4.1.2.2.2 Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti kepada tiga siswa, yaitu siswa yang memperoleh nilai tinggi, siswa yang memperoleh nilai sedang, dan siswa yang
memperoleh nilai rendah dalam pembelajaran bermain peran dengan metode firing line. Ketiga siswa tersebut bernama Moh Soleh Yoga, Rivanda, dan Susi.
Wawancara pada siklus II dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran bermain peran dengan metode firing line. Dari hasil wawancara
dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai tinggi merasa senang karena dengan bermain peran dapat menambah percaya diri dan tidak terlalu malu.
Meskipun ketika mau berbicara agak ragu, karena sudah mulai percaya diri sehingga dapat memerankan dengan baik. Hasil wawancara dengan siswa yang
mendapat nilai sedang menunjukkan bahwa siswa tersebut tertarik dengan pembelajaran bermain peran karena siswa merasa pembelajaran bermain peran
dapat menghibur dan mengembangkan percaya diri. Siswa berpendapat bahwa dengan berusaha, maka bisa memerankan dengan baik. Hasil wawancara dengan
siswa yang mendapat nilai rendah menunjukkan bahwa siswa tersebut tertarik dengan pembelajaran bermain peran yang dilaksanakan. Namun siswa masih
merasa kurang ada kekompakan dalam kelompoknya.
4.1.2.2.3 Jurnal
Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jurnal guru dan jurnal siswa.
1.
Jurnal guru
Jurnal guru berisi uraian pendapat dari seluruh kejadian yang dilihat oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Jurnal guru berisi: 1 bagaimana
sikap dan perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran bermain peran dengan metode firing line, 2 bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
bermain peran dengan metode firing line, 3 bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran bermain peran dengan metode firing line, dan 4 bagaimana
suasana kelas pada saat pembelajaran bermain peran dengan metode firing line berlangsung.
Dari jurnal tersebut diketahui bahwa sikap dan perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung seperti yang telah direncanakan. Siswa siap
menerima pelajaran dan tidak terdapat siswa yang mengantuk di dalam kelas. Masih terdapat siswa yang berbicara atau bergurau di dalam kelas, tapi jumlahnya
berkurang dibandingkan pada waktu siklus I. Siswa aktif mengikuti pelajaran dan aktif bertanya jawab dengan guru jika
ada kesulitan. Siswa aktif ketika berkelompok dan memberikan tantangan peran. Akan tetapi terdapat satu siswa yang kurang serius dalam memberikan tantangan
peran dan bermain peran. Siswa merespon kegiatan bermain peran dengan metode firing line dengan
sangat positif. Siswa antusias dalam mengikuti pelajaran. Siswa juga sangat semangat dalam bermain peran dan memberikan tantangan peran.
Suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung lebih terkendali karena bukan pertama kali menggunakan metode firing line. Pada pertemuan sebelumnya
mereka sudah mengetahui aturan mainnya sehingga siswa tidak terlalu ramai sendiri. Akan tetapi kelas sedikit gaduh karena siswa memberikan tantangan peran
secara bersamaan.
2.
Jurnal siswa
Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan dan pesan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode firing line. Jurnal diisi oleh
siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai yang meliputi aspek-aspek: 1 pendapat siswa tentang pembelajaran bermain peran dengan metode firing line,
2 kesulitan siswa dalam bermain peran menggunakan metode firing line, 3 manfaat apa yang siswa peroleh selama mengikuti pembelajaran bermain peran
dengan metode firing line, 4 tanggapan siswa terhadap gaya mefngajar guru, dan 5 pesan dan kesan siswa setelah mengikuti pembelajaran bermain peran dengan
metode firing line. Hasil dari data jurnal menunjukkan bahwa 100 siswa atau 30 siswa
merasa senang dan tertarik dengan pembelajaran bermain peran yang dilaksanakan. Cara guru mengajar membuat senang dan jelas dalam menerima
materi. Siswa senang dengan metode firing line karena dapat memerankan berbagai tantangan peran yang diberikan dan dapat berekspresi dengan leluasa.
Siswa merasa dapat bergaya dan berekspresi dibanding pada pembelajaran siklus I. Sebagian besar siswa tidak menemui kesulitan dan bisa lebih percaya diri dalam
bermain peran. Dengan diberikan waktu longgar dalam memahami naskah, siswa bisa lebih menghayati peran, sehingga gerakan tubuh atau gesture bisa mengalir
dengan sendirinya. Akan tetapi masih ada beberapa siswa yang merasa kesulitan mengatur gesture atau tingkah laku dan juga kurang berkspresi karena banyak
tertawa dan kurang serius dalam berperan. Dari data jurnal dapat disimpulkan bahwa siswa senang dengan
pembelajaran bermain peran yang dilaksanakan. Siswa merasa lebih baik dalam memerankan tokoh dibanding siklus I. Siswa tidak menemui kesulitan. Hanya saja
beberapa siswa merasa masih kurang serius dalam bermain peran.
4.1.2.2.4 Dokumentasi