Manfaat Penelitian ANALISIS HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR DAN AKTIVITAS CALCIUM CHANNEL BLOCKER SENYAWA TURUNAN DIHIDROPIRIDIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi sistole atau berelaksasi di antara denyut diastole. Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik bacaan atas 100 –140 mmHg dan diastolik bacaan bawah 60 –90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 14090 mmHg atau lebih. Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer esensial dan hipertensi sekunder. Sekitar 90 –95 kasus tergolong hipertensi primer, yang berarti tekanan darah tinggi tanpa penyebab medis yang jelas Oscar, 2000: 329. Hampir semua masyarakat kontemporer, tekanan darah meningkat seiring penuaan dan risiko untuk menjadi hipertensi di kemudian hari cukup tinggi. Hipertensi diakibatkan oleh interaksi gen yang kompleks dan faktor lingkungan. Berbagai gen yang sering ditemukan sedikit berpengaruh pada tekanan darah, sudah diidentifikasi, demikian juga beberapa gen yang jarang yang berpengaruh besar pada tekanan darah tetapi dasar genetik dari hipertensi masih belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa faktor lingkungan mempengaruhi tekanan 6 darah. Faktor gaya hidup yang menurunkan tekanan darah di antaranya mengurangi asupan garam dalam makanan, meningkatkan konsumsi buah-buahan dan produk rendah lemak pendekatan diet untuk menghentikan hipertensi diet DASH. Olahraga, penurunan berat badan dan menurunkan asupan alkohol juga membantu menurunkan tekanan darah Whelton et al., 2002. Hipertensi sekunder terjadi akibat suatu penyebab yang diketahui. Penyakit ginjal adalah penyebab sekunder tersering dari hipertensi. Hipertensi juga bisa disebabkan oleh kondisi endokrin, seperti sindrom cushing, hipertiroidisme, hipotiroidisme, akromegali, sindrom Conn atau hiperaldosteronisme, hiperparatiroidisme, dan feokromositoma. Penyebab lain dari hipertensi sekunder di antaranya obesitas, henti nafas saat tidur, kehamilan, koarktasio aorta, konsumsi akar manis licorice yang berlebihan, serta obat resep, obat herbal, dan obat-obat terlarang OBrien et al., 2007.

2.2. Calcium Channel Blocker

Calcium channel blockers CCB, calcium channel antagonis atau antagonis kalsium adalah obat yang mengganggu pergerakan kalsium Ca 2+ melalui saluran kalsium. calcium channel blocker digunakan sebagai obat antihipertensi, yakni sebagai obat untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. calcium channel blocker sangat efektif terhadap kekakuan pembuluh besar, salah satu penyebab umum dari peningkatantekanan darah sistolik pada pasien usia lanjut. calcium channel blocker juga sering digunakan untuk mengubah denyut jantung, untuk mencegah vasospasme serebral, dan untuk mengurangi nyeri dada yang disebabkan oleh angina pektoris. N-type, L-type, dan T-type tergantung pada tegangan saluran kalsium yang hadir dalam zona glomerulosa dari adrenal manusia, dan calcium channel blocker dapat langsung mempengaruhi biosintesis aldosteron dalam sel adrenocortical, dengan dampak akibat pada pengobatan klinis hipertensi dengan agen ini Felizola et al., 2014. Berdasarkan struktur kimianya, calcium channel blocker dapat dibedakan atas 5 golongan obat: 1. Dihidropiridin DHP: Amilodipin, Felodipin, Isradipin, Nicardipin, Nifedipin, Nimodipin, Nisoldipin, Nitrendipin; 2. Difenilalkilamin: Verapamil; 3. Benzotiazepin: Diltiazem; 4. Piperazin: Sinarizin; 5. Bepridil. Beberapa tipe penyakit kanal kalsium adalah tipe L tempat ditemukan: Otot,saraf, tipe T tempat ditemukan: jantung, saraf, tipe N tempat ditemukan: saraf, tipe P tempat ditemukan saraf purkinje serebral. Cara kerja kanal kalsium tipe L merupakan tipe yang dominan pada otot jantung dan otot polos dan diketahui terdiri dari beberapa reseptor obat. Telah dibuktikan bahwa ikatan nifedipine dan dihidropiridin lainnya terdapat pada satu situs, sedangkan verapamil dan diltiazem diduga mengadakan ikatan pada reseptor yang berkaitan erat, tetapi tidak identik pada regio lainnya. Ikatan obat pada reseptor verapamil atau diltiazem juga mempengaruhi pengikatan dihidropiridin. Region reseptor tersebut bersifat stereoselektif, karena terdapat perbedaan yang mencolok baik dalam afinitas pengikatan stereoisomer maupun potensi farmakologis pada enansiomer verapamil, diltiazem dan kongener nifedipin yang secara optis aktif. Penyekatan oleh obat tersebut menyerupai penyekatan pada kanal natrium oleh anastetika lokal: obat tersebut bereaksi dari sisi dalam membran dan mengikat