x belum memikirkan pembangunan sosial juga karena fokus merka yang saat ini
tersita oleh pembangunan infrastruktur. 4.5.
Morotai: Kualitas SDM, Persoalan Lahan, dan Data Dasar Kependudukan
Morotai merupakan salah satu tujuan wisata yang direkomendasikan di Indonesia. Wilayah ini mempuanyai dua daya tarik utama yakni wisata sejarah
dan wisata alam khususnya alam bawah laut. Berbagai festival pernah digelar di Morotai, misalnya sail Morotai dan festival lobster. Morotai juga merupakan salah
satu pulau terluar Indonesia. Kabupaten ini memiliki letak geografis yang sangat strategis. Posisi tersebut telah disadari sejak dulu oleh negara lain, seperti Jepang
dan Amerika. Bukti dari strategisnya posisi morotai adalah peninggalan sejarah di wilayah tersebut berupa sebuah bandara dengan tujuh landasan pacu. Hanya saja
kondisi landasannya saat ini tidak terawat dengan baik. Bandara itupun hanya dimanfaatkan oleh TNI dan penerbangan perintis untuk mengangkut logistik.
Persoalan yang dominan terjadi di Morotai adalah persoalan lahan. Di beberapa tempat terjadi sengketa lahan antara masyarakat dan TNI Angkatan
Udara, di bagian yang lain, permasalahan lahan terkait dengan lahan KEK. Hingga kini, KEK Morotai masih di tahap pembebasan lahan.
Hal lain yang mungkin dapat menjadi permasalahan di masa yang akan datang di Morotai adalah persoalan kependudukan. Saat ini masalah lahan sudah
menjadi masalah yang hadir secara nyata di tengah masyarakat, lalu diikuti oleh kemunculan pemukiman kumuh. Pemukiman itu didirikan kebanyakan oleh warga
pendatang yang dulunya adalah transmigran ke wilayah tersebut. Masalah lainnya yang berpotensi muncul adalah gesekan antar kelompok. Saat ini 60 penduduk
Morotai memeluk agama Kristen, namun mayoritas penduduk di ibu kota Kabupaten adalah pemeluk Muslim. Potensi kerawanan seperti ini belum
dipetakan dan belum direncanakan. Hal tersebut terungkap dalam wawancara mendalam dengan, Darmono dari Jababeka Morotai.
4.6. Mandalika: Kesiapan Masyarakat dan Peran Tuan Guru
Akses ke kawasan Mandalika sudah terbangun. Pengelola kawasan dalam hal ini ITDC menargetkan pembangunan tiga hotel berkelas internasional di
kawasan ini hingga tahun 2017. Namun demikian, masih ada beberapa permasalahan yang belum selesai terkait dengan KEK Mandalika ini, diantaranya
persoalan pembebasan lahan. Masih terdapat lahan seluas 135 HA yang statusnya belum clear, namun diakui bahwa saat ini lahan tersebut sedang diproses oleh tim
yang dibentuk oleh gubernur.
Permasalahan lain yang muncul dalam pengembangan kawasan Mandalika di luar permasalahan pembebasan lahan adalah permasalahan sosial dan SDM. Di
kawasan ini terlihat kebersihan lingkungan belum terjaga dan jumlah pedagang asongan juga cukup banyak. Mereka umumnya merupakan anak-anak di usia
sekolah. Mereka kerap memaksa wisatawan untuk membeli barang dagangannya. Kondisi tersebut sering menjadi alasan bagi wisatawan untuk tidak datang
kembali ke kawasan itu bila hal tersebut belum ditertibkan.
Sikap oportunistik masyarakat setempat dikatakan muncul setelah kawasan ini mulai dikembangkan. Hal itu memperlihatkan bahwa masyarakat di
sekitar kawasan, belum terbangun dengan baik. Pembangunan sosial yang diperlukan dalam hal ini adalah pembangunan nilai-nilai sosial dalam masyarakat.
Di sisi lain, pihak ITDC mengataan bahwa mereka memberi perhatian terhadap
xi pengembangan SDM di sekitar kawasan dengan berbagai program CSR. Selain
itu, dalam kawasan telah direncanakan untuk membangun sekolah tinggi pariwisata yang akan bekerja sama dengan kementeriaan pariwisata.
Ketidakpuasan warga sebagian besar berkaitan dengan ekonomi. Lombok Tengah merupakan kabupaten termiskin ke tiga di NTB, tingkat pendidikan
masyarakatnya juga belum cukup memadai untuk pariwisata. Masyarakat tidak ingin menjadi penonton di daerahnya. Untuk itu, pemerintah dan pengelola
kawasan menyiapkan beberapa program seperti penggunaan komoditas lokal dalam industri pariwisata. Tak hanya komoditas, SDM juga diutamakan pekerja
lokal yang terampil. Diperkirakan akan ada 3.000 kamar dengan jumah pekerja yang dibutuhkan adalah dua pekerja per kamar, jadi tenaga kerja yang terserap
diproyeksikan mencapai 6.000 pekerja.
Konflik hanya dilihat sebagai hasil dari ketimpangan ekonomi. Belum dipikirkan permasalahan yang akan muncul akibat pekerja pendatang yang akan
memasuki kawasan tersebut, persoalan lingkungan, atau eksklusi terhadap warga sekitar. Ini adalah hal yang perlu direncanakan, namun belum mendapat perhatian
dari banyak pihak. 4.7. Analisis
Berdasarkan temuan lapangan yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, wilayah-wilayah yang menjadi lokus penelitian dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok. Pengelompokan pertama berdasarkan pertumbuhannya, yakni daerah yang sudah tumbuh dan daerah yang akan tumbuh. Dari daerah yang akan
tumbuh juga dapat dikelompokkan berdasarkan basis industri pertumbuhannya, yakni industri pengolahan dan industri pariwisata. Tabel di bawah ini akan
mempermudah untuk membandingkan kondisi di lokus-lokus penelitian tersebut.
Tabel 4.1 Perbandingan Kondisi Antar Lokus
No Item
Perbandinga n
Batam Bontan
g Bitung
Maloy Morotai
Mandalik a
1 Perencanaan Pembanguna
n Sosial dan Politik
Tidak ada Tidak
ada Tidak
ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
2 Saluran Demokrasi
Pers ada Memiliki
Ormas, namun
hanya untuk
mengako modir
kepenting an
kelompok.
Demonstr asi,
mengenai masalah
tanah dan Pers ada,
namun tidak
terlalu aktif
dikarenak an
masyarak at sipil
sebagai partner
tidak mandiri
Ormas dan LSM
relatif banyak
Pers berperan
aktif
Forum dan
tokoh agama
berperan dalam
sosialisas i KEK
dan dalam
mengelol a
hubunga n antar
Pers ada, namun
belum terlalu aktif
menjangka u daerah
sekitar KEK
Ormas belum ada
Ada pers
Tokoh agama
berperan dalam
mengelola kerukunan
umat beragama
Demonstrasi terjadi
beberapa kali isu
tanah dan Saluran
demokrasi tradisional
melalui ‘tuan guru’
xii
UMK tapi dibawah
kooptasi pemerint
ah dan perusaha
an. umat
beragam a
pergantian bupati
3 Peran Pemerintah
Ada dua lisme
kelembag aan di
Batam, yakni BP
Batam investasi
dan perdagang
an dan Pemko
Batam sektor
publik Pemkot
Bontang menyiapk
an pembang
unan infrastruk
tur dan kawasan
industri baru
Pemerint ah
provinsi menjadi
pengelol a KEK
Melakuk an
pembeba san lahan
untuk akses
masuk ke lokasi
KEK Pemprov
sebagai inisiator
KEK memiliki
political willingnes
Mengaloka sikan
APBD utk pembangun
an infrastruktu
r Menyiapkan
infrastruktur dasar dan
penopang KEK, spt
bandara dan jaringan
jalan Pemprov
terlibat melalui dewan
kawasan membentuk
tim pembebasan
lahan
4 Peran PerusahaanP
engelola Perusahaa
n berperan melalui
program CSR bagi
masyaraka t
Terjadi beberapa
konflik industrial
cth: PT Drydock
PT Badak
LNG dan PKT
melibatka n
masyarak at dari
awal
Terdapat forum
CSR perusaha
an – perusaha
an dengan
Pemkot Peran
pihak swasta
belum terlihat
signifika n
Promosi KEK
MBTK kepada
calon investor
Pengemban gan
pariwisata Morotai
dengan membangun
resort dan menyerap
tenaga kerja lokal
Pelibatan TOGA dan
TOMA dalam mensosialisasi
kan KEK Mandalika
oleh pihak pengelola KEK
PT ITDC
5 Masalah Tanah
, menjadi
salah satu potensi
konflik terbesar di
Batam Konflik
pembeba san
lahan
dalam kawasan
Hutan Lindung
Bontang
Keterbata san
wilayah Pernah
terjadi konflik
antara pendudu
k asli dan pendatan
g perihal
pendirian rumah
ibadah Konflik
pembebasa n lahan
Pengusiran transmigra
n Saling klaim
lahan
antara TNI AU
dengan masyarakat
dan pemda Masih ada
masalah dengan
pembebasan lahan
, meski tidak banyak
jumlahnya.
Pedagang asongan yang
menjamur. Sebagian besar
adalah anak-
xiii
darat di Kota
Bontang Masalah
pembeba san
lahan
KEK sampai
ke Komnash
am anak
Masyarakat belum terbiasa
dengan pariwisata
6 Potensi Masalah
Konflik etnis,
industrial, agraria,
antar lembaga
Konflik industrial
, etnis, agraria
Konflik agraria,
etnis Konflik
etnis, agraria
Konflik agraria
Konflik agraria
7 Lesson Learned
Sebaiknya dalam
satu daerah
hanya ada satu
pemerinta han,
sehingga kebijakan
menjadi satu pintu
saja Political
Will pemerint
ah Kota dan
Provinsi Kaltim
menduku ng kran
investasi di
Bontang termasuk
menduku ng
pembang unan
infrastruk tur
bandara perintis
dan kawasan
industri di
Bontang Lestari
Keterliba tan
lembaga- lembaga
di luar pemerint
ah seperti
Gerejad alam
sosialisas i
program KEK
pada masyarak
at sangat membant
u penerima
an masyarak
at terhadap
KEK Political
Will pemerintah
Provinsi serius
mendukun g KEK
Maloy Gubernur
pegang kontrol
kekuatan APBD
Daerah belum
berpendud uk,
sehingga lebih
mudah untuk
ditata Berbeda
dengan Batam dan
Bitung Pemuka-
pemuka agama dapat
diberdayaka n utk
mengelola kerukunan
umat beragama
serta membantu
mensosialisa sikan
program KEK pada
masyarakat. Pemerintah
dapat mengusahakan
agar fasilitas pariwisata
yang ada dapat menyerap
produk lokal secara
maksimal
5. Kesimpulan dan Rekomendasi 5.1. Kesimpulan
Temuan lapangan yang didapat dari hasil studi ini adalah terdapat masalah terhadap daerah yang sudah lebih dulu dirancang dan peluang timbul masalah
serupa dari daerah yang diproyeksikan menjadi daerah pertumbuhan baru. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: masyarakat asli dan pendatang
pergeseran mayoritas, masyarakat dan perusahaan, antar institusi pemerintahan, perebutan kekuasaan, dan kesiapan SDM.
Kesimpulan dari kajian ini adalah tidak adanya perencanaan pembangunan politik di pusat pertumbuhan akan membuat permasalahan-permasalahan muncul yang
berakibat kegagalan dari pembangunan tersebut secara sosial, selain itu
xiv ketidaksiapan pusat pertumbuhan baru akan masuknya arus investasi dan migrasi
penduduk mengakibatkan konflik-konflik yang nantinya akabn menghambat pembangunan itu sendiri.
5.2 Rekomendasi