pada hambatan aliran udara yang bersifat non reversibel dan adanya inflamasi yang abnormal sebagai respon yang melibatkan saluran nafas kecil. Inflamasi saluran nafas merupakan kunci dari gambaran PPOK dan ini beralasan bahwa proses inflamasi ini memainkan peranan yang penting pada patogenesisnya. 29,30 PPOK di karakteristikkan oleh suatu proses inflamasi yang terus menerus pada saluran nafas, parenkhim dan vaskuler pulmonal. Respon Inflamasi pada paru-paru akan berakibat terjadinya peningkatan jumlah neutropil, makrofag dan limfosit T, sehingga akan di hasilkan beberapa sitokin proinflamasi seperti leukotrien LTB4, Interleukin IL-1, 6 dan 8 serta tumor necrosis factor alpha TNF α. 31,32 TNF α, merupakan salah satu sitokin proinflamasi yang sering di teliti sebagai marker inflamasi pada PPOK. Pada suatu penelitian eksperimental tentang efek yang ditimbulkan dari TNF α Ini telah di teliti dengan menggunakan hewan percobaan, di dapatkan suatu kesimpulan bahwa dengan tingginya kadar TNF α maka akan menginduksi perubahan patologi yang mirip dengan emfisema dan pulmonal fibrosis. Perubahan-perubahan patologi ini di asumsikan bahwa TNF α memainkan peranan yang penting sebagi pencetus terjadinya apoptosis. 12,33 Universitas Sumatera Utara Plasma TNF α di temukan meningkat pada penderita PPOK, Pada penelitian yang dilakukan oleh Di Francia et all memperlihatkan, dimana serum TNF α yang di periksa dengan mengunakan immunoradiometric assay dijumpai secara signifikan meningkat p0,001 pada pasien-pasien dengan PPOK dengan penurunan berat badan dibandingkan dengan orang yang sehat sebagai kontrol. Serupa pada penelitian yang dilakukan oleh Karadag et all melaporkan tingginya serum TNF α diantara penderita PPOK stabil dan eksaserbasi yang dibandingkan dengan kontrol, dan serum TNF α di jumpai berhubungan dengan derajat keparahan. 31 Pada penelitian ini penilaian terhadap hubungan kadar TNF α serum terhadap derajat keparahan pada PPOK stabil, tidak ditemukan adanya signifikansi diantara kelompok berdasarkan derajat keparahan PPOK stabil. Walaupun tidak terlihat adanya signifikansi kadar TNF α pada masing-masing derajat keparahan pada PPOK stabil, ternyata kadar TNF α dijumpai dengan peningkatan yang nyata pada PPOK stadium IV, dibandingkan dengan stadium- stadium lainnya. Penyebab terjadinya keadaan ini mungkin dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang lainnya termasuk sitokin-sitokin proinflamasi yang bukan hanya TNF α saja, tetapi masih banyak marker-marker inflamasi lainnya yang juga memegang peranan penting terhadap perubahan-perubahan pada saluran nafas terutama paru-paru yang dapat berdampak terhadap perburukan derajat keparahan pada PPOK stabil ini. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini sama pada penelitian yang menilai TNF α dan manifestasi sistemik pada penderita PPOK dan kontrol Universitas Sumatera Utara yang dilakukan oleh J.Vestbo, MD et all , penelitiannya dilakukan dengan metoda kohort yang besar , dengan analisa secara univariat dan multivariat, Mereka mendapatkan tidak dijumpai adanya hubungan signifikansi dari TNF α terhadap demografi dan parameter klinis termasuk umur, Stadium menurut GOLD, BMI, dan 6 minute walk distance. Mereka berkesimpulan bahwa serum TNF α , merupakan suatu marker inflamasi, dan secara signifikan meningkat pada penderita PPOK. 34 Begitu pula pada penelitian lainnya, yang di lakukan oleh Luigi G. Franciosi et all, yang menilai marker-marker inflamasi dari derajat keparahan penderita PPOK, mereka juga mendapatkan nilai serum TNF α tidak di temukan signifikansi yang berbeda secara statistik diantara kontrol yang sehat dan derajat keparahan PPOK yang lainnya, disamping itu ternyata kecendrungan nilainya meningkat sesuai dengan derajat keparahan. 29 Hampir sama dengan banyak penelitian-penelitian lainnya, begitu juga dengan GOLD 2008, bahwa jumlah Pria tetap lebih banyak dibandingkan dengan wanita, dan umur juga dikatakan lebih dari 30 tahun dan insidensinya akan semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia. 1 Pada penelitian ini didapatkan jumlah penderita PPOK stabil sebanyak 35 orang yang terdiri dari pria sebanyak 34 orang dan wanita sebanyak 1 orang dan umur yang didapatkan dari seluruh sampel 50 tahun. FEV 1 merupakan suatu penilaian yang sangat penting terhadap PPOK, dimana kegunaannya diperlihatkan oleh beberapa studi yang besar yang di lakukan oleh Fletcher dan Pato’s. Mereka mendapatkan terjadinya progresifitas penurunun FEV 1 selama pertambahan usia. Studi yang dilakukan oleh US Lung Universitas Sumatera Utara Health mendapatkan penurunan FEV 1 dipercepat dengan kebiasaan merokok dibandingkan pada mereka yang tidak merokok. Pada penelitian oleh Luigi G. Franciosi et all, mereka mendapatkan nilai FEV 1 Prediksi berhubungan secara statistik terhadap derajat keparahan pada PPOK, semakin berat derajat PPOK maka nilai FEV 1 akan semakin menurun. 29 Penilaian terhadap terhadap FEV 1 pada penelitian ini didapatkan hasil yang sama dari beberapa penelitian-penelitian yang lainnya. Hasil yang didapatkan dari penilaian secara statistik di jumpai adanya signifikansi diantara kelompok berdasarkan derajat keparahan PPOK stabil ini dengan didapatkannya niali p0.000. Ternyata nilai FEV 1 didapatkan semakin menurun seiring dengan semakin beratnya derajat keparahan pada PPOK. Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Suzana E Tanni et all mereka mendapatkan hasil yang nyata dari temuan yang mereka jumpai, bahwa tingginya kadar serum TNF α pada penderita-penderita PPOK dengan nilai FEV 1 30 yang dibandingkan dengan derajat ringan-sedang pada penderita PPOK. 32 Ada juga suatu penelitian tentang perubahan FEV 1 yang di lakukan oleh Tucson Epidemiology Study pada mereka bekas perokok pada awal studi tetapi merokok kembali selama folow up, didapatkan penurunan FEV 1 sebesar 56 mltahun. 36 Abnormalitas nutrisi, termasuk perubahan masukkan kalori, basal metabolic rate, intermediate metabolic, dan body composition , sering dijumpai pada PPOK. Tidak diketahui secara jelas terjadinya penurunan berat badan ditemukan sebesar 50 penderita PPOK. Hilangnya masa otot skeletal adalah sebagai penyebab hilangnya berat badan pada PPOK. Mekanisme terhadap Universitas Sumatera Utara disfungsi otot skeletal belumlah sepenuhnya jelas dimengerti, berdasarkan penelitian-penelitian banyak dihubungkan dengan peninggian kadar TNF α. Sebagaimana sudah Kita ketahui bersama bahwa pada penderita PPOK di temukan peningkatan kadar dari beberapa sitokin disirkulasi salah satunya adalah TNF α. Ini di kuatkan dari suatu penelitian yang dilakukan oleh de Godoy bahwa rendahnya berat badan dijumpai berhubungan dengan kadar TNF α pada penderita PPOK dibandingkan pada subjek yang sehat. 35 Pada penelitian ini , penilaian terhadap Indek Masa Tubuh IMT tidak ditemukan adanya signifikansi secara statistik pada masing-masing derajat keparahan PPOK stabil. Hasil yang didapatkan antara IMT dan hubungannya diantara grup adalah p0,688. Ada satu pasien yang terlihat nilai IMT dengan Severe Underwaight dengan indek Brinkman yang berat dan nilai FEV 1 prediksi 25 digolongkan PPOK derajat IV dengan nilai TNF α sebesar 18,7 yang dapat mengambarkan hubungannya, walaupun hal ini tidak di perlihatkan oleh beberapa penderita PPOK yang lainnya. Rokok yang selalu dianggap sebagai salah satu penyebab utama PPOK, pada penelitian ini didapatkan bahwa hampir semua sampel penelitian adalah perokok sebanyak 34 orang dan hanya 1 orang yang tidak merokok, tetapi tetap terpejan dengan paparan asap rokok dan asap dari kayu bakar. Tetapi penilaian terhadap indek Brinkman tidak menunjukkan adanya signifikansi secara statistik hubungan diantara kelompok, dengan p 0,724. Rokok secara langsung menyebabkan disfungsi endotel saluran nafas dan kerusakan silia saluran nafas, sehingga mekanisme protektif terhadap sekret dan inhalan beracun menjadi tidak efektif. Namun hal tersebut tidaklah Universitas Sumatera Utara kemudian memudarkan perkiraan bahwa rokok bukan penyebab utama progresifitas PPOK, tetapi hal yang juga dapat diperhitungkan adalah perokok pasif, dimana pada perokok pasif ini didapati kadar nikotin 10 ngml ternyata juga menunjukkan adanya inflamasi dengan Odds Ratio OR yang juga meninggi pada masing-masing derajat penurunan VEP 1 . Sahab dkk menemukan bahwa rokok tetap terkait erat dengan insidensi dan prevalensi PPOK, bahkan dengan derajat keparahannya, dimana terdapat 34,9 95 CI 32,1-37,8 PPOK merupakan perokok dibandingkan 22,4 95 CI 21,4-23,4 . 23 Hubungan merokok dan TNF α sebagai mediator inflamasi sistemik pada penderita PPOK juga telah di teliti oleh suzana E Tanni dkk, mereka mendapatkan hasil bahwa merokok akan mempengaruhi TNF α sebagai mediator inflamasi sistemik, dan kadarnya akan menurun pada beberapa pasien selama di observasi pada penderita-penderita PPOK yang berhenti merokok. 32 Hubungan dengan sampel penelitian yang merokok pada penelitian ini juga didapatkan kadar TNF α yang tinggi khususnya pada PPOK stadium IV, dimana nilai TNF α yang tertinggi didapat mencapai angka 39,4 pgml dan pada PPOK stadium I didapatkan nilai terendah sebesar 1,6 pgml. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN