Karakteristik Responden Hubungan Pengetahuan dengan Pengelolaan Sanitasi Dasar

Berdasarkan tabel 4.20. diatas pada kolom cronbach’s alpha dapat dilihat bahwa r tabel sebesar 0,843. Ini berarti instrumen dapat dinyatakan reliabel karena 0,843 0,327 sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden di desa Seuneubok Benteng Kecamatan Banda Alam Kabupaten Aceh Timur yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan budaya. Hasil penilitian secara umum menunjukkan bahwa responden lebih banyak pada kelompok umur lebih dari 45 tahun. Jenis kelamin responden pada umumnya laki – laki. Pendidikan responden umumnya lebih banyak berpendidikan Sekolah Dasar hal ini menunjukkan bahwa pendidikan masyarakat Desa Seuneubok Benteng masih rendah. Dari hasil observasi dapat kita tarik kesimpulan bahwa faktor karakteristik masyarakat Seuneubok Benteng berpengaruh dalam pengelolaan sanitasi dasar, karena bila kita lihat pada umumnya pendidikan, pendapatan penduduk masih rendah, sehingga belum mengetahui pentingnya pengadaan dan pengelolaan sarana sanitasi dasar dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan kebiasaan masyarakat yang secara turun temurun suka membuang sampah dibelakang rumah, dan membuang hajat ditempat air yang mengalir seperti sungai dan irigasi tanpa memikirkan akibat apa yang akan terjadi dari tindakan yang dilakukannya selama ini. Disamping itu masyarakat kurang meluangkan waktunya untuk Universitas Sumatera Utara melaksanakan gotong royong membersihkan lingkungan rumahnya karena sibuk dengan pekerjaannya sebagai petani. Namun demikian dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa karakteristik masyarakat tidak berhubungan dalam pengelolaan sanitasi dasar.

4.2.2. Hubungan Pengetahuan dengan Pengelolaan Sanitasi Dasar

Pengetahuan adalah seluruh pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupan. Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu, termasuk praktek atau kemauan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dibuktikan secara sistimatis Azwar, 1995. Faktor pengetahuan memegang peranan penting dalam menjaga kebersihan dan hidup sehat. Disini ditegaskan bahwa wawasan pengetahuan dan komunikasi untuk pengembangan lingkungan yang bersih dan sehat harus dikembangkan yaitu dengan pendidikan dan meningkatkan pengetahuan. Dengan adanya pendidikan dan pengetahuan mendorong kemauan dan kemampuan yang ditujukan terutama kepada para ibu sebagai anggota masyarakat untuk menggunakan sarana pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji chi square diketahui ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan pengelolaan sanitasi dasar . Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rustam K. Daud 2000 dengan judul Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Perilaku Masyarakat dengan Kualitas Sanitasi Lingkungan di Pesisir Pantai di Desa Universitas Sumatera Utara Huangobotu Kecamatan Kabila Kabupaten Gorontalo Tahun 2000, hasil penelitian diperoleh pemanfaatan jamban yang memenuhi syarat 48,8, pembuangan air limbah yang berkriteria baik atau memenuhi syarat 23,25, sarana pembuangan sampah yang memenuhi syarat 68,6 dan penggunaan air bersih yang berkriteria baik atau memenuhi syarat PAM ada 32,6 ini berarti bahwa pengetahuan masyarakat berhubungan dengan keadaan kualitas lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Akademi Kesehatan Lingkungan 1992, menegaskan pentingnya peranan lingkungan dalam mempengaruhi kesehatan manusia. Peningkatan pengelolaan sanitasi dasar oleh masyarakat sangat berhubungan dengan kondisi masyarakat itu sendiri. Mengacu pada hasil uji statistik, untuk peningkatan pengetahuan masyarakat dapat diperoleh melalui sarana informasi baik elektronik televisi, radio maupun media cetak koran dan juga dapat diperoleh melalui penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan lingkungan khususnya pengelolaan sanitasi dasar oleh petugas kesehatan maupun kader kesehatan, arisan, pengajian serta obrolan sesama teman. Dalam hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo 1997, bahwa pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal tetapi juga dari pendidikan informal. Kategori pengetahuan responden yang mempunyai pengetahuan kurang 80, kurangnya pengetahuan responden sesuai dengan pendidikan responden yang mayoritas berpendidikan SD, berdasarkan pekerjaan masyarakat Desa Seuneubok Benteng sebahagian besar bekerja sebagai petani, sehingga mereka kurang memahami pentingnya pengelolaan sanitasi dasar dalam Universitas Sumatera Utara lingkungan keluarga, karena selama ini masyarakat tidak mendapat informasi dan penyuluhan kesehatan lingkungan dari petugas kesehatan. Masyarakat di Desa Seuneubok Benteng masih banyak menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan masyarakat tidak menggunakan jamban sebagai tempat buang air besar, masyarakat juga tidak mengetahui pentingnya pengaturan pembuangan air limbah serta tempat pembuangan sampah, karena sampah hanya dibuang di kebunhalaman belakang setelah menumpuk baru mereka bakar. Menurut Kusnoputranto 2000, pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vektor penyakit yaitu serangga dan binatang-binatang pengerat untuk mencari makanan dan berkembang biak dengan cepat. Hasil uji statistik bahwa ada hubungan yang signifikan, berarti dengan pengetahuan yang rendah akan menghasilkan pengelolaan sanitasi yang rendah juga.

4.2.3. Hubungan Sikap dengan Pengelolaan Sanitasi Dasar