memiliki pendapatan lebih tinggi maka ia mempunyai lebih banyak uang yang bisa ia gunakan untuk melakukan konsumsi. Sehingga semakin tinggi
pendapatan, maka biasanya semakin tinggi pula tingkat konsumsi seseorang. Semakin tinggi pendapatan mahasiswa, maka semakin banyak uang
yang bisa digunakan untuk melakukan konsumsi. Oleh karena itu pendapatan dapat mempengaruhi tingkat konsumsi mahasiswa. Pendapatan
atau uang saku yang dimiliki mahasiswa bisa berasal dari orang tuasaudara, dari beasiswa, atau dari bekerja. Ketika mahasiswa masih memiliki
sejumlah pendapatan, maka ia seringkali tergoda untuk melakukan konsumsi, dengan pandangan bahwa ia memiliki sejumlah pendapatan yang
belum digunakan.
Bahkan sebagian
dari mahasiswa
seringkali menghabiskan pendapatan atau uang saku yang dimiliki untuk konsumsi
sementara tidak ada bagian pendapatan yang ditabung.
2. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Tingkat Konsumsi Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
Gaya hidup yang cenderung konsumtif adalah pola hidup seseorang yang ditandai dengan kecenderungan mengkonsumsi tanpa batas, dan lebih
mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan. Mereka membeli barang yang sebenarnya kurang diperlukan untuk mencapai kepuasan
maksimal. Hal itu terjadi karena adanya hasrat yang besar untuk memiliki benda-benda tanpa memperhatikan kebutuhannya. Selain itu, mereka
melakukan konsumsi tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan pokok. Misalnya membeli produk demi menjaga penampilan dan
gengsi, ataupun hanya sekedar menjaga simbol status. Mereka juga melakukan konsumsi hanya untuk meniru orang lain, ataupun mengikuti
trend yang sedang beredar. Serta ditunjukkan dalam pembelian atau penggunaan produk mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan
fisik. Ketika mahasiswa memiliki gaya hidup yang cenderung konsumtif,
maka ia telah berperilaku boros. Hal tersebut dapat semakin memperbesar pengeluaran konsumsinya. Sehingga gaya hidup yang cenderung konsumtif
dapat mempengaruhi tingkat konsumsi mahasiswa.
3. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Tingkat Konsumsi Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
Istilah jenis kelamin menunjuk pada perbedaan biologis dari laki- laki dan perempuan. Dilihat dari jenis kelamin, biasanya wanita lebih
konsumtif dibandingkan dengan pria. Disebabkan karena wanita lebih banyak membelanjakan uangnya daripada pria untuk keperluan penampilan
seperti pakaian, kosmetik, aksesoris, dan sepatu. Wanita merupakan pembeli potensial untuk produk-produk tersebut. Oleh karena itu bila dibandingkan
dengan pria, produk-produk yang menunjang penampilan kaum hawa lebih banyak dijumpai di pasaran.
Wanita identik dengan gemar berbelanja shopping. Hal tersebut bisa dilihat ketika sebuah pusat perbelanjaan sedang memberikan potongan
harga, mayoritas pengunjungnya adalah wanita. Oleh karena itu jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat konsumsi mahasiswa.
C. Paradigma Penelitian
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Keterangan: X1
: pendapatan X2
: gaya hidup D1
: jenis kelamin Y
: tingkat konsumsi : pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial
: pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan
D. Hipotesis Penelitian
1. Pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat konsumsi
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. 2.
Gaya hidup berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat konsumsi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap tingkat konsumsi mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. 4.
Pendapatan, gaya hidup, dan jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap tingkat konsumsi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.