134
memasak makan siang, sedangkan pada masa krisis keuangan global ibu rumah tangga lebih fokus menjahit dan tidak meninggalkan
pekerjaan menjahitnya untuk memasak. Pada masa krisis anggota keluarga bangun jam 3 pagi dan bekerja hingga jam 1 malam, padahal
sebelum krisis mereka hanya bekerja sampai jam 9 malam.
Curahan waktu kerja yang tinggi diharapkan dapat menghemat pada biaya karyawan, karena gaji dihitung berdasarkan banyaknya
jahitan yang dihasilkan. M enurut ibu Abidin, bila beliau bisa menjahi 20 celana saja di waktu malam, maka beliau telah berhemat kurang
lebih gaji untuk seorang karyawan dalam sebulan. Karena itu beliau selalu bersemangat untuk terus bekerja di malam hari meskipun sudah
lelah bekerja seharian.
1. Pada masa krisis pengusaha menerima karyawan dari para ibu
yang lebih fokus pada kerja untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
Karyawan yang diterima sebelum masa krisis kebanyakan anak muda yang mau belajar, namun di masa krisis pengusaha lebih suka
menerima karyawan dari para ibu karena lebih fokus bekerja untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka. M enurut mas Susilo, biasanya
ibu rumah tangga bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, sehingga pekerjaan itu menjadi penting dan serius untuk
dikerjakan. Sebaliknya untuk anak muda, kebanyakan hanya coba- coba atau mencari pengalaman, sehingga kapan saja mereka bisa
berhenti bekerja. Selain itu sudah terjadi transformasi pada orientasi hidup, hampir 90 anak muda Tingkir Lor punya kesempatan untuk
kuliah.
Ibu rumah tangga juga tidak memiliki akses untuk masuk ke wilayah kerja formal, sedangkan pemudi masih memiliki akses. Dengan
demikian mendapatkan pekerjaan di wilayah informal menjadi harapan para ibu. M eski dengan upah yang rendah mereka akan rela
bekerja, untuk mendapatkan sesuatu bagi kehidupan mereka.
135
2. Strategi mempertahankan karyawan dengan memberi akses
pinjaman bagi karyawan Dalam masa krisis gaji karyawan tidak bisa dinaikkan sehingga
ada ketidakpuasaan dari karyawan untuk mempertahankan karyawan, pengusaha memberikan akses pinjaman kepada mereka. Beberapa
karyawan dari konveksi Ribel menceritakan kepada penulis tentang ketidakpuasan mereka dengan upah yang mereka dapatkan. Namun
mereka tetap bertahan bekerja di Ribel karena sejak 2009, mereka meminjam uang di koperasi dengan jaminan gaji sebagai karyawan.
Jadi, akses pinjaman yang diberikan pemilik Ribel menjadi ikatan yang membuat karyawan bertahan.
3. Untuk meredam gejolak karyawan, pengusaha memberi modal
tekhnologi kepada karyawannya untuk dibawa pulang ke rumah
Di unit usaha lain, untuk meredam gejolak karyawan, pengusaha memberi modal tekhnologi kepada karyawannya untuk
dibawa pulang ke rumah. Hal ini terjadi pada konveksi milik pak Imrori, yang memberikan peralatan mesin jahit kepada karyawannya
yang sudah bekerja sejak tahun 1995, untuk dibawa pulang ke rumah. M esin jahit itu bisa dipakai untuk menjahit jahitan dari majikannya
yakni pak Imrori dan jahitan lainnya dari orang lain. Dengan demikian pekerja bisa memperoleh penghasilan tambahan dari akses yang telah
diberikan.
Coping Strategy untuk pengolahan kain limbah
1. Strategi efisiensi pengolahan limbah dengan prinsip tak ada