97
Disamping hak-hak yang dijamin oleh undang undang tersebut, anak-anak danatau termasuk anak angkat memiliki kewajiban-kewajiban sebagai kewajiban
asasi yang juga harus dilaksanakan oleh seorang anak, yaitu bahwa setiap anak berkewajiban untuk:
a. Menghormati orang tua, wali dan guru.
b. Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi teman.
c. Mencintai tanah air, bangsa dan negara.
d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya dan melaksanakan etika dan
akhlak yang mulia.
2. Kewajiban dan Tanggung Jawab Terhadap Anak Angkat
Mengurus masa
depan anak
adalah sama
dengan mengurus
dan menyelamatkan masa depan bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu ketentuan
yang mengatur tentang kewajiban dan tanggung jawab terhadap pengelolaan dan perlindungan anak anak angkat di Indonesia menjadi sangat penting. Dalam
Undang-undang Perlindungan Anak telah digariskan kewajiban dan tanggung jawab tersebut yang diatur pada Bab IV mulai Pasal 20 sampai dengan Pasal 26.
Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
100
Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak
100
Ibid, hal. 222
Universitas Sumatera Utara
98
asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik
danatau mental. Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan
dukungan sarana dan prasarana dalam penyelengaraan perlindungan anak. Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak
dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak. Negara dan pemerintah menjamin
anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak.
Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui kegiatan peran masyarakat dalam penyelengaraan perlindungan
anak. Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak; menumbuhkembangkan anak sesuai dengan
kemampuan mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak. Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau
karena suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya, maka kewajiban dan tanggung jawab tersebut dapat beralih kepada keluarga yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengenai pembuatan akte kelahiran terhadap anak angkat tidak diatur dalam
Kompilasi Hukum Islam. Namun demikian Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dalam Pasal 27 disebutkan mengenai identitas anak
Universitas Sumatera Utara
99
diatur Identitas setiap anak harus diberikan sejak kelahirannya, identitas tersebut dituangkan dalam akta kelahiran, pembuatan akta kelahiran didasarkan pada surat
keterangan dari orang yang menyaksikan danatau membantu proses kelahiran. Dalam hal anak yang proses kelahirannya tidak diketahui dan orang tuanya tidak
diketahui keberadaanya, pembuatan akta kelahiran untuk anak tersebut didasarkan pada keterangan orang yang menemukannya.
Pembuatan akta kelahiran menjadi tanggung jawab pemerintah yang dalam pelaksanaannya diselenggarakan serendah-rendahnya pada tingkat kelurahandesa.
Pembuatan akta kelahiran tersebut, harus diberikan paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal diajukannya permohonan dan pembuatan akta kelahiran tidak
dikenakan biaya.
C. Pengawasan Terhadap Pengangkatan Anak Tabanni 1.
Pengawasan Terhadap Pengangkatan Anak Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
Anak-anak perlu mendapatkan perlindungan hukum demi menjamin hak- haknya. Anak merupakan aset negara yang paling penting untuk diperhatikan.
Mereka adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa, oleh karenanya perlu diberikan perhatian kepada mereka agar mereka dapat menyongsong hari esok dengan lebih
baik. Anak perlu mendapatkan pendidikan, kesehatan dan perhatian disamping kebutuhan sandang dan pangan yang baik agar mereka dapat mengembangkan dirinya
dengan baik. Apabila ada perhatian terhadap anak dan dicantumkan dalam berbagai
Universitas Sumatera Utara
100
peraturan hukum di Indonesia baik Hukum Perdata maupun Hukum Pidana, maka perhatian dan pelaksanaannya tidaklah tuntas dan memberikan ketidakpuasan pada
yang bersangkutan. Sebagai contoh, Undang-Undang Tentang Kesejahteraan Anak yang diundangkan pada 23 Juli 1979. Pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam
Undang-Undang ini masih belum diatur sedangkan ketidaksejahteraan anak makin meningkat, karena berbagai macam perkembangan negatif yang berkaitan dengan
berbagai macam kegiatan pembangunan yang kurang diperhitungkan akibat sampingannya yang negatif.
Tetapi, bagaimanapun juga, adanya penyalahgunaan dan penelantaran anak sebagai suatu kenyataan sosial yang merupakan masalah manusia yang harus
diperhatikan dengan cara bersama-sama secara rasional bertanggung jawab dan bermanfaat.
Keberadaan lembaga pengawas pengangkatan anak yang diperintahkan oleh UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Protokol internasional juga
sudah mengintrodusir lembaga sejenis. Pengangkatan anak sebenarnya menyangkut perubahan status legal seseorang. Oleh karena itu, persyaratan pengangkatan anak
dirinci sedemikian rupa sehingga proses hukum dan akibat hukumnya juga diketahui. Termasuk status hubungan hukum antara anak dengan orang tua biologisnya
sekalipun ia sudah puluhan tahun di tangan orang tua angkat. Pengawasan dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Kesejahteraan
Sosial dan masyarakat, tetapi belum ada suatu lembaga tersendiri yang mengurusi hal ini. Pengawasan diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan atau
Universitas Sumatera Utara
101
pelanggaran dalam proses tabanni. Seharusnya, untuk ke depan dibentuk suatu lembaga pengawas untuk mengontrol jalannya tabanni.
Pihak-pihak yang perlu diawasi adalah orang perseorangan, lembaga pengasuhan, rumah sakit bersalin, praktek-praktek kebidanan, dan panti sosial
pengasuhan anak. Terhadap orang perorangan dan lembaga pengasuhan dilakukan karena dalam beberapa kasus terungkap adanya jual beli bayi, bahkan oleh lembaga
pengasuhan anak berkedok yayasan. Untuk saat ini, seharusnya Petugas sosial dari Departemen Sosial melaporkan kelaikan calon orang tua angkat dan perkembangan
anak setelah diangkat. Berdasarkan Konvensi Hak Anak Tahun 1989, adalah hak anak untuk
mendapatkan nama, identitas, dan kewarganegaraan melalui pencatatan kelahiran. Sama halnya dengan pencatatan kelahiran, maka pencatatan pengangkatan anak
dalam dimensi hukum, merupakan perlindungan untuk anak. Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap
anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan atau mental.
Selain itu Negara dan pemerintah juga berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan
anak serta melakukan pengawasan terhadap kegiatan dimaksud.
101
101
Jean K Matuankota, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Angkat, Jurnal sasi Vol 17 Nomor 3 Bulan Juli-September 2011.
Universitas Sumatera Utara
102
Berkaitan dengan hal tersebut maka, pengangkatan anak merupakan salah satu dari peristiwa penting untuk dicatat dalam register pencatatan sipil. Yang
dimaksudkan dengan Peristiwa Penting menurut pasal 1 angka 17 Undang-undang RI Nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan adalah kejadian yang
dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan
perubahan status kewarganegaraan. Sedangkan pasal 1 ayat 7 memberikan pengertian bahwa yang dimaksud Instansi Pelaksana adalah perangkat kabupatenkota yang
bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan Administrasi Kependudukan. Pengertian Pencatatan Sipil menurut pasal 1 angka 15 adalah: pencatatan peristiwa
penting yang dialami oleh seseorang dalam register catatan sipil oleh unit kerja yang mengelola pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Pelaksanaan tabanni yang dilakukan oleh lembaga tabanni merupakan suatu kebutuhan masyarakat dan sekaligus memerlukan suatu ketertiban masyarakat dan
sekaligus memerlukan
suatu ketertiban
dan ketuntasan
dalam mekanisme
pelaksanaannya. Apabila dilihat dari rangkaian pelaksanaan tabanni di Indonesia, lembaga tabanni tidak lepas dari gerak dan dinamika sosial dan sistem peradatan
masyarakat lingkungan hukum, di mana tabanni itu terjadi. Tabanni merupakan suatu usaha yang mengadakan kondisi yang melindungi
anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Tabanni dalam hal perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan
demikian, maka perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan
Universitas Sumatera Utara
103
bernegara dan bermasyarakat. Perlindungan
anak merupakan
suatu bidang
pembangunan nasional.
Melindungi anak adalah melindungi manusia, adalah membangun manusia
seutuhnya. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Mengabaikan masalah perlindungan anak tidak akan memantapkan pembangunan
nasional. Akibat tidak adanya perlindungan anak akan menimbulkan berbagai permasalahan
sosial, yang
dapat mengganggu
ketertiban, keamanan,
dan pembangunan nasional. Maka, hal ini berarti bahwa perlindungan anak yang salah
satu upayanya melalui tabanni harus diusahakan apabila ingin mengusahakan pembangunan nasional yang memuaskan. Dilihat dari ketentuan-ketentuan hukum
yang mengatur masalah tabanni di Indonesia pada saat ini, pada pokoknya terdapat adanya tiga sistem hukum yang mengaturnya, yaitu menurut ketentuan Hukum Barat,
Hukum Adat dan Hukum Islam. Menurut hukum adat yang diperlakukan di Indonesia, anak angkat tidak dapat menuntut warisan dari orang tua angkatnya.
Dalam hal ini berarti anak angkat masih memiliki hubungan dengan orang tua kandung dalam hal perdata.
Perkembangan masyarakat sekarang, dimana tuntutan pembangunan segala bidang, terutama dalam bidang hukum kian meningkat. Agar hukum mampu
memenuhi kebutuhan sesuai dengan tingkat kemajuan pembangunan di segala bidang, sehingga dapatlah diciptakan ketertiban dan kepastian hukum dan
memperlancar pelaksanaan pembangunan. Dalam rangka ini perlu dilanjutkan usaha- usaha untuk meningkatkan dan menyempurnakan pembinaan Hukum Nasional
Universitas Sumatera Utara
104
dengan antara lain mengadakan pembaharuan kodifikasi serta unifikasi hukum di bidang-bidang tertentu dengan jalan memperhatikan kesadaran hukum dalam
masyarakat. Oleh karena itu, maka lapangan hukum, yaitu pada sisi lembaga pengangkatan
anak pada saatnya perlu untuk diperhatikan. Dalam suasana yang serba belum lengkap ini, maka tidak berarti dari tahun ke tahun tidak ada kemajuan yang dicapai
dalam rangka pengadaan peraturan di sekitar adopsi ini, namun sebaliknya Penulis mempunyai anggapan bahwa selalu ada usaha gigih dari berbagai pihak selama ini,
yang telah melahirkan hasil-hasil yang nyata, seperti adanya peraturan yang mengatur berbagai soal tentang masalah pengangkatan anak, yang antara lain :
1. Surat Keputusan Menteri Sosial No. Sekrt. 10-28-473347 tentang Pedoman Asuhan Keluarga, yang sifatnya hanya berupa petunjuk tentang pengasuhan anak
dalam keluarga, termasuk anak angkat. 2. Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri
Sipil, dalam pasal 16 ayat 2 dan 3 dinyatakan : Kepada Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai anak angkat yang kurang dari 18 tahun, belum pernah kawin, tidak
mempunyai penghasilan sendiri dan nyata menjadi tanggungannya, diberi tunjangan anak sebesar 2 dari gaji pokok untuk tiap-tiap anak. Tunjangan anak
dimaksud di sini diberi sebanyak-banyaknya untuk tiga orang anak, termasuk satu orang anak angkat.
3. Surat Edaran Kepala Direktorat Jenderal Hukum dan Perundangan Departemen Kehakiman tanggal 24 Februari 1978 No. JHA112, tentang pengangkatan anak.
Universitas Sumatera Utara
105
Surat Edaran ini petunjuk teknis bagi pengadilan Umum dalam menangani soal pengangkatan anak WNI oleh orang asing, dimana dalam surat edaran ini
dinyatakan, bahwa pengangkatan anak WNI oleh orang asing hanya dapat dilakukan dengan surat penetapan pengadilan tidak dengan akta notaris.
4. Surat Edaran Menteri Sosial RI No. HUK-3_1-5878 tanggal 7 Desember 1978, tentang penunjuk sementara dalam pengangkatan anak adopsi internasional
yang ditujukan kepada Kantor Wilayah Departemen Sosial seluruh Indonesia. Isi pokoknya adalah memberikan rekomendasi kepada pengadilan yang akan
menetapkan pengangkatan anak. Kantor wilayah harus memperhatikan batas umur anak yang akan diangkat, umur calon orang tua angkat, anak yang diangkat
harus jelas asal-usulnya, dan bila orang tua anak masih ada, harus ada persetujuan dari mereka.
Keadaan tersebut merupakan gambaran, bahwa kebutuhan akan pengangkatan anak dalam masyarakat makin bertambah dan dirasakan bahwa untuk memperoleh
jaminan kepastian hukum untuk itu hanya didapat setelah memperoleh suatu putusan pengadilan. Ketentuan-ketentuan di atas, belum ada peraturan yang mengatur tabanni
secara lengkap dan sempurna yang memenuhi tuntutan pembinaan hukum nasional, yaitu sesuai dengan kesadaran hukum rakyat yang berkembang ke arah modernisasi.
2. Pengawasan Terhadap Pengangkatan Anak Dalam Hukum Islam.