Morotai: Kualitas SDM, Persoalan Lahan, dan Data Dasar Kependudukan Mandalika: Kesiapan Masyarakat dan Peran Tuan Guru

8 dengan kayu dan batu bara, sehingga dibutuhkan industri pengolahan minyak kelapa sawit yang memadai di Kalimantan Timur. Produk turunan dari minyak kelapa sawit berjumlah kurang lebih 300 jenis. Ini sangat mungkin menjadi peluang bagi industri yang akan dibangun di kawasan Maloy nantinya. Dengan begitu Kaltim tidak hanya menjadi wilayah penghasil bahan mentah. Perihal potensi konflik di wilayah tersebut relatif rendah karena penduduk di wilayah ini masih jarang. Kalaupun ada mereka adalah para transmigran dan pekerja di kebun sawit. Dengan kndisi yang demikian, pemerintah tidak terlalu fokus pada kondisi sosial masyarakatnya, sehingga rencana pembangunan sosial politik di kawasan inipun belum dipikirkan. Alasan utama mengapa pemerintah belum memikirkan pembangunan sosial juga karena fokus merka yang saat ini tersita oleh pembangunan infrastruktur.

4.5. Morotai: Kualitas SDM, Persoalan Lahan, dan Data Dasar Kependudukan

Morotai merupakan salah satu tujuan wisata yang direkomendasikan di Indonesia. Wilayah ini mempuanyai dua daya tarik utama yakni wisata sejarah dan wisata alam khususnya alam bawah laut. Berbagai festival pernah digelar di Morotai, misalnya sail Morotai dan festival lobster. Morotai juga merupakan salah satu pulau terluar Indonesia. Kabupaten ini memiliki letak geografis yang sangat strategis. Posisi tersebut telah disadari sejak dulu oleh negara lain, seperti Jepang dan Amerika. Bukti dari strategisnya posisi morotai adalah peninggalan sejarah di wilayah tersebut berupa sebuah bandara dengan tujuh landasan pacu. Hanya saja kondisi landasannya saat ini tidak terawat dengan baik. Bandara itupun hanya dimanfaatkan oleh TNI dan penerbangan perintis untuk mengangkut logistik. Persoalan yang dominan terjadi di Morotai adalah persoalan lahan. Di beberapa tempat terjadi sengketa lahan antara masyarakat dan TNI Angkatan Udara, di bagian yang lain, permasalahan lahan terkait dengan lahan KEK. Hingga kini, KEK Morotai masih di tahap pembebasan lahan. Hal lain yang mungkin dapat menjadi permasalahan di masa yang akan datang di Morotai adalah persoalan kependudukan. Saat ini masalah lahan sudah menjadi masalah yang hadir secara nyata di tengah masyarakat, lalu diikuti oleh kemunculan pemukiman kumuh. Pemukiman itu didirikan kebanyakan oleh warga pendatang yang dulunya adalah transmigran ke wilayah tersebut. Masalah lainnya yang berpotensi muncul adalah gesekan antar kelompok. Saat ini 60 penduduk Morotai memeluk agama Kristen, namun mayoritas penduduk di ibu kota Kabupaten adalah pemeluk Muslim. Potensi kerawanan seperti ini belum dipetakan dan belum direncanakan. Hal tersebut terungkap dalam wawancara mendalam dengan, Darmono dari Jababeka Morotai.

4.6. Mandalika: Kesiapan Masyarakat dan Peran Tuan Guru

Akses ke kawasan Mandalika sudah terbangun. Pengelola kawasan dalam hal ini ITDC menargetkan pembangunan tiga hotel berkelas internasional di kawasan ini hingga tahun 2017. Namun demikian, masih ada beberapa permasalahan yang belum selesai terkait dengan KEK Mandalika ini, diantaranya persoalan pembebasan lahan. Masih terdapat lahan seluas 135 HA yang statusnya belum clear, namun diakui bahwa saat ini lahan tersebut sedang diproses oleh tim yang dibentuk oleh gubernur. Permasalahan lain yang muncul dalam pengembangan kawasan Mandalika di luar permasalahan pembebasan lahan adalah permasalahan sosial dan SDM. Di kawasan ini terlihat kebersihan lingkungan belum terjaga dan jumlah pedagang asongan juga cukup 9 banyak. Mereka umumnya merupakan anak-anak di usia sekolah. Mereka kerap memaksa wisatawan untuk membeli barang dagangannya. Kondisi tersebut sering menjadi alasan bagi wisatawan untuk tidak datang kembali ke kawasan itu bila hal tersebut belum ditertibkan. Sikap oportunistik masyarakat setempat dikatakan muncul setelah kawasan ini mulai dikembangkan. Hal itu memperlihatkan bahwa masyarakat di sekitar kawasan, belum terbangun dengan baik. Pembangunan sosial yang diperlukan dalam hal ini adalah pembangunan nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Di sisi lain, pihak ITDC mengataan bahwa mereka memberi perhatian terhadap pengembangan SDM di sekitar kawasan dengan berbagai program CSR. Selain itu, dalam kawasan telah direncanakan untuk membangun sekolah tinggi pariwisata yang akan bekerja sama dengan kementeriaan pariwisata. Ketidakpuasan warga sebagian besar berkaitan dengan ekonomi. Lombok Tengah merupakan kabupaten termiskin ke tiga di NTB, tingkat pendidikan masyarakatnya juga belum cukup memadai untuk pariwisata. Masyarakat tidak ingin menjadi penonton di daerahnya. Untuk itu, pemerintah dan pengelola kawasan menyiapkan beberapa program seperti penggunaan komoditas lokal dalam industri pariwisata. Tak hanya komoditas, SDM juga diutamakan pekerja lokal yang terampil. Diperkirakan akan ada 3.000 kamar dengan jumah pekerja yang dibutuhkan adalah dua pekerja per kamar, jadi tenaga kerja yang terserap diproyeksikan mencapai 6.000 pekerja. Konflik hanya dilihat sebagai hasil dari ketimpangan ekonomi. Belum dipikirkan permasalahan yang akan muncul akibat pekerja pendatang yang akan memasuki kawasan tersebut, persoalan lingkungan, atau eksklusi terhadap warga sekitar. Ini adalah hal yang perlu direncanakan, namun belum mendapat perhatian dari banyak pihak.

4.7. Analisis