64 itu kalau peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang
dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam mereduksi data.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang
masih baru dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi tersebut maka wawasan
peneliti akan berkembang sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
Reduksi data dilakukan untuk merangkum data hasil wawancara dengan para informan mengenai objek penelitian yaitu manajemen kurikulum Kulliyyatul
Mu’allimin al-Islamiyah KMI Madrasah Aliyah Al Rosyid. Wawancara dengan informan adalah kepala madrasah, bagian kurikulum atau pengajaran, bagian
kesiswaan, ustadz, pegawai, dan siswa akan menghasilkan data yang berbeda meskipun hal yang ditanyakan sama. Oleh karena itu peneliti perlu mereduksi data
untuk menemukan pola dan hal-hal penting atas informasi yang diterima dari sumber berbeda tersebut. Reduksi data juga diterapkan pada data hasil observasi
dan hasil dokumentasi untuk menemukan informasi-informasi penting dalam penelitian yang tidak mungkin diperoleh melalui wawancara.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan datanya. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Yang paling
65 sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Penyajian data dalam penelitian ini berupa uraian singkat hasil reduksi data
dari hasil wawancara dengan berbagai informan, hasil observasi dan hasil dokumentasi agar data mengenai pengelolaan pembelajaran dalam sistem
manajemen kurikulum KMI MA Al Rosyid mudah dipahami. Selanjutnya peneliti menganalisis uraian singkat tersebut untuk merumuskan kesimpulan hasil
penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
66
BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Setting Penelitian
1. Gambaran Umum
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Al Rosyid yang terletak di Jl. KHR. M. Rosyid Desa Ngumpak Ndalem Kecamatan Dander Kabupaten
Bojonegoro Provinsi Jawa Timur. Sebagai suatu lembaga pendidikan yang independent, tidak berafiliasi kepada salah satu golongan dengan berasaskan
Islam, Pondok Pesantren Al Rosyid yang menaungi beberapa tingkatan pendidikan formal-yang salah satunya adalah Madrasah Aliyah MA Al Rosyid,
berusaha semaksimal mungkin dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa demi terciptanya insan-insan kamil yang berilmu, beramal soleh, bertakwa kepada
Alloh SWT untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Pola kegiatan dan pengajaran dibuat sedemikan rupa disertai dengan upaya pengembangan dan
peningkatan ke arah yang lebih baik dan sempurna. Madrasah Aliyah Al-Rosyid didirikan pada tahun 1979 M oleh KH. Masyhur.
Lembaga ini di bawah naungan Pondok Pesantren Al Rosyid yang berdiri pada tahun 1959 oleh KH Masyhur. MA Al Rosyid sebagai lembaga pendidikan formal
program studi ilmu-ilmu sosial, diharapkan mampu mengisi pembangunan bangsa dan Negara sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya. Pendidikan ilmu-ilmu
agama di MA Al Rosyid, sebagai tujuan tafaqquh fiddin, dengan fungsi pemeliharaan, pengembangan penyiaran ajaran Ahlus Sunnah Waljamaah.
Secara sederhana, MA Al Rosyid ingin mencetak peserta didik yang berkepribadian mandiri dalam kebersamaan atau rentang antara individualitas dan