125
Coping Strategy
pada ranah produksi I K Konveksi Tingkir Lor
M enangkis pukulan krisis keuangan global terhadap modal usaha: 1.
Penghematan biaya rumah tangga sehingga modal usaha tidak menipis
Penyatuan biaya rumah tangga dengan biaya usaha tidak dapat dielakkan, namun penghematan belanja rumah tangga merupakan hal
yang bisa dilakukan pengusaha agar modalnya tidak menipis. M enurut ibu Imrori, dulu sebelum krisis mereka bisa membeli apa saja yang
mereka inginkan, tetapi di masa krisis mereka harus menghemat. Kalau di hari sabtu mereka jalan-jalan di mall bersama keluarga, mereka
hanya bisa melihat-lihat barang saja, sudah tidak bisa seperti dulu cepat merogoh saku untuk membeli barang. Jadi, dengan penghematan
belanja rumah tangga, mereka berharap kebutuhan produksi tetap dapat terpenuhi demi keberlanjutan usaha.
2. M igran ke Arab, mencari sesuap nasi dan mengumpulkan
modal usaha Kejatuhan usaha pak Abidin pada tahun 2003 hingga 2009,
membuat beliau harus migran ke Arab Saudi untuk mencari sesuap nasi bagi keluarganya. Kejatuhan ini terjadi karena menipisnya modal
sementara kebutuhan 2 anak yang sedang kuliah di perguruan tinggi. Beliau kemudian memutuskan untuk migran ke Arab Saudi mengikuti
tetangganya yang menikah di sana. Di Arab beliau berpeluang menjadi sopir yang penghasilannya bisa digunakan untuk kehidupannya,
dikirimkan untuk keluarganya juga dan sedikit untuk tabungan modal usaha. M igran ke Arab menjadi strategi coping pak Abidin dan
keluarganya untuk tetap hidup serta melanjutkan usaha.
Hasilnya di tahun 2010 pak Abidin berkeputusan untuk pulang ke Indonesia dan membangun usaha konveksinya kembali. Dengan
uang yang didapatkannya pak Abidin bisa kembali ke tengah kehidupan keluarganya dan bersama istrinya membangkitkan kembali
126
usaha konveksi yang sempat mati suri selama 6 tahun. Tahun 2010 di masa akhir krisis global, pak Abidn memulai babak ke-2 usaha
konveksi keluarganya.
3. M enjual aset untuk membuka usaha baru dan melanjutkan
usaha M embuka usaha baru di masa krisis global bukan hal yang
mudah karena terjadi di tengah kenaikan harga bahan baku namun tetap harus dilakukan oleh pengusaha. Pak Abidin yang migran ke
Arab selama 6 tahun, tidak memiliki banyak tabungan dari pendapatannya sebagai sopir, sehingga menjual aset menjadi pilihan
pak Abidin dan keluarga untuk mendapatkan modal. Aset mobil yang dimilikinya dari hasil usaha konveksi babak I dengan terpaksa harus
dijual. Dengan sedikit tabungan dan hasil penjualan aset, pak Abidin memulai usahanya di babak II.
Pada masa krisis ini, semakin menipisnya keuntungan akibat dari menurunnya produksi dibarengi dengan semakin tingginya
kebutuhan keluarga, sehingga modal usaha terkeruk habis akibatnya pengusaha rela menjual aset yang dimiliki. Hal ini terjadi pada kasus
pak shodiq yang mengalami perlambatan usaha sejak tahun 2003 hingga 2012. Beliau akan melanjutkan usahanya, karena itu menjual
aset yang dimiliki berupa tanah kosong sebesar 5000 M. Aset ini merupakan hasil investasinya dari usaha konveksi di masa lalu.
4. Banting harga sebagai cara cepat dapatkan modal