Hubungan Sikap dengan Pengelolaan Sanitasi Dasar Hubungan Tindakan dengan Pengelolaan Sanitasi Dasar

lingkungan keluarga, karena selama ini masyarakat tidak mendapat informasi dan penyuluhan kesehatan lingkungan dari petugas kesehatan. Masyarakat di Desa Seuneubok Benteng masih banyak menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan masyarakat tidak menggunakan jamban sebagai tempat buang air besar, masyarakat juga tidak mengetahui pentingnya pengaturan pembuangan air limbah serta tempat pembuangan sampah, karena sampah hanya dibuang di kebunhalaman belakang setelah menumpuk baru mereka bakar. Menurut Kusnoputranto 2000, pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vektor penyakit yaitu serangga dan binatang-binatang pengerat untuk mencari makanan dan berkembang biak dengan cepat. Hasil uji statistik bahwa ada hubungan yang signifikan, berarti dengan pengetahuan yang rendah akan menghasilkan pengelolaan sanitasi yang rendah juga.

4.2.3. Hubungan Sikap dengan Pengelolaan Sanitasi Dasar

Menurut Notoatmodjo 2003, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan. Allport dalam Notoatmodjo, 2003 mengemukakan sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Pada sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindar, membenci, tidak menyukai objek tertentu Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan sikap dengan pengelolaan sanitasi dasar. Keadaan tersebut didukung oleh uji chi square menunjukkan nilai p=0,0980,05. Hal ini menunjukkan belum sejalan antara sikap yang baik dengan tersedianya pengelolaan sanitasi dasar. Dalam hal ini sikap yang baik harus didukung oleh pengetahuan, pendidikan dan ekonomi yang baik untuk mewujudkan apa yang disikapinya. Menurut hasil penelitian umumnya sikap responden dalam pengelolaan sanitasi dasar sudah mempunyai sikap baik 92. Meskipun mempunyai sikap baik tetapi dalam kenyataannya mereka masih saja tidak mengerti dalam melakukan pengelolaan sanitasi dasar seperti penggunaan air bersih, mereka tetap saja masih menggunakan air sungai, tidak memakai jamban dan lain sebagainya. Namun berbeda dengan penelitian Rustam K. Daud 2000, di desa Huangobotu Kecamatan Kabila Kabupaten Gorontalo yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap masyarakat dengan keadaan kualitas lingkungan, sedangkan dari penelitian Andreas Ratu Tukan 2006 menyatakan bahwa semakin baik sarana sanitasi dasar akan semakin kecil terhindar dari penyakit diarenya.

4.2.4. Hubungan Tindakan dengan Pengelolaan Sanitasi Dasar

Menurut Notoatmodjo 2003 tindakan adalah gerakanperbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam tubuh maupun luar tubuh atau lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Secara logis sikap akan dicerminkan dalam bentuk tindakan namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang Universitas Sumatera Utara sistematis. Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan over behavior. Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden pada umumnya mempunyai tindakan kurang baik dalam pengelolaan sanitasi dasar. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan responden dalam pengelolaan sanitasi dasar masih kurang. Sikap responden sudah baik tetapi dalam mewujudkan suatu tindakan masih kurang karena responden kurang mengetahui tentang pentingnya pengelolaan sanitasi dasar yang dapat mencegah penularan penyakit yang berbasis lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tindakan dengan pengelolaan sanitasi dasar, yang dibuktikan dengan hasil uji chi square menunjukkan nilai p=0,0000,05. Tindakan responden terhadap pengelolaan sanitasi dasar seperti memasak air sampai mendidih, selalu buang air besar di jamban dan sebagainya ternyata masih kurang. Perlu penyadaran kepada masyarakat supaya mau membuat dan menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan di setiap keluarga, ini merupakan salah satu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Alasan tidak menggunakan jamban atau masih memakai air sungai untuk keperluan sehari-hari dikarenakan kebiasaan secara turun temurun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nurhayati 2005 di Kelurahan Rengas Pulo Kecamatan Marelan bahwa ada hubungan tindakan dengan sanitasi dasar. Universitas Sumatera Utara Dari hasil uji statistik bahwa ada hubungan yang signifikan antara tindakan responden dengan pengelolaan sanitasi dasar berarti bahwa pengetahuan yang rendah akan menghasilkan tindakan yang rendah pula. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan