III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data
time series bulanan dengan sampel waktu dari 2002:1 sampai 2005:12.
Penggunaan data pada periode ini diharapkan dapat membantu dalam mencapai tujuan penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh penggunaan kartu
pembayaran elektronik dan daya substitusi transaksi non tunai elektronik terhadap transaksi tunai di Indonesia. Keterangan yang lebih lengkap mengenai data yang
digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini diuraikan dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1. Nama, Simbol, dan Sumber Data
Jenis Data Variabel Satuan
Simbol Sumber
Jumlah nilai transaksi tunai Rp M
CASH BI
Pendapatan nasional Rp M
GDP BI
SBI 30 hari SBI
BI Jumlah Pemegang Kartu Kredit
orang JPKK
BI Jumlah Pemegang Kartu Debet
orang JPKD
BI Jumlah Pemegang Kartu ATM
orang JPATM
BI Jumlah Mesin ATM
unit JMATM
BI Jumlah nilai transaksi APMK
Rp M VAPMK
BI Jumlah nilai transaksi kliring
Rp Juta VKLIRING
BI Jumlah nilai transaksi BI-RTGS
Rp M VRTGS
BI
3.2. Model Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan model yang digunakan Snellman, Vesala, dan Humphrey 2000 dalam jurnalnya yang
berjudul “Substitution of noncash payments for cash in Europe”. Model persamaan yang diadopsi dari jurnal tersebut telah dimodifikasi untuk
penyederhanaan dan penyesuaian tujuan penelitian. Untuk menganalisis pengaruh penggunaan kartu pembayaran elektronik terhadap transaksi tunai, dalam jangka
pendek model persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut: ∆lncash = α
1
∆lngdp
t
+ α
2
∆sbi
t
+ α
3
∆lnjpkk
t
+ α
4
∆lnjpkd
t
+ α
5
∆lnjpatm
t
+ α
6
∆lnjmatm
t
+ α
7
∆lnvapmk
t
+
t
-1 + v
t
3.1 dimana:
lncash = logaritma natural jumlah nilai transaksi tunai,
lngdp = logaritma natural GDP nominal,
sbi = tingkat suku bunga SBI 30 hari,
lnjpkk = logaritma natural dari jumlah pemegang kartu kredit,
lnjpkd = logaritma natural dari jumlah pemegang kartu debet,
lnjpATM = logaritma natural dari jumlah pemegang kartu ATM,
lnjmATM = logaritma natural dari jumlah mesin ATM,
lnvapmk = logaritma natural dari nilai transaksi APMK,
t = Error Correction Term
yang merupakan ukuran bagi ketidakseimbangan di pasar uang jangka panjang,
t
-1 =
lncash -
α -
α
1
lngdp
t
- α
2
sbi
t
- α
3
lnjpkk
t
- α
4
lnjpkd
t
- α
5
lnjpatm
t
- α
6
lnjmatm
t
- α
7
lnvapmk
t
.
Variabel GDP dimasukkan untuk melihat efek pendapatan terhadap permintaan transaksi tunai. Dengan asumsi awal bahwa koefisien yang dihasilkan
dari estimasi persamaan di atas adalah positif untuk GDP. Suku bunga nominal digunakan untuk merefleksikan permintaan terhadap uang tunai berkaitan dengan
opportunity cost memegang uang tunai. Koefisien yang diharapkan dari hasil
estimasi untuk variabel SBI adalah negatif. Sementara itu variabel jumlah pemegang kartu elektronik merefleksikan pensubstitusian cara pembayaran
transaksi tunai menuju transaksi non tunai. Dengan mengasumsikan bahwa setiap pemegang akan memanfaatkan fasilitas ini maka peningkatan jumlah pemegang
kartu pembayaran akan meningkatkan transaksi non tunainya untuk kartu kredit dan kartu debit, demikian sebaliknya untuk kartu ATM. Variabel selanjutnya
adalah jumlah mesin ATM yang mengindikasikan efek pensubsitusian metode pentransferan uang tunai. Hasil penelitian Snellman, Vesala, dan Humphrey
2000 menyatakan jumlah mesin ATM memiliki korelasi negatif dengan nilai transaksi tunai. Dan variabel terakhir adalah variabel jumlah total volume
transaksi APMK, dalam hal ini kartu kredit, kartu debit, dan kartu ATM. Variabel ini dimasukkan dalam model untuk melihat besarnya pensubstitusian transaksi
non tunai dalam hal ini APMK terhadap transaksi tunai melalui nilai transaksinya. Nilai cash transaksi tunai dalam penelitian ini diperoleh dari pendekatan
dengan menggunakan data nilai GDP dan nilai transaksi non tunai yang tercatat pada Bank Indonesia. Berdasarkan model yang digunakan Snellman, Vesala, dan
Humphrey 2000, nilai transaksi yang terjadi pada waktu t adalah proporsional dengan nilai GDP nominal yang terdiri dari transaksi tunai dan non tunai.
CASH
t
+ NCP
t
= fGDP
t
, f’0, 3.2
dimana: CASH = nilai transaksi tunai yang terjadi,
NCP = nilai transaksi non tunai yang terjadi. Berdasarkan model tradisional, jumlah uang yang diminta CURR adalah
hasil determinasi dari permintaan uang tunai dan tingkat suku bunga yang mempengaruhi hasrat memegang uang tunai masyarakat.
CURR
t
= gCASH
t
, r
t
, g
1
’0, g
2
’0 3.3 dimana:
CURR = total nilai uang yang disediakan oleh sektor perbankan, r
= suku bunga nominal. Dengan mengkombinasikan persamaan 3.2 dan 3.3 di atas maka diperoleh
persamaan berikut: CURR = gfGDP
t
– NCP, r
t
. 3.4
Dalam bentuk persamaan linear, persamaan 3.4 menjadi: CURR = g
1
’f’GDP
t
– g
1
’NCP
t
+ g
2
’r
t
. 3.5
Ini merupakan teori dasar dalam mengobservasi hubungan negatif antara transaksi non tunai terhadap keseimbangan mata uang. Pengestimasian nilai g
1
’ dapat digunakan untuk melihat aliran transaksi tunai.
Persamaan 3.5 yang berasal dari persamaan 3.2 dan 3.3 dapat diturunkan dalam bentuk persamaan yang mengekspresikan perubahan tahunan:
∆CASH
t
= ∆NCP
t
+ ∆GDP
t
, 3.2’
Dimana ∆ adalah differencenya dan adalah f’
∆CURR
t
= α
1
∆CASH
t
+ α
2
∆r
t,
3.3’ Dimana
α
1
= g
1
’, α
2
= g
2
’. Parameter
α
1
mengukur efek substitusi dari transaksi tunai – perubahan struktural pola pembayaran mengurangi penggunaan tunai yang tersubstitusi oleh transaksi
non tunai. Dengan mengingat bahwa g
1
’0 maka α
1
seharusnya bernilai positif. Kombinasi persamaan 3.2’ dan 3.3’ dapat ditulis sebagai:
∆NCP
t
= ß ∆CURR
t
- ß ∆r
t
+ ∆GDP
t
, 3.6
Nilai ß adalah parameter yang bernilai negatif. Pendekatan perubahan tahunan dalam melihat aliran transaksi tunai dapat ditunjukkan dengan persamaan:
∆CASH
t
= - ß ∆CURR
t
+ α
2
ß ∆r
t,
3.7 Persamaan inilah yang melengkapi derivasi metodologi empiris dari
pengestimasian aliran pembayaran tunai yang dideterminasi melalui parameter ß, α
2
yang terdapat dalam persamaan. Untuk menjawab permasalahan kedua dalam penelitian ini yaitu,
menganalisis daya substitusi transaksi non tunai terhadap transaksi tunai yang terjadi di Indonesia, ditambahkan variabel nilai transaksi kliring dan nilai
transaksi BI-RTGS. Dengan demikian bentuk persamaannya dalam jangka pendek dirumuskan sebagai berikut:
∆lncash = α
1
∆lngdp
t
+ α
2
∆sbi
t
+ α
3
∆lnvapmk
t
+ α
4
∆lnvrtgs
t
+ α
5
∆lnvkliring
t
+
t
-1 + v
t
3.8 dimana:
lncash = logaritma natural jumlah nilai transaksi tunai,
lngdp = logaritma natural GDP nominal,
sbi = tingkat suku bunga SBI 30 hari,
lnvapmk = logaritma natural nilai transaksi APMK,
lnvrtgs = logaritma natural nilai transaksi BI-RTGS,
lnvkliring = logaritma natural nilai transaksi kliring,
t =
Error Correction Term yang merupakan ukuran bagi
ketidakseimbangan di pasar uang jangka panjang,
t
-1 =
lncash α
- α
1
lngdp
t
- α
2
sbi
t
- α
3
lnvapmk
t
- α
4
lnvrtgs
t
- α
5
lnvkliring
t.
Untuk mengetahui apakah spesifikasi model dengan ECM merupakan model yang valid maka dilakukan uji terhadap koefisien Error Correction Term
ECT. Jika hasil pengujian terhadap koefisien ECT signifikan, maka spesifikasi model ECM yang diamati valid.
3.3. Metode Analisis Data