I. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Industri pengolah biji mete Indonesia mulai dikembangkan pada tahun 1970 dan sejak tahun 1977 Indonesia mulai melakukan ekspor mete Muljohardjo, 1990.
Menurut data Ditjenbun 2001 mengenai produksi jambu mete di seluruh Indonesia sejak tahun 1996-2001 menunjukkan kenaikan yang terus -menerus bertambah. Pada
tahun 1996, produksi jambu mete telah mencapai 67.676 ton, dan pada tahun 2001, produksi jambu mete meningkat menjadi 94.439 ton. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik BP S pada tahun 2002 produksi mete gelondong Indonesia mencapai 116.306 ton dengan luas areal tanam 611.243 hektar. Produksi mete gelondong
Indonesia pada tahun 2003 diperkirakan akan mencapai 118.711 ton dengan luas areal tanam 614.232 hektar. Sejak tahun 1994-2002 pertumbuhan areal tanam jambu
mete terus mengalami peningkatan hingga 3,5 per tahunnya. Volume ekspor mete gelondong Indonesia pada tahun 2000 mencapai 28.000 ton dengan nilai US 32
juta. Jumlah produksi mete gelondong Indonesia dari tahun 1995-2003 dapat dilihat
pada Tabel 1 . Tabel 1
. Jumlah Produksi Mete Gelondong Indonesia
Tahun Produksi ton
Produktivitas tonHa
1995 74.616
16 1996
67.079 15,4
1997 73.158
14,9 1998
86.924 16,7
1999 89.924
16,3 2000
69.927 12,5
2001 91.586
15,6 2002
116.306 19
2003 118.711
19,3
Sumber : Badan Pusat Statistik BPS, 2002 perkiraan
Indonesia mengimpor kacang mete gelondong dan mete tanpa kulit dari India sebanyak 15.876 ton Ditjenbun dan Said, 2000. Dominasi pasar mete oleh
India tampak nyata pada volume ekspor Indonesia, yaitu sebesar 25.075 ton atau 87,66 diekspor ke India dan sisanya ke USA, Taiwan, Selandia Baru, Hongkong,
dan Emirat Arab Ditjenbun dan Said, 2000. Ekspor mete sebagian besar 94,44 dalam bentuk gelondong dan sebagian kecil 5,56 dalam bentuk kacang
Ditjenbun, 2000. Dilihat dari harga jual, kacang mete mempunyai harga yang lebih tinggi, yaitu sekitar 6 kali lipat daripada harga mete gelondongan PARUL, 2000.
Oleh karena itu, pemerintah lebih menganjurka n ekspor produk dalam bentuk kacang. Selain harganya yang lebih mahal, yaitu sekitar Rp 35.000,-kg sampai Rp
45.000,-kg, kulit gelondong dari kacang mete mengandung minyak laka yang memiliki nilai tambah cukup tinggi bila diolah dengan tepat Haqqi, 2005.
Selain sebagai komoditas ekspor, mete juga memiliki hasil samping dari pengolahannya, yaitu cairan kulit mete atau cashew nut shell liquid CNSL
Setiyono, 2002. Cairan CNSL tersebut bersifat korosif, beracun, dan dapat mengiritasi kulit Aryanti, 2001. Cairan CNSL ini tidak dapat dimakan Mumu,
2001. Meskipun demikian, CNSL sangat banyak kegunaannya di bidang industri.
Mete gelondongan masih memiliki kulit mete yang sangat keras, liat, dan tebal. Kulit mete gelondong ini akan berfungsi sebagai lapisan pelindung kacang
mete kernel didalamnya. Kacang mete gelondong memiliki umur simpan lebih dari satu tahun, karena mete tersebut masih memiliki kulit pelindung yang
sangat baik. Kegiatan distribusi mete gelondong biasa dilakukan dengan kemasan karung biasa. Maka dari itu, pengemasan terhadap mete gelondong
kurang diperhatikan. Lain halnya dengan kacang mete yang tidak memiliki kulit pelindung yang keras seperti halnya mete gelondong, sehingga tidak ada lapisan
pelindung untuk menjaga keawetannya. Faktor pengemasan menjadi sangat penting dan harus diperhatikan untuk kacang mete tanpa kulit ini. Hal tersebut
yang mendorong dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini mengenai pengemasan dan penyimpanan mete tanpa kulit selama periode dua bulan.
Penelitian ini ingin menemukan jenis kemasan yang terbaik untuk kacang mete tanpa kulit, sehingga dengan terpilihnya bahan kemasan terbaik untuk mete,
maka penjualan, distribusi, bahkan ekspor mete nantinya dapat dilakukan pada kacang mete yang telah dikupas bersih, tidak perlu berupa mete yang masih
berbentuk gelondong, mengingat ekspor mete dalam bentuk kacangnya tanpa kulit masih jarang dilakukan.
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bahan kemasan terbaik untuk mengemas kacang mete Cashew Nut siap olah. Jenis kemasan yang
diujikan ada 4 macam, yaitu kertas minyak, plastik polietilen PE, plastik polipropilen PP, dan cup plastik OPP. Adapun jenis plastik PE yang digunakan
adalah LDPE Low Density Polyethilene.
II. TINJAUAN PUSTAKA A.