TUJUAN MONITORING Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Penyebaran Alat dan Mesin Pertanian di Wilayah Pulau Jawa

Kegiatan monitoring penyebaran alat dan mesin pertanian membantu pemerintah dalam penerapan manajemen penyebaran alat dan mesin pertanian di pulau Jawa. Ada beberapa alasan penting perlunya monitoring dalam penyebaran alat dan mesin pertanian. Pertama, untuk mengetahui perkembangan alat dan mesin pertanian yang tersedia pada suatu daerah. Kedua, sebagai landasan dalam penyediaan alat dan mesin pertanian sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pertanian. Selanjutnya, untuk melakukan peremajaan dari alat dan mesin pertanian yang telah usang dan tidak layak digunakan. Pada akhirnya, monitoring terhadap alat dan mesin pertanian berguna untuk evaluasi program mekanisasi pertanian dalam pembangunan di sektor pertanian. Penelitian ini dilakukan untuk membangun sistem informasi mengenai monitoring alat dan mesin pertanian yang tersebar di pulau Jawa. Hal ini akan berguna membantu pemerintah dalam menangani penyebaran alat dan mesin pertanian. Dengan adanya sistem informasi ini diharapkan dapat membantu dalam proses mekanisasi pertanian dari pembangunan pertanian.

B. TUJUAN

Tujuan pengkajian masalah khusus ini adalah : 1. Merancang sistem informasi mengenai monitoring penyebaran alat dan mesin pertanian di wilayah Pulau Jawa. 2. Mengembangkan prototipe sistem informasi monitoring yang mampu menampilkan informasi dan data-data penyebaran alat dan mesin pertanian di Pulau Jawa. 2 II TINJAUAN PUSTAKA

A. ALAT DAN MESIN PERTANIAN 1. Pengertian alat dan mesin pertanian

Alat dapat didefinisikan sebagai perkakas bersifat sederhana yang berguna, meringankan dan mempermudah pekerjaan sehingga dapat mengurangi tenaga manusia. Menurut Pratomo 1983 mesin dapat diartikan suatu alat yang digerakan secara mekanis, disertai dengan adanya perubahan bentuk energi satu ke bentuk energi lainnya. Alat dan mesin pertanian ialah aplikasi atau penggunaan alat dan mesin-mesin dalam kegiatan budidaya pertanian yang dimulai dari kegiatan pra panen hingga pasca panen dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas pertanian. Ada beberapa cakupan dari alat dan mesin pertanian. Pertama, alat dan mesin yang digunakan dalam kegiatan pengolahan lahan. Pada kegiatan ini dibagi atas pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah sekunder. Kedua, alat dan mesin yang digunakan dalam kegiatan penanaman. Alat dan mesin ini dibagi atas alat tanam padi dan alat tanam biji-bijian. Ketiga, alat dan mesin yang digunakan dalam kegiatan pemupukan. Alat pemupuk dibagi atas alat pemupuk mekanis dan semi mekanis. Selanjutnya, alat dan mesin yang digunakan dalam kegiatan pengendalian hama dan gulma. Alat ini dibagi menjadi dua tipe yaitu alat penyemprot dan alat pendebu. Selanjutnya yaitu alat dan mesin yang digunakan dalam kegiatan pasca panen. Secara umum dibagi menjadi dua kelompok yaitu pasca panen tanaman padi dan pasca panen tanaman biji-bijian. Dan yang terakhir ialah mesin pompa air yang berperan dalam kegiatan pengairan atau irigasi dalam proses budidaya pertanian. Perkembangan pertanian sangat begitu pesat, penerapan mekanisasi dalam kegiatan budidaya pertanian mutlak sangat diperlukan. Di beberapa negara berkembang dimana bidang pertanian merupakan sektor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara, penggunaan alat dan 3 mesin budidaya pertanian masih memegang peranan besar. Penggunaan alat dan mesin budidaya pertanian yang tepat akan mempercepat, mempermudah dan menghemat biaya dalam menyelesaikan kegiatan- kegiatan budidaya pertanian. Alat dan mesin budidaya pertanian dapat dikelompokan berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukannya yaitu sebagai berikut :

a. Mesin Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam Daywin, 1999. Menurut Purwadi 1990 pengolahan lahan adalah penyiapan lahan untuk penanaman dan proses mempertahankan keadaan lahan dalam keadaan remah dan bebas dari gulma selama pertumbuahan budidaya tanaman tersebut. Proses pengolahan lahan pertanian pada umumnya menggunakan tenaga manusia, hewan dan tenaga traktor. a. Tenaga Manusia Tenaga manusia merupakan tenaga kerja pertanian yang umum digunakan di negara-negara berkembang dan merupakan sumber tenaga yang mempunyai kemampuan kerja yang relatif kecil jika dibandingkan dengan tenaga hewan maupun tenaga traktor Daywin et al., 1991. Tenaga manusia umumnya masih diterapkan di daerah dengan sistem pengolahan lahan yang masih bersifat tradisional. b. Tenaga Hewan Tenaga hewan masih memegang peranan yang penting dalam pertanian di Indonesia. Kekurangan dari penggunaaan tenaga hewan ialah kurang effisien dalam waktu, Bersifat terbatas, tidak sesuai untuk pekerjaan yang bersifat stationer. c. Traktor Penggunaan traktor besar sulit diterapkan pada usaha tani dalam skala kecil, terutama untuk padi sawah. Di Indonesia tenaga 4 traktor yang paling umum digunakan ialah traktor tangan roda dua sebagai sumber tenaga penarik. Traktor tangan roda dua ialah traktor kecil dengan kekuatan kurang dari 12 daya kuda. Pengemudi dalam menjalankan traktor tangan berada dibelakang traktor dan berjalan kaki mengikuti geraknya Pratomo, 1990. Jenis traktor lainnya adalah traktor roda empat. Traktor roda empat atau lebih umumnya mempunyai motor yang lebih besar dan digunakan untuk penyiapan lahan pertanian. Traktor tersebut bisa dua WD Wheel Drive atau empat WD Wheel Drive untuk meningkatkan daya traksi dari traktor tersebut. Menurut Daywin et al, 1999 berdasarkan besarnya daya motor, traktor tangan dibedakan dalam tiga kategori yaitu : 1. Ukuran kecil, tenaga penggerak kurang dari 5 HP 2. Ukuran sedang, tenaga penggerak antara dari 5-7 HP 3. Ukuran besar, tenaga penggerak antara dari 7-12 HP Di Asia yang lebih banyak merupakan negara berkembang, penggunaan traktor roda dua dan implemennya cocok untuk pola pertaniannya yang dominan usaha tani lahan sawah berskala kecil Sakai et al., 1998.

b. Mesin Penanaman

Penanaman merupakan usaha menempatkan biji atau benih didalam tanah pada kedalam tertentu, secara acak atau menyebar biji di permukaan tanah atau menanamkan tanaman kedalam tanah Pratomo, 1990. Menurut Daywin 1999 operasi penanaman menyangkut penempatan biji atau benih di dalam tanah pada kedalam tertentu secara acak atau menyebar biji dipermukaan tanah dengan mesin sekaligus menutupnya akan menghasilkan barisan tanaman. Dengan menggunakan mesin penanam yang tepat, biji-bijian dapat di distribusikan kedalam tanah dengan mengikuti beberapa pola berikut ini Daywin, 1999 : 5 a. Sebar atau Broadcasting menyebar biji diatas permukaan tanah secara acak b. Drill Seeding menjatuhkan biji secara acak dalam alur dan sekaligus menutup biji tersebut c. Precission Drilling menempatkan sebuah biji dengan jarak yang sama dalam barisan tanaman d. Hill Dropping menempatkan sekelompok biji didalam tanah dengan jarak yang sama dalam barisan tanaman e. Check Row Planting menempatkan sekelompok biji dalam barisan tanaman sedemikian rupa sehingga barisan tanaman yang dihasilkan saling tegak lurus satu sama lain. Suatu mesin penanam, kecuali broadcaster harus mampu melakukan fungsi mekanis sebagai berikut : a. Membuat alur untuk biji sampai kedalam tertentu b. Mengatur jumlah biji yang akan ditanam c. Meletakkan biji dalam alur pada tempat yang dikehendaki d. Menutup biji dan mengeraskan tanah disekitar biji, sesuai dengan tipe biji yang ditanam.

c. Alat Pemupukan

Pupuk dibutuhkan untuk menutupi kekurangan zat-zat hara dalam tanah yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk dapat diberikan kedalam tanah dalam berbagai bentuk seperti pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk butiran, pupuk cairan dan gas Daywin, 1999. Tanah berpasir kehilangan unsur hara tanaman dengan cepat, karena unsur-unsur ini terlindi oleh curah hujan lebat atau karena pemberian air irigasi. Di daerah-daerah yang curah hujannya rendah, tanah liat kehilangan unsur-unsur hara tanaman jauh lebih lambat dibandingkan dengan tanah berpasir Purwadi, 1990. Menurut Pratomo 1990 mengelompokan alat pemupuk menjadi tiga golongan berdasarkan tanaga penariknya yaitu : 1 tenaga manusia, 2 tenaga hewan, dan 3 tenaga traktor. Berdasarkan penempatan pupuk alat penyebar pupuk butiran dapat dikelompokan 6 menjadi Band Applicator dan Broadcaster Applicator. Sedangkan penempatan pupuk cair dapat dilakukan dengan menggunakan 3 cara yaitu : a. Penempatan pupuk dibawah permukaan tanah b. Penempatan pupuk diatas permukaan tanah c. Penempatan pupuk melalui air irigasi

d. Mesin Pemberantas Hama

Hama atau hewan pengganggu merupakan hewan yang mempunyai sifat merusak dan perkembanganya sangat cepat sehingga terjadi kerusakan yang dapat menimbulkan pengurangan produksi tanaman. Beberapa cara pengendalian hama adalah antara lain dengan cara fisik, cara kimia dan cara biologis. Cara fisik adalah menggunakan peralatan mekanis. Cara kimia adalah dengan cara penyemprotan herbisida. Sedangkan dengan cara biologis yaitu dengan memberikan hewan yang bertindak sebagai pemangsa dari hama tersebut. Cara yang paling popular digunakan dikalangan masyarakat ialah dengan cara kimia dengan menggunakan alat dan mesin antara lain Hand Sprayer, Knapsack Motor Sprayer, Skidpower Motor Sprayer, Swing fog, dan Emposan Tikus. Pemberantasan hama pangganggu tanaman menggunakan bahan- bahan kimia antara lain insektisida, fungisida, dan herbisida dalam bentuk cairan dan tepung. Alat sprayer digunakan untuk memperoleh penyebaran cairan pupuk yang merata, efisien dan efektif. Menurut Daywin 1999 sprayer digunakan pada umumnya untuk : a. Menyemprotkan insektisida untuk mencegah dan memberantas hama tanaman. b. Menyemprotkan fungisida untuk mencegah dan memberantas penyakit tanaman. c. Menyemprotkan herbisida untuk mencegah dan memberantas tumbuhan pengganggu weed. d. Menyemprotkan cairan pupuk dan daun. 7 e. Menyemprotkan cairan hormon pada tanaman untuk tujuan-tujuan tertentu. a. Fungsi utama sprayer adalah untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan kecil droplet dan mendistribusikan secara merata pada permukaan tanaman atau ruangan yang harus dilindungi Daywin, 1999. Bahan semprot yang digunakan adalah bahan semprot berbentuk cairan.

e. Mesin Perontok Padi

Perontokan dapat diartikan sebagai usaha memisahkan atau melepaskan butir biji dari bagian tanaman dimana butir biji tersebut dibesarkan. Proses perontokan padi merupakan salah satu tahapan dalam proses pengolahan padi dimana proses perontokan padi adalah proses terlepasnya butiran-butiran gabah dari malainya. Proses perontokan padi dapat dilakukan dengan cara menginjak, menumbuk dan cara mekanis. Perontok secara mekanis lebih mudah dalam pengoperasiannya, lebih cepat waktu perontokannya dan susut perontokan lebih rendah dibandingkan dengan perontok tradisional. Dengan pemakaian alat yang tepat juga dapat dilakukan penanaman dengan secara serentak tanpa mengkhawatirkan kekurangan tenaga kerja manusia pada saat panen raya Miranda, 2003. Perontokan padi diartikan sebagai usaha melepaskan dan memisahkan gabah dari malainya. Perontokan akan terjadi apabila gaya yang diterima gabah lebih besar dari gaya yang menahannya. Prinsip perontokan padi adalah pukulan, gesekan, tarikan atau kombinasinya. Mekanismenya dapat dilakukan dengan cara : 1 diiles atau diinjak dengan tenaga manusia, 2 dibanting atau dipukul pada rak kayubambu, 3 dilakukan pada silinder berputar. 8

f. Mesin Pengolahan Padi

Proses pengolahan padi dilakukan setelah proses perontokan padi, proses pengolahan padi dimulai dengan beberapa tahapan yaitu : a. Pengering Padi Dryer yaitu suatu alat untuk menurunkan kadar air yang terdapat di dalam butiran gabah dengan cara memberikan hembusan udara yang dipanaskan. b. Pembersih Gabah Cleaner yaitu alat yang digunakan untuk membersihkan gabah dari kotoran-kotoran yang terdapat pada gabah seperti potongan-potongan jerami, kerikil dan benda-benda asing. c. Pemecah Kulit Gabah Husker adalah tahapan dalam pengolahan yang bertujuan untuk mengupas atau memisahkan kulit luar sekam dari gabah menjadi beras pecah kulit. d. Penyosoh Beras Polisher adalah alat yang digunakan untuk menyosoh beras pecah kulit menjadi beras putih. Namun terdapat suatu alat dimana ketiga fungsi alat diatas terdapat dalam satu alat yang saling terintegeritas satu sama lainnya yaitu : e. Penggilingan Padi Besar Large Rice Mill adalah suatu mesin penggilingan padi yang mempunyai unit lengkap terdiri dari mesin perontok padi, pembersih gabah, pemecah kulit, padi separator, pemutih polisher, grader elevator dan lainnya. f. Penggilingan Padi Kecil Small Rice Mill adalah penggilingan padi yang terdiri dari dua unit mesin yang dipasang terpisah yaitu pemecah kulit husker dan pemutih polisher. Umumnya proses pemindahan bahan dari satu alat ke alat lainnya dengan tenaga manusia. g. Rice Milling Unit adalah penggilingan padi yang merupakan satu unit yang kompak dimana antara pemecah kulit husker dan pemutih polisher tidak terpisahkan dan proses pemindahan dari satu alat ke alat yang lainnya menggunakan elevator. 9 Tabel 1. Kapasitas kerja rata-rata alat dan mesin pengolah padi KgHp.jam,Daywin et al., 1999 NO ALAT DAN MESIN KEGIATAN KAPASITAS KERJA 1 Perontok Padi Thresher Padi menjadi gabah bersih 78.577 kg Hp.jam gabah Bersih 2 Pemecah Kulit Husker Gabah Bersih menjadi Beras pecah kulit 120.39 kgHp.jam kg beras pecah kulit 3 Penyosoh Beras Polisher Beras pecah kulit menjadi beras sosoh putih 69.189 kgHp.Jam kg beras sosoh 4 Rice Milling Unit Gabungan Husker Polisher Gabah bersih langsung menjadi sosoh putih 37.40 kgHp.jam kg beras sosoh Sumber : Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering Daywin et al., 1999

g. Mesin Pompa Air

Pompa air adalah alat untuk memanfaatkan air dengan memindahkan dari sumber ke tempat yang membutuhkan air, biasanya ke tempat yang lebih tinggi. Berdasarkan prinsip kerja impeler untuk memindahkan air, pompa dapat dibedakan atas : pompa axial, pompa sentrifugal, dan mixed flow. 1. Pompa Axial Aliran zat cair yang meninggalkan impeler akan bergerak sepanjang permukaan silinder ke luar. 2. Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal dapat mengubah energi mekanik dalam bentuk kerja poros menjadi energi fluida. Pompa ini mempunyai sebuah impeler yang berfungsi untuk mengangkat zat cair dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi. 3. Mixed Flow Aliran zat cair yang meninggalkan impeler akan bergerak sepanjang permukaan kerucut di dalam pompa aliran campur ini. Berdasarkan jenis pompa itu dapat dibedakan sebagai berikut : 10 1. Submersible Pump Untuk memompa air dari sumur yang sangat dalam, sering digunkan pompa yang merupakan satu unit dengan motor penggeraknya, dimana keduanya dipasang terbenam dibawah permukaaan air. 2. Pompa Bebas Sumbatan Pompa jenis ini mempunyai impeler dengan bentuk khusus untuk menghindari sumbatan padat pada impelernya dengan cara memperlebar jalan keluar impeler.

2. Kebijakan Pemerintah dalam alokasi alat dan pertanian di Pulau Jawa pada saat ini

Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam alokasi alat dan mesin pertanian. Pertama, mendirikan unit-unit pelayanan jasa alsintan UPJA yang bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan alsintan dengan menerapkan sistem jasa sewa dengan kepemilikan secara kolektif. Kebijakan ini didorong dari kondisi petani yang belum mampu dalam hal kepemilikan alat dan mesin pertanian secara perseorangan. Kedua, kebijakan lain yang diambil pemerintah ialah melakukan penanganan sistem agribisnis dan agroindustri yang lebih intensif dan effisien. Hal ini terjadi karena adanya pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Sehingga terjadi kelangkaan tenaga kerja akibatnya biaya produksi menjadi tinggi. Selanjutnya, alokasi mesin sesuai dengan kondisi dan kebutuhan petani saat ini berdasarkan survey pertanian yang dilakukan. Dalam alokasi tersebut perlu diperhatikan aksesbilitas petani terhadap peralatan mekanis, kondisi dan sifat petani yang umumnya memiliki lahan yang sempit, ekonomi lemah, dan pendidikan terbatas. Alat dan mesin pertanian yang dimaksud ialah sederhana dalam pembuatan, penggunaan dan perawatan, efektif, efisien, dan dapat dibuat di dalam negeri dengan harga terjangkau. 11

B. MONITORING

Monitoring merupakan bagian dari pengamatan, pengumpulan informasi, pengawasan dan tidak lanjut. Secara definisi, monitoring adalah pengamatan dan pengawasan dalam suatu kegiatan dalam hubungan dengan hasil dan pengaruhnya. Tujuan monitoring adalah pertama untuk meyakinkan bahwa masukan dan keluaran telah berjalan sesuai dengan perencanaan. Kedua, untuk membuat dokumen tentang kegunaaan masukan, aktifitas dan hasil. Selanjutnya, untuk menjaga deviasi dari tujuan awal dan hasil yang diharapkan. Sedangkan menurut Dahlan 1998 dalam Widarto 1999 monitoring dapat diartikan sebagai kegiatan mengamati dan mengawasi yang dilakukan secara terus menerus atau berlaku di setiap tingkatan manajemen atau pengelola suatu kegiatan, untuk memastikan bahawa pengadaan atau penggunaan input, hasil yang ditargetkan dan tindakan-tindakan lainnya yang diperlukan dilaksanakan sesuai dengan rencana. Monitoring juga merupakan kegiatan yang teratur dan berkesinambungan dan dilakukan pada waktu suatu kegiatan sedang berlangsung sehingga sebenarnya monitoring adalah evaluasi di saat kegiatan sedang berlangsung. Menurut Wiranto 1996 dalam Widarto 1999 monitoring merupakan kegiatan pencatatan dan pengumpulan data serta informasi yang secara terus menerus, mengenai perkembangan pelaksanaan proyek atau kegiatan, hasil dan manfaat dari pelaksanaan proyek atau kegiatan. Untuk itu kegiatan monitoring alat dan mesin pertanian di pulau jawa sangat diperlukan. Ada beberapa alasan perlunya monitoring terhadap alat dan mesin pertanian. Pertama, untuk mengetahui perkembangan alat dan mesin pertanian yang tersedia pada suatu daerah. Kedua, sebagai landasan dalam penyediaan alat dan mesin pertanian sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pertanian suatu daerah. Selanjutnya, untuk melakukan peremajaan dari alat dan mesin pertanian yang telah usang dan tidak layak digunakan. Pada akhirnya, monitoring terhadap alat dan mesin pertanian berguna untuk evaluasi program mekanisasi pertanian dalam pembangunan di sektor pertanian. 12 Kegiatan monitoring terhadap penyebaran alat dan mesin pertanian yang dilakukan pemerintah pada saat ini dilakukan secara : 1. Langsung, berupa kunjungan ke objek lapangan terdiri dari kunjungan dalam rangka pembinaan serta pemberian penyuluhan kepada petani dan kunjungan dalam rangka pengawasan terkait dengan proyek penggunaan alsintan teknologi baru. 2. Tidak langsung, melalui pemeriksaan laporan-laporan yaitu laporan teknis tahunan berdasarkan hasil survey pertanian, dari kelompok tani penanggung jawab lapangan ke Dinas Pertanian tingkat Kecamatan, dari Dinas Pertanian kecamatan ke Dinas Pertanian kabupaten, dari Dinas Pertanian Kabupaten ke Dinas Pertanian Propinsi. Dinas Pertanian Propinsi akan memberikan laporan ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Departemen Pertanian.

C. SISTEM INFORMASI