3.6 Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Spektrofotometer Visibel 3.6.1 Prinsip metode penangkapan radikal bebas DPPH
Kemampuan sampel uji dalam meredam DPPH 1,1–diphenyl-2- picrylhydrazyl sebagai radikal bebas dalam larutan metanol sehingga terjadi
peredaman warna ungu DPPH dengan nilai IC
50
konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas sebesar 50 digunakan sebagai parameter untuk
menentukan aktivitas antioksidan sampel uji tersebut.
3.6.2 Pembuatan larutan blanko
Larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 200ppm dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan volumenya
dengan metanol sampai garis tanda konsentrasi 40ppm.
3.6.3 Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm dihomogenkan dan diukur serapannya pada panjang gelombang 400 - 800 nm Graham, 1976. Gambar spektrofotometer
dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 63.
3.6.4 Pembuatan larutan induk
Sebanyak 25 mg masing-masing ekstrak beras merah, nasi tim, nasi hasil pemasakan di rice cooker dan nasi kukus ditimbang kemudian dilarutkan dalam
labu tentukur 25 ml dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda konsentrasi 1000ppm.
Universitas Sumatera Utara
3.6.5 Pembuatan larutan uji
Larutan induk dipipet sebanyak 1 ml; 1,5 ml; 2 ml dan 2,5 ml kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml untuk mendapatkan
konsentrasi 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm, kemudian dalam masing- masing labu tentukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 40
ppm lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, didiamkan di tempat gelap, lalu diukur serapannya pada spektrofotometer setelah 60 menit.
3.6.6 Penentuan persen peredaman
Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan serapan larutan DPPH peredaman warna ungu DPPH akibat adanya penambahan larutan uji.
Nilai serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan uji tersebut dihitung sebagai persen peredaman Molyneux, 2004.
Peredaman =
A kontrol − A sampel
A kontrol
x
100 Keterangan :
A kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel A sampel = Absorbansi sampel
3.6.7 Penentuan nilai IC
50
Nilai IC
50
merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji µgml yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50 mampu meredam
proses oksidasi DPPH sebesar 50. Nilai 0 berarti tidak mempunyai aktivitas antioksidan, sedangkan nilai 100 berarti peredaman total dan pengujian perlu
dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan
konsentrasi ekstrak µgml sebagai absis sumbu X dan nilai peredaman dari antioksidan sebagai ordinatnya sumbu Y. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9 halaman 64-66, dan perhitungan nilai IC
50
dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 67-74.
Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC
50
kurang dari 50 µgml , kuat untuk IC
50
bernilai 50 µgml-100 µ gml dan medium jika IC
50
bernilai 100 µgml-150 µgml. Senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan lemah mempunyai nilai IC
50
151 µgml-200 µgml Mardawati, 2008.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Sampel
Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI
Bogor dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara menunjukkan bahwa sampel adalah Oryza sativa L. var Kuku Balam Merah, suku Poaceae.
4.2 Hasil Pemasakan Beras Merah
Hasil pemasakan beras merah yang dilakukan dengan cara pengetiman, pemasakan di rice cooker dan cara pengukusan dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut ini.
Tabel 4.1 Hasil pemasakan beras merah
Cara pemasakan beras merah Pengetiman
Pemasakan di rice cooker
Pengukusan Lama waktu pemasakan
50 menit 50 menit
50 menit Suhu air mendidih
100
O
C 100
O
C 100
O
C Massa nasi yang diperoleh
545 gram 543 gram
432 gram
Massa nasi yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan massa beras merah yang digunakan sebelum proses pemasakan. Hal ini disebabkan oleh
adanya proses penyerapan air pada granula pati sehingga menyebabkan granula pati pada beras membengkak. Proses penyerapan air ini terjadi karena adanya
energi kinetik molekul-molekul air yang lebih kuat daripada daya tarik-menarik
Universitas Sumatera Utara