Radikal Bebas Spektrofotometri UV-Visibel

3. Sokletasi Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga menjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 4. Infudasi Infudasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 15 menit. 5. Dekoktasi Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit.

2.3 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah spesies kimia yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya, sehingga dapat menyerang senyawa-senyawa lain seperti DNA, membran lipid, dan protein. Radikal ini akan merebut elektron dari molekul lain yang ada disekitarnya untuk menstabilkan diri, sehingga spesies kimia ini sering dihubungkan dengan terjadinya kerusakan sel, kerusakan jaringan, dan proses penuaan Halliwell dan Gutteridge, 1999. Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol, menghasilkan ikatan silang cross-link pada DNA, protein, lipida, atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang penting pada biomolekul ini. Perubahan ini akan menyebabkan proses penuaan. Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam patologi dari berbagai penyakit degeneratif, yakni kanker, aterosklerosis, rematik, jantung koroner, katarak Silalahi, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.4 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas Kumalaningsih, 2006. Antioksidan atau reduktor berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi atau menetralkan senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan hidrogen dan atau elektron Silalahi, 2006. Menurut Kumalaningsih 2006, antioksidan dikelompokkan menjadi 3 jenis yakni: 1. Antioksidan primer Antioksidan primer berfungsi untuk mencegah pembentukan senyawa radikal baru karena dapat mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contohnya adalah enzim superoksida dismutase SOD yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel-sel dalam tubuh karena radikal bebas. 2. Antioksidan sekunder Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkal senyawa radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Contohnya adalah vitamin E, vitamin C dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah- buahan. 3. Antioksidan tersier Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki kerusakan sel- sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Contohnya enzim metionin sulfoksidan reduktase untuk memperbaiki DNA pada inti sel. Universitas Sumatera Utara Antioksidan digunakan untuk melindungi komponen makanan yang bersifat tidak jenuh mempunyai ikatan rangkap, terutama lemak dan minyak. Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi lemak. Tahapannya menurut Almatsier 2004 adalah: I. Inisiasi RH + initiator → R• + H II. Propagasi R• + O 2 → ROO• ROO•+ RH → ROOH + R• III. Terminasi R• + R• → RR ROO• + R• → ROOR

2.4.1 Proantosianidin

Proantosianidin merupakan senyawa golongan tanin terkondensasi, polimer dari 2 sampai 50 unit flavonoid yang dihubungkan oleh rantai karbon sehingga tidak mudah terhidrolisis. Tanin jenis ini dapat terhidrolisis membentuk antosianidin. Tanin terkondensasi ada dua jenis yaitu prosianidin dan prodelfinidin. Proantosianidin banyak ditemukan dalam bentuk prosianidin. Prosianidin terdiri dari epikatekin dan katekin sedangkan prodelfinidin terdiri dari epigalokatekin dan galokatekin. Senyawa-senyawa ini memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi Handaya, 2008. Rumus bangun proantosianidin dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Rumus bangun proantosianidin

2.4.2 Antosianin

Antosianin merupakan pigmen yang tersebar luas pada tanaman, berbentuk struktur aromatik tunggal sianidin dan berfungsi sebagai antioksidan Metaliri, 2007. Kemampuan antioksidatif antosianin timbul dari reaktifitasnya yang tinggi sebagai pendonor hidrogen atau elektron. Antosianin juga memiliki kemampuan radikal turunan polifenol untuk menstabilkan dan mendelokalisasi elektron tidak berpasangan serta memiliki kemampuan untuk mengkhelat ion logam Ariviani, 2010. Pigmen antosianin dapat rusak dengan perlakuan panas pada suhu 60 O C selama 30-60 menit dimana proses tersebut mengakibatkan antosianin kehilangan warna Isnaini, 2010. Suhu pasteurisasi yang tinggi yaitu 75 O C, 85 O C, 95 O C selama 12 menit dapat merusak senyawa antosianin dan menurunkan bioaktivitasnya Gupita dan Rahayuni, 2012. Rumus bangun antosianin dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Rumus bangun antosianin

2.4.3 Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus bangun C 6 H 8 O 6 dan titik lebur lebih kurang 190°C. Asam askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0 dan tidak lebih dari 100,5 C 6 H 8 O 6. Pemerian: hablur atau serbuk putih atau agak kuning, oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap, dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Kelarutan: mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzena. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya Depkes 1 , 1995. Rumus bangun vitamin C dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini. Gambar 2.3 Rumus bangun vitamin C Vitamin C berperan dalam pencegahan penyakit jantung koroner dan mencegah kanker. Vitamin ini juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus dan bakteri serta berperan dalam regenerasi vitamin E Silalahi, 2006. Universitas Sumatera Utara Pada semua percobaan baik untuk menggunakan standar atau kontrol positif di samping sampel utama yang sedang dipelajari. Sesuai standar yang secara luas digunakan adalah asam askorbat vitamin C Molyneux, 2004.

2.5 Spektrofotometri UV-Visibel

Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah dimana sinarcahaya dilewatkan melewati sebuah wadah kuvet yang berisi larutan, dimana akan menghasilkan spektrum. Alat ini menggunakan hukum Lambert Beer sebagai acuan Ewing, 1975. Panjang gelombang untuk sinar ultraviolet antara 200-400 nm sedangkan panjang gelombang untuk sinar tampakvisibel antara 400-750 nm. Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Keadaan energi yang paling rendah disebut dengan keadaan dasar ground state. Jika suatu molekul dikenai suatu radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai, energi molekul tersebut akan ditingkatkan ke level yang lebih tinggi dan terjadi peristiwa penyerapan absorbsi energi oleh molekul. Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekuler dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi Gandjar dan Rohman, 2007. Spektrofotometri serapan adalah pengukuran serapan radiasi elektromagnetik yang diserap zat pada panjang gelombang tertentu dan mendekati monokromatik. Spektrofotometer pada dasarnya terdiri atas sumber sinar monokromator, tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau pencatat Depkes, 1979. Universitas Sumatera Utara

2.6 Metode DPPH 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl