51 Muhaimin, 2003.
9 Komponen Usaha-Usaha Pengembangan
Usaha pengembangan yang dimaksudkan di sini adalah usaha pengembangan ketiga kelompok komponen kurikulum di atas dengan berbagai unsurnya dalam
rangka memperbaiki bangunan sistem tersebut. Realisasi dari adanya usaha pengembangan tersebut ditunjukkan dengan
adanya evaluasi dan inovasi kurikulum; adanya penelitian terhadap efektifitas dan kualitas kurikulum yang sedang berjalan; adanya perencanaan jangka pendek,
menengah, dan jangka panjang; adanya seminar, diskusi, simposium, lokakarya: adanya penerbitan-penerbitan; munculnya peranan dan partisipasi komite sekolah;
dan terjalinnya keja sama dengan lembaga –lembaga lain baik yang berada di
dalam maupun di luar negeri dalam rangka pengembangan kurikulum tersebut.
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini mengacu pada penelitian Nana Cahana 2009 dengan judul
kurikulum KMI Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putra Piyungan Bantul. Penelitian ini membuat kesimpulan bahwa pada tahap pelaksanaan kurikulum
KMI Ibnul Qoyyim Putra, langkah awal yang diupayakan adalah tahap persiapan yang matang sehingga hasilnya maksimal. Pada tahap pelaksaanaan, KMI
mengklasifikasikan stuktur kurikulum menjadi struktur pelajaran formal kelas dan struktur pelajaran non-formal penunjang dengan asumsi bahwa kegiatan
belajar di kelas ataupun di luar kelas termasuk kurikulum. Nilai evaluasi tersebut ditunjang kegitatan non-formal dengan pelaksanaan amaliyah tadris, muballigh
hijrah, baksos, fathul kutub, khutbah jum’at, paper, hafalan qur’an 4 juz, dimana
52 kegiatan-kegiatan tersebut sebagai syarat kelulusan siswa akhir KMI. Memang
pelaksanaan kurikulum KMI Ibnul Qoyyim Putra dengan posisi kurikulum yang baru disesuaikan setelah dipisah dengan KMI Ibnul Qoyyim Putri secara
manajerial, namun sistem yang dilaksanakan sudah bagus, dapat berkordinasi dengan Gontor dan mendapatkan kemudahan politis dalam hal pelaksanaan
UNAS dan adminitrasi lainnya. Penelitian ini juga mengacu pada penelitian oleh Baiquni Rahmat 2010
dengan judul Manajemen Pendidik di Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Wahid Hasyim Depok Sleman. Penelitian ini membuat kesimpulan bahwa perekrutan
pendidik dan pembagian tugas bagi pendidik di Madin PPWH dilaksanakan dengan sistem kekeluargaan serta bersifat informal. Tujuan utama pengelola
Madin PPWH dalam hal pemberian kompensasi bagi pendidik bukanlah untuk menarik pegawai yang berkualitas, mempertahankan pegawai, memotivasi
kinerja, membangun komitmen, dan bukan juga untuk mendorong peningkatan pengetahuan maupun keterampilan pegawai, melainkan sebagai salah satu wujud
penghargaan dan ucapan terima kasih dari pihak pengelola kepada para pendidik di Madin PPWH atas pengabdian mereka. Belum dilakukan langkah-langkah
sistematis dalam pembinaan dan atau pengembangan pendidik Madin PPWH. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa proses pembinaan dan atau pengembangan
pendidik di Madin PPWH belum dilaksanakan secara maksimal. Meskipun demikian, kegiatan operasional berupa Kegiatan Belajar Mengajar KBM di
Madin PPWH tetap dapat terlaksana. Pelepasan atau pemberhentian pendidik di Madin PPWH hanya dilaksanakan apabila pihak pendidik mengajukan
53 pengunduran diri kepada pihak pengelola.
Perbedaan mendasar penelitian ini dengan dua penelitian di atas adalah penelitian ini lebih fokus kepada manajemen imlementasi kurikulum yang ruang
lingkupnya pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berbeda dengan penelitian Nana cahana 2009 yang menyoroti secara menyeluruh delapan bidang
garapan manajemen pendidikan. Begitu juga dengan penelitian Baiquni Rahmat 2010 yang memfokuskan penelitiannya kepada manajemen pendidik yaitu guru.
D. Kerangka Berpikir