Jaringan kekerabatan, akses pinjaman tanpa agunan, tanpa

127 Biasanya pengusaha melakukan banting harga pada saat pembayaran utang bahan baku. Pembayaran utang bahan baku menjadi hal urgen yang harus dipenuhi karena menyangkut keberlanjutan usaha. Ketika pengusaha tidak menjaga kepercayaan pengepul dengan membayar tepat waktu, jaringan suplai bahan baku bisa terputus. Oleh karena itu, pengusaha rela membanting harga produk semurah mungkin agar pelanggan mau membeli produk dalam jumlah yang banyak. M enurut penuturan pak Abidin, semua pengusaha di Tingkir lor sering melakukan banting harga sejak dulu.

5. Jaringan untuk mendapatkan akses modal

Di masa krisis keuangan global, Bank lebih selektif dalam memberikan pinjaman. Dari sekitar 15 unit usaha yang masih eksis, hanya 3 orang pengusaha yang mendapatkan modal di masa krisis yaitu M bak Ul, Bu Imrori dan Pak Abidin. Hal itu dikarenakan mereka memiliki Jaringan untuk memperoleh akses modal Bank. Jaringan ini terbentuk dari keterlibatan mereka pada kegiatan- kegiatan bank untuk usaha kecil. Keterlibatan in membuat mereka dikenal oleh pihak bank, sehingga ketika pengajuan permintaan pinjaman modal diajukan, bank lebih memberi prioritas bagi mereka yang sudah dikenal karena keterlibatannya. Pemberian pinjaman modal bank bagi 3 pengusaha ini, menjadi imun yang memberikan mereka kekebalan dalam menghadapi badai krisis. Daya imun yang diberikan bank sangat membantu pengusaha untuk menjalankan usaha di masa krisis.

6. Jaringan kekerabatan, akses pinjaman tanpa agunan, tanpa

bunga. Tidak semua pengusaha bisa mendapatkan akses modal ke bank, karena itu di tengah kesulitan, pengusaha kecil mempunyai simpul-simpul pengaman lainnya, seperti jaringan kekerabatan yang bisa dijadikan sumber pinjaman tanpa agunan. Kesulitan yang sering 128 dialami pengusaha adalah ketika saat pembayaran utang bahan baku tiba. Ketika saat pembayaran tiba seringkali modal pengusaha juga sudah tidak mencukupi. Pak Abidin seringkali meminjam uang dari adiknya M bak ul pemilik Ribel, untuk melunasi utangnya. Tentunya Abidin tidak perlu memberi jaminan untuk mendapatkan pinjaman tanpa bunga tersebut. Pak Abidin akan membayar pinjaman pada mbak Ul dengan mencicil. Demikian halnya dengan mas Susilo dan istrinya meskipun tidak mendapatkan modal dari Bank, M ertuanya seorang pensiunan PNS memiliki akses modal ke Bank. Dari mertuanya mas Susilo mendapatkan suntikan dana pula untuk menjalankan usaha keluarga mereka. Hal ini penulis ketahui dari hasil wawancara penulis dengan mertua mas Susilo, yang ternyata memberika suntikan modal kepada anak-anaknya yang mau berwirausaha. Anak mereka Nur yang menikah dengan mas Susilo juga mendapatkan bagiannya dari orang tua untuk menjalankan usaha konveksi. Suntikan dana ini berupa pemberia Cuma-Cuma, dan adapula dalam bentuk pinjaman tanpa agunan dan tanpa batas waktu. Coping strategy, M enampik serangan krisis terhadap bahan baku 1. M embangun jaringan dengan banyak pengepul Kelangkaan bahan baku pada masa krisis disiasati dengan cara membangun jaringan penyuplai dengan banyak pengepul yang berasal dari Solo, Ungaran bahkan yang berada di Tingkir Lor. Kelangkaan bahan baku akibat menurunnya produksi di masa krisis keuangan global sudah diantisipasi dengan cara berelasi dengan banyak pengepul. Jaringan yang bercabang banyak memungkinkan mereka untuk selalu mendapatkan bahan baku meskipun ada pabrik yang menurun produksinya. Jika dalam jaringan pertama tidak mendapatkan bahan baku, mereka bisa mengupayakan itu melalui jaringan kedua dan seterusnya. 129 Posisi Tingkir lor sebagai sentra industri konveksi mengundang para pengepul untuk datang menawarkan barang. M eskipun pengepul ini berada pada posisi pengepul I maupun pengepul II, tetap saja kedatangan mereka diterima oleh pengusaha IK konveksi. Pengusaha membangun jaringan dengan pengepul-pengepul tersebut, yang meskipun tidak banyak bahan baku yang ditawarkan tetapi menjadi alternatif bagi pengusaha jika bahan baku langka. Jaringan ini memberlakukan sistem ambil dulu bayarnya kemudian yang sangat bermanfaat bagi pengusaha yang mengalami kesulitan modal untuk tetap berproduksi. Dalam sistem ini, pengusaha bisa mengambil kain limbah secukupnya sekitar 10 kg dari masing- masing pengepul, tanpa harus membayar lunas. M ereka bisa membayar 20 untuk uang muka pada masa krisis ini. Bahkan bila membeli di tempat pak Abidin, pengusaha tidak harus membayar uang muka, tetapi nanti 2 minggu kemudian harus menyetor sedikit, dan seterusnya hingga lunas kata pak Abidin.

2. M embayar tepat waktu untuk mempertahankan jaringan

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Coping Strategy Industri Kecil Konveksi di Masa Krisis Keuangan Nasional

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Coping Strategy Industri Kecil Konveksi di Masa Krisis Keuangan Nasional T2 092010006 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Coping Strategy Industri Kecil Konveksi di Masa Krisis Keuangan Nasional T2 092010006 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Coping Strategy Industri Kecil Konveksi di Masa Krisis Keuangan Nasional T2 092010006 BAB IV

0 2 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Coping Strategy Industri Kecil Konveksi di Masa Krisis Keuangan Nasional T2 092010006 BAB VI

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Karakteristik Online Investor di Indonesia T2 912012006 BAB V

0 1 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Wirausaha Migran Makassar di Papua T2 092010004 BAB V

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB V

0 0 48

T2__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Batik antara Icon Nasional dan Social : Studi Kasus Pekerja Rumahan Batik Pekalongan T2 BAB V

0 0 5

T2__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jaringan Islam Tradisional di Pekalongan: Respon Jaringan terhadap Perubahan Sosial T2 BAB V

0 3 32