Tabel 4.13. Kategori Tindakan Masyarakat mengenai Faktor Lingkungan Fisik Rumah terhadap Tuberkulosis Paru
Perilaku Responden Penderita Tuberkulosis Paru
Ya Bukan
n n
Tindakan
1. Baik 2. Sedang
33 4
89,2 10,8
37 100
Total 37
100,0 37
100,0
Dari tabel 4.13. diketahui bahwa tindakan masyarakat mengenai faktor lingkungan fisik rumah terhadap kejadian Tuberkulosis Paru dikategorikan baik.
4.3. Analisis Bivariat
4.3.1 Hubungan Karakteristik dan Perilaku Mengenai Lingkungan Fisik
Rumah Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru
Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan dengan kejadian Tuberkulosis Paru dilakukan secara statistik dengan menggunakan uji chi square pada taraf
kepercayaan 95. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.82.
Tabel 4.14. Hubungan Karakteristik terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Laguboti
Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru
p-value Ya
Bukan n
N Pendidikan
1. Tinggi 2. Dasar
Menengah 1
36 2,7
97,3 18
19 48,6
51,4 0,000
Pekerjaan
1. Formal 2. Informal
1 36
2,7 97,3
20 17
54,0 46,0
0,000
Penghasilan
1. Tinggi 2. Sedang
3. Rendah
23 14
62,2 37,8
33 3
1 89,2
8,1 2,7
0,000
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan proporsi pendidikan tinggi 89,2 tidak menderita Tuberkulosis Paru, sedangkan responden menderita Tuberkulosis Paru
berpendidikan dasarmenegah sebesar 48,6,. Berdasarkan uju chi square p=0,000 menunjukkan tingkat pendidikan mempunyai hubungan bermakna atau signifikan
dengan kejadian Tuberkulosis Paru. Proporsi pekerjaan di sektor formal 54,0 tidak menderita Tuberkulosis Paru,
sedangkan responden menderita Tuberkulosis Paru pekerjaanya di sektor informal sebesar 100,. Berdasarkan uju chi square p=0,000 menunjukkan pekerjaan
mempunyai hubungan bermakna atau signifikan dengan kejadian Tuberkulosis Paru. Hasil penelitian menunjukkan proporsi penghasilan tinggi 89,2 tidak
menderita Tuberkulosis Paru, sedangkan responden menderita Tuberkulosis Paru berpenghasilan rendah sebesar 62,2. Berdasarkan uju chi square p=0,000
menunjukkan tingkat penghasilan mempunyai hubungan bermakna atau signifikan dengan kejadian Tuberkulosis Paru.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Masyarakat mengenai Faktor Lingkungan Fisik Rumah terhadap Kejadian
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Laguboti.
Perilaku Ya
Bukan p-value
N N
Pengetahuan
1. Baik 2. Sedang
3. Kurang
3 30
4 8,1
81,1 10,8
36 1
97,3 2,7
0,000
Sikap
1. Baik 2. Sedang
3. Kurang 1
30 6
2,7 81,1
16,2 19
18 51,4
48,6 0,000
Tindakan
1. Baik 2. Sedang
33 4
89,2 10,8
37 100
0,040
Hasil penelitian menunjukkan proporsi responden dengan pengetahuan yang baik 97,3 tidak menderita Tuberkulosis Paru, sedangkan responden dengan
pengetahuan yang sedang 81,1 menderita Tuberkulosis Paru. Berdasarkan uju chi square p=0,000 menunjukkan pengetahuan mempunyai hubungan bermakna atau
signifikan dengan kejadian Tuberkulosis Paru. Berdasarkan sikap diketahui proporsi responden dengan sikap yang baik
51,4 tidak menderita Tuberkulosis Paru, dan sikap sedang 81,1 menderita Tuberkulosis Paru. Berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan pada nilai p=0.000
menunjukkan sikap mempunyai hubungan bermakna atau signifikan dengan kejadian Tuberkulosis Paru.
Berdasarkan tindakan juga diketahui bahwa proporsi responden dengan tindakan baik 100 tidak menderita Tuberkulosis Paru, sedangkan responden dengan
tindakan yang baik 89,2 menderita Tuberkulosis Paru. Berdasarkan uji chi square
Universitas Sumatera Utara
p=0,040 menunjukkan tindakan mempunyai hubungan bermakna atau signifikan kejadian Tuberkulosis Paru pada responden.
Universitas Sumatera Utara
48
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Karakteristik dan Perilaku mengenai Lingkungan Fisik Rumah
Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru
5.1.1 Hubungan Pendidikan mengenai Faktor Lingkungan Fisik Rumah
Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan, penyakit
tuberkulosis paru dan penularan tuberkulosis, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan
sehat. Selain itu, tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.
Pada penelitian ini, diketahui bahwa pada umumnya pendidikan penderita tamatan sekolah dasar menengah yaitu sebanyak 51,4 sedangkan yang tamat SLTP
sebanyak 24,3 dan SD sebanyak 21,6 sehingga pemahaman penderita mengenai lingkungan fisik rumah yang memenuhi syarat kesehatan masih kurang.
Penelitian Rajagukguk 2008 di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir menjelaskan bahwa semakin rendah pengetahuan penderita tentang bahaya penyakit
Tuberkulosis Paru untuk dirinya, keluarga dan masyarakat di sekitarnya, maka semakin besar bahaya sipenderita sebagai sumber penularan penyakit, baik di rumah
maupun di tempat pekerjaannya, untuk keluarga dan orang-orang sekitarnya. Demikian juga dengan penelitian Lumbantobing 2008 yang menyatakan bahwa
potensi penularan Tuberkulosis Paru 2,5 kali lebih besar pada yang berpengetahuan rendah.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, surat kabar atau media
massa elektronik. Pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain, untuk itu diperlukan upaya dalam meningkatkan
pengetahuan penderita dan juga masyarakat pada umumnya agar tidak terjadi penularan dan peningkatan kasus Tuberkulosis Paru Poedjawijatna, 1998.
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penularan Tuberkulosis Paru harus dilakukan kegiatan berupa penyuluhan kesehatan perlu
dilaksanakan secara rutin baik terhadap penderita yang datang ke instansi kesehatan maupun masyarakat secara keseluruhan sehingga masyarakat bisa melakukan
pencegahan secara dini maupun meningkatkan sanitasi lingkungan fisik rumah sehingga dapat mencegah penyakit Tuberkulosis Paru maupun penyakit menular
lainnya juga pengaktifan kader kesehatan desa.
5.1.2 Hubungan Pekerjaan Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru