36
3.4. Maloy: Political Will Pemerintah Daerah dan Keinginan Pemekaran
Wilayah
Sudah pasti, namun belum banyak pihak yang mengetahui mengenai rencana menjadikan Maloy sebagai satu kawasan ekonomi khusus KEK untuk industri
pengolahan kelapa sawit. Maloy yang berada di wilayah Kabupaten Kutai Timur merupakan kawasan yang masih jarang penduduknya. Di kawasan Maloy saat ini,
terdapat kebun-kebun sawit yang sangat luas. Menggunakan jalan darat, waktu tempuh yang dibutuhkan dari Sangatta: ibu kota kabupaten Kutai Timur menuju
Maloy sekitar 4,5 jam dengan kondisi jalan aspal yang kerap terputus setiap beberapa meter yang membelah perkebunan sawit, lihat Gambar 3.4.
Gambar 3.4: Salah satu suana jalan darat di kawasan Maloy
Meski akses jalan menuju Maloy begitu sulit, namun perkembangan pembangunan kawasan ini menunjukkan kemajuan yang signifikan bila
dibandingkan dengan Kota Bitung. Jalan kawasan yang terbuat dari cor beton telah terbangun, Gambar 3.5. Demikian juga dengan kantor pengelola kawasan
juga telah berdiri, namun belum digunakan sesuai dengan fungsinya, Gambar 3.6. Selain itu, tiang-tiang pancang untuk pembangunan pelabuhan juga sudah mulai
terlihat di kawasan ini.
37 Gambar 3.5: Salah satu suana jalan darat di kawasan Maloy
Dengan lokasi kawasan yang sangat jauh tapi perkembangan pembangunan yang melebihi Kota Bitung sudah tentu menimbulkan tanya
mengenai penyebab dari kondisi tersebut. Satu jawaban dari pertanyaan tersebut adalah kondisi kawasan Maloy tidak ada penduduknya, dan niat Pemerintah
pemerintah daerah yang besar ternyata tidak ditunjang oleh keuangan Provinsi Kalimantan Timur yang memadai. Namun kondisi kawasan yang tidak ditinggali
oleh warga justru memudahkan proses pembebasan lahan. Padahal pembebasan lahan merupakan tahapan yang paling sulit bagi kawasan lain yang disiapkan
menjadi KEK. Hambatan pada tahap ini nyaris tidak ditemukan di Maloy. Dengan ketiadaan hambatan tersebut berarti infrastruktur kawasan sudah mulai dapat
dibangun. Berbeda dengan kawasan lain yang disiapkan menjadi KEK, peran
pemerintah daerah khususnya Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam pembangunan infrastruktur Maloy sangat besar. Pembangunan jalan kawasan di
Maloy dilakukan dengan menggunakan APBD, sedangkan dana APBN digunakan untuk membangun sisi darat dari pelabuhan.
38 Gambar 3.6: Kantor Pengelola KEK Maloy
Pembangunana kawasan dengan menggunakan dana APBD yang tersedia dapat dilakukan karena adanya political will pemerintah provinsi khususnya
pemimpin politik lokal, dalam hal ini Gubernur Provinsi Kalimantan Timur, untuk mewujudkan KEK industri pengolahan kelapa sawit. Political will gubernur
dalam pembangunan kawasan ini dibenarkan oleh hampir seluruh nara sumber dalam FGD dan wawancara. Kholish Chered, nara sumber FGD dari Tribun
Kaltim menyatakan bahwa pembangunan Maloy sebagai kawasan industri dan perkembangan pembangunannya selalu menjadi bagian dari pidato gubernur
Kalimantan Timur di hampir setiap kesempatan.
21
Hal tersebut juga menjadi penyebab mengapa birokrasi dari tingkatan provinsi hingga kecamatan memberi
perhatian besar pada pembangunan kawasan ini, termasuk pula dalam hal anggaran.
Political will gubernur Kaltim tersebut dilatarbelakangi oleh kesadaran
bahwa provinsi ini selalu menjadi korban dari pengerukan bahan mentah seperti batu bara dan kayu. Saat ini mulai tumbuh kelapa sawit dan pemerintah tidak
ingin mengulangi apa yang terjadi dengan kayu dan batu bara, sehingga
Pernyataan Kholish Chered wakil media dari Tribun Kaltim tersebut disampaikan dalam FGD yang dilaksanakan di Kantor Bupati Kutai Timur pada tanggal November
.
39 dibutuhkan industri pengolahan minyak kelapa sawit yang memadai di
Kalimantan Timur. Produk turunan dari minyak kelapa sawit berjumlah kurang lebih 300 jenis. Ini sangat mungkin menjadi peluang bagi industri yang akan
dibangun di kawasan Maloy nantinya. Dengan begitu Kaltim tidak hanya menjadi wilayah penghasil bahan mentah.
Perihal potensi konflik di wilayah tersebut relatif rendah karena penduduk di wilayah ini masih jarang. Potensi konflik yang dimaksud adalah antara sesama
kaum urban, yaitu antara para transmigran dan para pekerja kebun sawit. Kondisi sosial yang demikian itu membuat pemerintah tidak terlalu fokus pada masalah-
masalah kemasyarakatan, sehingga rencana pembangunan politik di kawasan inipun sepertinya belum terpikirkan. Alasan utama mengapa pemerintah belum
memikirkan pembangunan politik di Maloy, karena masih fokus pada pembangunan infrastruktur.
Namun satu hal yang perlu mendapat perhatian serius sebelum menjalar di semua tingkatan masyarakat adalah kondisi geografis Maloy yang jauh dari
Sangatta justru menjadi salah satu alasan politis bagi elit lokal di daerah sekitar Maloy untuk mewacanakan pemekaran wilayah menjadi kabupaten baru yang
lepas dari Kabupaten Kutai Timur. Sekarang, wacana tersebut sedang ramai dibicarakan oleh anggota DPRD dan di media lokal, yang berarti adanya isyarat
mengenai berlangsungnya kompetisi di level elit dalam memperebutkan sumber daya ekonomi di wilayah tersebut.
3.5. Morotai: Kualitas SDM, Persoalan Lahan, dan Data Dasar Kependudukan