Pengertian Rehabilitasi Sosial Kesejahteraan Sosial

Transportasi, Jalan raya, Air bersih, Pertahanan dan Keamanan merupakan beberapa kebijakan publik. Sedangkan kebijakan kebijakan mengenai jaminan sosial, seperti bantuan sosial dan asuransi sosial yang umumnya diberikan bagi kelompok miskin adalah contoh kebijakan sosial Suhartono, 2009:11-12.

2.4 Pengertian Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi adalah proses mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula yang tadinya dalam keadaan baik, tetapi karena sesuatu hal kemudian menjadi tidak berfungsi atau rusak. Rehabilitasi bisa juga perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat agar mereka dapat memiliki seoptimal mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi. Rehabilitasi mengandung makna pemulihan kepada kedudukan keadaan, nama baik yang dahulu semula atau perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat Pengertian Rehabilitasi, 2014. http: www.kbbi.web.i d. Apabila kata rehabilitasi dipadukan dengan kata sosial, maka rehabilitasi sosial bisa diartikan sebagai pemulihan kembali keadaan individu yang mengalami permasalahan sosial kembali seperti semula.Rehabilitasi sosial merupakan upaya memperbaiki keadaan sosial dari keadaan yang tidak baik menjadi keadaan yang lebih baik berdasarkan upaya yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Upaya rehabilitasi sosial ini dengan cara membuatnya menyusaikan diri dengan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan. Seseorang dapat berintegrasi dengan masyarakat apabila memiliki kemampuan fisik, mental, dan sosial serta diberikan kesempatan untuk berpartisipasi. Contohnya seseorang yang mengalami permasalah sosial seperti pecandu narkoba, maka mereka akan dicoba Universitas Sumatera Utara untuk dikembalikan kedalam keadaan sosial yang normal seperti orang pada umumnya Konsep Reahabilitasi Sosial . 2014. http:www.google.com

2.5 Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni

2.5.1 Tujuan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni

1. Tersedianya perumahan yang layak huni bagi keluarga fakir miskin 2. Meningkatnya kemampuan keluarga dalam melaksanakan perandan fungsi keluarga untuk memberikan perlindungan, bimbingan dan pendidikan keluarga 3. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat 4. Berkembangnya kegotong-royongan dan kesetiakawanan sosial 5. Terentaskannya masalah kemiskinan.

2.5.2 Kriteria Kepala Keluarga Penerima Bantuan RS-RTLH

Adapun kriteria yang yang harus dimiliki kepala keluarga penerima Bantuan RS-RTLH adalah sebagai berikut: 1. Memiliki KTP identitas diri yang yang berlaku 2. Kepala keluarga anggota keluarga tidak mempunyai sumber mata pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan 3. Kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan pangan untuk penduduk miskin seperti zakat dan raskin 4. Tidak memiliki asset lain apabila dijual tidak cukup untuk membiayai kebutuhan hidup anggota keluarga selama 3 bulan kecuali tanah dan rumah yang ditempati Universitas Sumatera Utara 5. Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang dibuktikan dengan sertifikat atau girik atau ada surat keterangan kepemilikan dari kelurahan desa atas status tanah 6. Rumah yang dimiliki dan ditempati adalah rumah tidak layak huni yang tidak memenuhi syarat kesehatan, keamanan dan solusi, dengan kondisi sebagai berikut : a. Tidak permanen dan atau rusak. b. Dinding dan atap dibuat dari bahan yang mudah rusaklapuk, seperti : papan, ilalang, bambu yanng dianyam gedeg. c. Dinding dan atap sudah rusak sehingga membahayakan, mengganggu keselamatan penghuninya. d. Lantai tanah semen dalam kondisi rusak. e. Diutamakan rumah tidak memiliki fasilitas kamar mandi, cuci dan kakus.

2.5.3 Kriteria Sarana dan Prasarana Lingkungan

Sarana prasarana lingkungan yang menjadi sasaran kegiatan adalah : 1. Terletak pada lokasi RS-RTLH 2. Merupakan fasilitas umum yang mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat terutama warga miskin. 3. Menjadi kebutuhan dan diusulkan oleh masyarakat. 4. Legal dan tidak berpotensi menimbulkan konflik. 5. Masyarakat setempat bersedia untuk mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki seperti : lahan, tenaga dan material.

2.5.4 Kelompok Penerima Bantuan

Universitas Sumatera Utara Kepala keluarga penerima bantuan dengan difasilitasi oleh Dinas Sosial KabupatenKota membentuk kelompok dengan anggota berjumlah 5 sampai dengan 10 KK. Tugas kelompok adalah : 1. Membentuk pengurus kelompok terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. 2. Membuka rekening di Bank Pemerintah atas nama kelompok dengan specimen ditandatangani ketua dan bendahara. 3. Melakukan penilaian bagian rumah yang akan direhabilitasi. 4. Menetapkan toko bangunan yang akan menjamin penyediaan barang. 5. Mengusulkan pelaksana yang ahli dalam bidang bangunan tukang. 6. Mengajukan usulan kebutuhan perbaikan rumah beserta dana yang diperlukan maksimal sebesar Rp. 10.000.000,- setiap rumah untuk disetujui oleh Dinas Sosial. 7. Membantu tukang yang telah ditunjuk untuk mengerjakan perbaikan rumah secara gotong royong dalam satu kelompok. 8. Setelah uang diterima, ketua membuat dan menandatangani tanda terima uang bantuan dari Kementerian Sosial sejumlah yang tercantum dalam rekening dengan diketahui aparat desa kelurahan setempat dan segera dikirim ke Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial Kabupaten Kota. 9. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan kegiatan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni kepada Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melaui Dinas Sosial Kabupaten Kota tembusan disampaikan kepada Dinas Sosial Provinsi dengan melampirkan bukti-bukti Universitas Sumatera Utara kwitansi pengeluaran dan surat pernyataan telah diselesaikannya pekerjaan yang diketahui kepala desa lurah.

2.5.5 Tim Pembangunan Sarling

Pelaksanaan pembangunan Sarling di RS-RTLH tim pembangunan sarling mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Menyusun pengurus Tim Sarling yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. 2. Membuka rekening di bank pemerintah atas nama kelompok dengan specimen ditandatangani ketua dan bendahara. 3. Menentukan jenis Sarling yang akan dibangun sesuai kebutuhan masyarakat. 4. Menggali dan mendayagunakan potensi dan sumber lokal. 5. Menggerakkan masyarakat dan dunia untuk usaha untuk berpartisipasi. 6. Menunjuk tenaga ahli tukang. 7. Melakukan pembangunan Sarling secara bergotong-royong. 8. Setelah uang diterima, ketua membuat dan menandatangani tanda terima uang bantuan dari Kemeterian Sosial sejumlah uang yang tercantum dalam rekening dengan diketahui aparat desakelurahan setempat dan segera dikirim ke Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial KabupatenKota. 9. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan kegiatan Sarling kepada Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial KabupatenKota tembusan disampaikan kepada Dinas Sosial Provinsi, dengan melampirkan bukti-bukti kwitansi pengeluaran dan surat pernyataan selesainya pekerjaan yang diketahui kelapa desalurah. Universitas Sumatera Utara

2.5.6 Prosedur Pengusulan Kegiatan

Prosedur pengusulan penerima bantuan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni dan sarana prasarana lingkungan adalah sebagai berikut : 1. Dinas Sosial Kabupaten Kota bersama TKSK PSM Karang Taruna Organisasi Sosial Aparat desa Kelurahan melakukan pendataan Kepala Keluarga calon penerima RTLH. 2. Berdasarkan hasil pendataan tersebut, Dinas Sosial Instansi Kabupaten Kota mengajukan permohonan bantuan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni ke Kementerian Sosial dengan rekomendasi Dinas Sosial Provinsi dengan melampirkan data lokasi, data calon penerima dan foto rumah. 3. Ditjen Pemberdayaan Sosil cq Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melakukan verifikasi administrasi dan verifikasi lapangan. 4. Berdasarkan hasil verifikasi administrasi dan lapangan Ditjen Pemberdayaan Sosial mengeluarkan SK Penerapan KK penerima bantuan RS-RTLH dan alokasi sarana lingkungan. 5. Nama penerima bantuan yang sudah ditetapkan dalam SK Dirjen Pemberdayaan Sosial tidak dapat diganti. 2.5.7 Pelaksanaan Kegiatan 2.5.7.1 Prinsip Pelaksanaan Prinsip pelaksanaan kegiatan RS-RTLH dan Sarling : a. Swakelola. Baik secara individu maupun kelompok sesuai pasal 39 dan lampiran I Bab III Keppres No. 80 tahun 2003. b. Kesetiakawanan. Dilandasi oleh kepedulian sosial untuk membantu orang. Universitas Sumatera Utara c. Keadilan. Menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskriminatif dan seimbang antara hak dan kewajiban. d. Kemanfaatan. Dilaksanakan dengan memperhatikan kegunaan atau fungsi dari barang ruang kondisi yang diperbaiki atau diganti. e. Keterpaduan. Mengintegrasikan berbagai komponen terkait sehingga dapat berjalan secara terkoordinir dan sinergis. f. Kemitraan. Dalam upaya menigkatkan kesejahteraan fakir miskin dan masyarakat pada umunnya dibutuhkan kemitraan dengan berbagai pihak. g. Keterbukaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini berhak mendapatkan informasi yang benar dan bersedia menerima masukan bagi keberhasilan pelaksanaan kegiatan RS-RTLH. h. Akuntabilitas. Berbagai sumber daya digunakan dengan penuh tanggung jawab dan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis maupun administratif. i. Partisipasi. Pelaksanaan RS-RTLH dilaksanakan dengan melibatkan unsur masyarakat termasuk dunia usaha dengan mendayagunakan berbagai sumber daya yang dimilikinya. j. Profesional. Dilaksanakan dengan menggunakan manajemen yang baik dan pendekatan konsep yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. k. Keberlanjutan. Dilaksanakan secara berkesinambungan untuk mencapai kesejateraan dan kemandirian.

2.5.7.2 Tahapan Pelaksanaan Bantuan

a. Verifikasi proposal Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni. Universitas Sumatera Utara b. Penjajagan calon lokasi kegiatan, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kesiapan daerah dan masyarakat, kelayakan calon penerima bantuan dan faktor lainnya yang akan mendukung keberhasilan kegiatan. c. Sosialisasi. Sosialisasi dilaksanakan dalam rangka memperoleh kesamaan pemahaman dan gerak langkah setiap pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan RS-RTLH. Sasaran kegiatan sosialisasi mencakup : 1. Dinas Instansi Sosial Provinsi. 2. Dinas Instansi Sosial Kabupaten Kota. 3. Unsur Masyarakat. 4. Pendamping TKSK. d. Membangun dan mengermbangkan komitmen untuk menyepakati berbagai sumber daya yang dapat dan akan dialokasikan oleh Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam rangka mencapai keberhasilan pelaksanaan program. e. Penentuan lokasi dan calon penerima. f. Verifikasi Calon Penerima Bantuan. g. Pelaksanaan pembangunan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni : 1. Melakukan penilaian dan menentukan bagian rumah yang akan diperbaiki. 2. Menetapkan prioritas bagian rumah yang akan diperbaiki berdasarkan pada fungi dan ketersediaan dana dan sumber lainnya. Universitas Sumatera Utara 3. Membuat rincian jenis bahan bangunan yang diperlukan serta besarnya biaya. 4. Melaksanakan pembelian bahan bangunan. 5. Melaksanakan perbaikan rumah dan pembangunan Sarling. 6. Pelaksanaan pembangunan RS-RTLH telah selesai selambat- lambatnya 100 hari setelah dana masuk ke rekening kelompok.

2.5.7.3 Pelaporan

Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan oleh Dinas Sosial Kabupaten Kota kepada Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin, mencakup : a. Laporan pertanggungjawaban keuangan dana operasional masing-masing Kabupaten Kota selambat-lambatnya akhir tahun anggaran. b. Laporan pertanggungjawaban keuangan bantuan RS-RTLH masing-masing kelompok setelah selesai pelaksanaan pekerjaan. c. Laporan hasil pelaksanaan kegiatan dengan melampirkan foto rumah dan sarling dalam kondisi sebelum, proses dan hasil akhir kegiatan dengan disertakan surat pernyataan penyelesaiaan pekerjaan untuk kelompok, disampaikan selambat-lambatnya 14 hari setelah pekerjaan selesai.

2.5.7.4 Pelaksanaan Program

Universitas Sumatera Utara 1. Unsur Pemerintah : a. Kementerian Sosial b. Dinas Sosial Provinsi c. Jajaran Pemkot Pemkab d. Dinas Sosial Kota Kabupaten e. Dinas Instansi Lembaga terkait 6. Unsur Mayarakat a. Penerima Bantuan b. Tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat c. TKSK, PSM, Karang Taruna, Tagana d. WKSBM, FCU e. Organisasi Sosial LSM 7. Dunia Usaha

2.5.7.5 Peran Pihak-Pihak Terkait

1. Kementerian Sosial a. Menyusun pedoman pelaksanaan Bedah Kampung b. Menyiapkan anggaran bedah kampung c. Melaksanakan penjajakan dan verifikasi ke lokasi calon penerima bantuan d. Melaksanakan koordinasi dengan pihak-pihak terkait e. Menetapkan lokasi bedah kampung f. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi g. Membuat laporan kegiatan Universitas Sumatera Utara 2. Provinsi a. Menerima usulan dari Kabupaten Kota data calon penerima bantuan RS-RTLH, Sarling, dan UEP KUBE serta memberikan rekomendasi b. Mengusulkan lokasi yang menjadi prioritas kegiatan c. Menggali potensi dan sumber untuk mengoptimalkan pelaksanaan bedah kampung d. Bersama dengan Kementerian Sosial RI melakukan penjajakan, pemantauan dan evaluasi 3. Kabupaten a. Melakukan pendataan menyiapkan dan mengajukan data lokasi bedah kampung dan data by name by address calon kepala keluarga penerima kegiatan bantuan RS-RTLH, Sarling, dan UEP Kube kepada kemeterian sosial melalui Dinas Sosial Provinsi b. Melibatkan TKSK untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan bedah kampung c. Melaksanakan sosialisasi kegiatan bedah kampung kepada penerima bantuan pihak-pihak terkait wilayah kerjanya d. Melakukan verifikasi calon penerima RS-RTLH, Sarling, UEP KUBE dalam rangka bedah kampung e. Membentuk kelompok penerima bantuan UEP KUBE f. Membentuk tim Sarling g. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan bedah kampung Universitas Sumatera Utara h. Membuat menginformasikan rekening kelompok penerima bantuan dan meyiapkan rekening untuk bantuan dana operasional untuk bantuan yang bersumber dari dana APBN i. Mengalokasikan dana untuk optimalisasi pelaksanaan kampung j. Menggerakkan potensi sumber kesejahteraan sosial k. Melaksanakan monitoring serta evaluasi l. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan bedah kampung m. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bedah kampung kepada kementerian sosial 4. Pendamping TKSK a. Membantu membuat rencana usulan kebutuhan perbaikan rumah dan sarling dalam rangka bedah kampung b. Membantu monitoring pelaksanaan kegiatan bedah kampung c. Melaksanakan pendampingan terhadap KUBE d. Membantu memobilisasi massa dalam pelaksanaan bedah kampung e. Mambantu pembuatan laporan f. Memberikan motivasi kepada masyarakat penerima bantuan 5. Penerima bantuan RS-RTLH a. Melakukan penilaian bagian rumah yang akan direhabilitasi b. Mengajukan usulan kebutuhan perbaikan rumah beserta dana yang diperlukan maksimal sebesar Rp 10.000.000 untuk disetujui Dinas Sosial Kabupaten Kota Universitas Sumatera Utara 6. Masyarakat 4. Mengalokasikan sumber daya lain yang dibutuhkan untuk keberhasilan kegiatan 5. Melakukan penanggulangan dana dan sumber lainnya yang dibutuhkan 6. Bersama kelompok dan tim pembangunan Sarling melaksanakan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni dan sarana prasarana lingkungan 7. Melaksanakan pemeliharaan dan peningkatan hasil kegiatan bedah kampung 2.5.8 Penyaluran, Pencairan dan Penggunaan Dana 2.5.8.1 Penyaluran 1. Pihak Dnas Sosial Kabupaten Kota mengajukan identitas penanggung jawab pengelola anggaran nama dan alamat kantor, penanggung jawab program, nama bendahara pengeluaran, nomor rekening bank dan nomor pokok wajib pajak ke Dit. PFM untuk dana operasional tembusan disampaikan kepada Dinas Instansi Sosial Provinsi. 2. Pihak Dinas Sosial Kabupaten Kota mengajukan identitas dan nomor rekening Dinas Sosial yang sudah ada, rekening kelompok penerima bantuan RS-RTLH dan rekening Tim Sarling. 3. Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin mengajukan SPP-LS ke bagian keuangan Direktorat Jendral Universitas Sumatera Utara Pemberdayaan Sosial dengan melampirkan SK Dirjen Pemberdayaan Sosial tentang penetapan penerima bantuan RS-RTLH dan rekening tim Sarling untuk dibuatkan SPM-LS. 4. Pejabat Pembuat Komitmen mengajukan SPM-LS ke KPPN dilampiri SK Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial tentang penerima bantuan RS-RTLH serta dana operasional. 5. KPPN menerbitkan SP2D dan menyalurkan ke rekening Dinas Sosial Kabupaten Kota, rekening kelompok penerima bantuan RS- RTLH dan rekening tim Sarling. 6. Pencairan dana kegiatan RS-RTLH dari rekening kelompok dapat dilaksanakan setelah mendapatkan rekomendasi persetujuan dari Dinas Sosial Kabupaten Kota.

2.5.8.2 Penggunaan Dana

1. Jumlah dana bantuan stimulant untuk setiap unit rumah; Rp. 10.000.000,- dengan proporsi penggunaan sebagai berikut : Tabel 2.1 Rincian penggunaan dana bantuan RS-RTLH No. Uraian Jumlah Rp 1. 2. Pembelian bahan bangunan dan kinsumsi Biaya tukang 90 10 9.000.000,- 1.000.000,- Jumlah 100 10.000.000,- Sumber : kemensos 2013 Universitas Sumatera Utara 2. Jumlah dana bantuan stimulant untuk setiap unit Sarling; Rp. 45.000.000,- dengan proporsi penggunaan sebagai berikut : Tabel 2.2 Rincian penggunaan dana bantuan Sarling No. Uraian Jumlah Rp 1. 2. Pembelian bahan bangunan dan kinsumsi Biaya tukang 90 10 40.500.000,- 4.500.000,- Jumlah 100 45.000.000,- Sumber : kemensos 2013 3. Jumlah dana untuk operasional kegoatan sebesar Rp. 12.500.000,- yang digunakan untuk : a. Sosialisasi b. Monitoring dan Evaluasi c. Pelaporan 4. Apabila sampai dengan akhir tahun anggaran masih terdapat sisa dana operasional, maka Dinas Sosial Kabupaten Kota harus segera menyetor ke kas Negara dengan blanko Surat Setoran Pengembalian Belanja, belanja barang non operasional lainnya dengan kode 521218 an. Direktorat PFM kode Satker 440207. 5. Seluruh pajak dan penerima Negara bukan pajak dalam pelaksanaan kegiatan dana operasional disetorkan ke kas Negara oleh pihak Dinas Sosial Kabupaten Kota sesuai peraturan perpajakan yang berlaku dengan Universitas Sumatera Utara menyampaikan bukti setoran pajak dan Surat Setoran Bukan Pajak SSBP ke Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin.

2.5.9 Sanksi

Sanksi hukum akan dikenakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku apabila : 1. Dinas Sosial selaku penerima, pengelola dan penanggung jawab dana operasional tidak sepenuhnya dipergunakan sesuai dengan peruntukkannya. 2. Kelompok penerima bantuanstimulan RS-RTLH selaku penerima, pengelola dan penanggung jawab dana bantuan tidak sepenuhnya dipergunnakan sesuai dengan peruntukkannya. 3. Tim Sarling selaku pengelola dan penanggung jawab dana Sarling tidak sepenuhnya dipergunakan sesuai dengan perunntukkannya Kementerian Sosial RI.2013, Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan, http: www.kemsos.go.id.

2.6 Kemiskinan

2.6.1 Pengertian Kemiskinan

Memahami kemiskinan kita perlu memandang kemiskinan dari dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau kelempok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhikebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya Universitas Sumatera Utara dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia Siagian, 2012 : 2-3. Bappenas mendefinisikan kemiskinan dalam 3 kriteria, yaiut : 1. Berdasarkan kebutuhan dasar suatu ketidakmampuan lack of capabilities seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum antara lain : pangan, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan rendahnya kemampuan fisik dan mental seseorang, keluarga dan masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari. 2. Berdasarkan pendapatan, suatu tingkat pendapatan atau pengeluaran seseorang, keluarga, dan masyarakat berada di bawah ukuran tertentu garis kemiskinan. Kemiskinan ini terutama disebabkan rendahnya penguasaan asset seperti lahan, modal, dan kesempatan usaha. 3. Berdasarkan kemampuan dasar, suatu keterbatasan kemampuan dasar seseorang dan keluarga untuk menjalankan fungsi minimal dalam suatu masyarakat. Keterbatasan kemampuan dasar akan menghambat seseorang dan keluarga dalam menikmati hidup yang lebih sehat, maju dan berumur panjang. Juga memperkecil kesempatan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan masyarakat dan mengurangi kebebasan dalam menentukan pilihan terbaik bagi kehidupan pribadi. Universitas Sumatera Utara Dari kedua pengertian kemiskinan di atas, kemiskinan dapat diartikan sebagai kondisi dari seseorang, keluarga, dan masyarakat yang berada dibawah nilai standar minimum yang tidak memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuahn hidup minimum antara lain: pangan, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi.

2.6.2 Aspek-Aspek Kemiskinan

Langkah pertama yang tepat dilakukan dalam upaya memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu : 1. Kemiskinan itu multi dimensi. Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi yang berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam. 2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya 3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur. Kondisi kehidupan manusia memiliki standar yang akuntabel. Kajian kesehatan memiliki kemampuan untuk mengukur kuantitas kalori yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup secara wajar. 4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif. Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, Universitas Sumatera Utara baik secara individual maupun kelompok dan bukan wilayah Siagian, 2012: 12-15.

2.6.3 Gejala-Gejala Kemiskinan

Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejala kemiskinan seperti : 1. Kondisi kepemilikan faktor produksi. Salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan, apa alat atau faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut miskin atau tidak. 2. Angka ketergantungan penduduk. Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain. Angka ketergantungan tentu sangat berbeda pada negara yang surplus dan minus lapangan dan kesempatan kerja. Tingginya angka ketergantungan di Indonesia saat nyata, dimana bekerja di negara lain saat ini menjadi alternatif. 3. Kekurangan gizi. Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung dapat digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang itu dapat hidup secara layak. 4. Pendidikan yang rendah. Di era modern ini, pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang penting. Pendidikan bahkan telah dianggap sebagai indikator utama kedudukan dalam masyarakat Siagian, 2012 : 16-19.

2.6.4 Ciri-Ciri Kemiskinan

Universitas Sumatera Utara Suatu studi menunjukkan ada 5 lima ciri-ciri kemiskinan, yaitu : 1. Mereka yang dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. 2. Mereka pada umunya tidak mempunya kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. 3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD, atau hanya tamat SD. Kondisi seperti inilah yang akan berpengaruh terhadap wawasan mereka. 4. Pada umunya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat. 5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang makin deras. Artinya, laju investasi diperkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi Siagian, 2012: 20-23.

2.6.5 Keluarga Miskin

Kriteria Rumah Tangga Miskin menurut Badan Pusat Statistik yaitu : 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter per orang. 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan Universitas Sumatera Utara 3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal terbuat dari bambu rumbia kayu berkualitas rendah tembok tanpa di plester. 4. Tidak mempunyai fasilitas tempat buang buang air besar bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga bukan listrik. 6. Sumber air minum diambil dari sumur mata air tidak terlindungi sungai air hujan. 7. Tidak pernah mengkonsumsi daging susu ayam perminggu atau hanya dalam satu kali seminggu. 8. Tidak pernah membeli pakaian baru untuk setiap RT dalam setahun atau tidak pernah membeli hanya satu stel dalam setahun. 9. Makanan dalam sehari untuk setiap RT hanya sekali makan dua kali makan dalam sehari. 10. Tidak mampu membayar untuk berobat ke puskesmas poliklinik untuk berobat. 11. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga; petani dengan luas tanah 0,5 ha buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan berpendapatan dibawah Rp 600.000 bulan. 12. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga keluarga tidak sekolah tidak tamat SD hanya tamat SD. 13. Kepemilikan asset tabuungan tidak punya barang yang mudah dijual minimal Rp 500.000 seperti sepeda motor, emas, ternak, kapal, atau barang modal lainnya. Universitas Sumatera Utara Adapun yang menjadi karakteristik penduduk miskin menurut LP3S adalah : 1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri. 2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. 3. Tingkat pendidikan umumnya rendah. 4. Banyak diantara mereka yang tidak mempunyai fasilitas. 5. Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai. 6. Makan dua atau sekali tetapi jarang makan telor dan daging makanan bergizi. 7. Tidak bisa berobat ketika sakit. 8. Memiliki banyak anak atau satu rumah dihuni banyak keluarga atau dipimpin kepala keluarga perempuan. Keluarga dirumuskan sebagai unit masyarakat kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.Pengertian keluarga dapat dilihat dalam arti sempit dan luas.Keluarga dalam arti sempit didefinisikan sebagai kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum dewasa belum kawin.Sedangkan, defenisi keluarga dalam artt luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan keluarga yang luas daripada ayah, ibu dan anak- anaknya.Jadi yang dimaksud dengan keluarga miskin adalah suatu unit masyarakat yang terkecil yang mempunyai hubungan biologis yang hidup dan tinggal dalam satu rumah yang standar ekonominya lemah atau tingkat Universitas Sumatera Utara pendapatannya relatif kurang untuk memenuhi kebutuhan pokok dasar seperti sandang, pangan dan papan Badan Pusat Statistik.2013. http: www.bps.co.id .

2.6 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan welfare ialah dua kata benda yang dapat diartikan nasib yang baik, kesehatan, kebahagian, dan kemakmuran.Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk pada keadaan yang baik, kondisi masyarakat dimana orang- orangnya dalam keadaan makmur, sehat dan damai.Kesejahteraan sosial dalam arti sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisiknya belaka, tetapi juga ikut lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisiknya belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spriritual Adi, 2005 : 40. Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan berdasarkan asas : 1. Kesetiakawanan 2. Keadilan Universitas Sumatera Utara 3. Kemanfaatan 4. Keterpaduan 5. Kemitraan 6. Keterbukaan 7. Akuntabilitas 8. Partisipasi 9. Profesionalitas 10. Keberlanjutan Kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda, meskipun substansinya tetap sama. Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu : 1. Kondisi kehidupan atau keadaan kesejahteraan, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani dan sosial. 2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial. 3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera Suhartono, 2009:2.

2.8 Kerangka Pemikiran