Maloy: Political Will Pemerintah Daerah dan Keinginan Pemekaran Wilayah

7 pemerintah dalam mengelola KEK untk kepentingan masyarakat Bitung itu sendiri. Berdasarkan temuan apangan di Bitung, diketahui bahwa potensi konflik antara penduduk asli dan pendatang pernah ada di kota ini. Hasil temuan lapangan di Bitung memperlihatkan kondisi masyarakat Bitung yang sebenarnya cukup siap dan tidak resisten terhadap KEK di wilayah itu. Adapun permasalahan yang masih menjadi hambatan adalah persoalan pembebasan lahan KEK. Potensi konflik lain di luar persoalan lahan berkaitan dengan konflik masyarakat asli dan pendatang. Hal ini belum dipikirkan secara serius oleh pemerintah, karena pemerintah Bitung tidak memiliki rencana pembangunan sosial. Untuk mengatasi masalah atau konflik yang muncul dalam masyarakat, serta melakukan sosialisasi KEK, pemerintah sangat mengandalkan institusi gereja, karena memang fungsi institusi ini sangat sentral dalam masyarakat Bitung, termasuk juga sebagai media penyaluran aspirasi masyarakat. Media massa di bitung disebut sebagai pemberi informasi saja, bukan penyalur aspirasi bagi masyarakat, karena hampir semua media di Bitung telah “di-APBD-kan”, sehingga independensinya diragukan.

4.4. Maloy: Political Will Pemerintah Daerah dan Keinginan Pemekaran Wilayah

Belum banyak yang mengetahui mengenai satu kawasan yang disiapkan menjadi kawasan ekonomi khusus KEK untuk industri pengolahan kelapa sawit ini. Maloy, bagian dari wilayah kabupaten Kutai Timur ini merupakan kawasan yang masih jarang penduduknya. Saat ini, di kawasan Maloy terdapat kebun-kebun sawit yang sangat luas. Waktu tempuh yang dibutuhkan menuju Maloy dari ibu kota kabupaten Kutai Timur di Sangatta, sekitar 4,5 jam jalan darat, dengan kondisi jalan aspal yang kerap terputus setiap beberapa meter dan membelah perkebunan sawit. Kondisi kawasan yang tidak ditinggali oleh warga memudahkan proses pembebasan lahan. Tahapan pembebasan lahan merupakan tahapan yang paling dirasa sulit di kawasan lain yang juga disiapkan menjadi KEK. Hambatan di tahap ini nyaris tidak ada di Maloy. Dengan ketiadaan hambatan tersebut berarti infrastruktur kawasan sudah mulai dapat dibangun. Berbeda dengan kawasan lain yang disiapkan menjadi KEK, di Maloy peran pemerintah daerah khususnya pemerintah provinsi Kalimantan Timur dalam pembangunan infrastruktur kawasan ini sangat besar. Pembangunan jalan kawasan di Maloy dilakukan dengan menggunakan APBD. Dana APBN digunakan untuk membangun sisi darat dari pelabuhan. Pembangunana kawasan dengan menggunakan dana APBD dapat dilakukan karena tersedianya dana dan adanya political will pemerintah provinsi khususnya dari pemimpin politik, dalam hal ini gubernur Kalimantan Timur untuk mewujudkan KEK industri pengolahan kelapa sawit ini. Political will gubernur Kaltim dalam pembangunan kawasan ini dibenarkan oleh hampir seluruh nara sumber dalam FGD dan wawancara. Salah seorang nara sumber FGD yang merupakan perwakilan media menyatakan bahwa pembangunan Maloy sebagai kawasan industri dan perkembangan pembangunannya selalu menjadi bagian dari pidato gubernur Kalimantan Timur di hampir setiap kesempatan. Hal tersebut juga menjadi penyebab mengapa birokrasi dari provinsi sampai kecamatan memberi perhatian besar pada pembangunan kawasan ini, termasuk juga dalam hal anggaran. Political will gubernur Kaltim tersebut dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa provinsi ini selalu menjadi korban dari pengerukan bahan mentah seperti batu bara dan kayu. Saat ini mulai tumbuh kelapa sawit dan pemerintah tidak ingin mengulangi apa yang terjadi 8 dengan kayu dan batu bara, sehingga dibutuhkan industri pengolahan minyak kelapa sawit yang memadai di Kalimantan Timur. Produk turunan dari minyak kelapa sawit berjumlah kurang lebih 300 jenis. Ini sangat mungkin menjadi peluang bagi industri yang akan dibangun di kawasan Maloy nantinya. Dengan begitu Kaltim tidak hanya menjadi wilayah penghasil bahan mentah. Perihal potensi konflik di wilayah tersebut relatif rendah karena penduduk di wilayah ini masih jarang. Kalaupun ada mereka adalah para transmigran dan pekerja di kebun sawit. Dengan kndisi yang demikian, pemerintah tidak terlalu fokus pada kondisi sosial masyarakatnya, sehingga rencana pembangunan sosial politik di kawasan inipun belum dipikirkan. Alasan utama mengapa pemerintah belum memikirkan pembangunan sosial juga karena fokus merka yang saat ini tersita oleh pembangunan infrastruktur.

4.5. Morotai: Kualitas SDM, Persoalan Lahan, dan Data Dasar Kependudukan