10 Penelitian Elizabeth dan Setiadji 2009, menyimpulkan bahwa perilaku ekonomi
komunitas petani dalam sistem ekonomi pedesaan dicirikan oleh jaringan kerja sosial social network yang kurang mendukung, lemahnya kemampuan dalam menggalang
jaringan kerjasama dengan kelembagaan modern, meningkatkan kapasitas internalnya untuk bersaing di bidang ekonomi dan menghadapi tekanan dari luar.
D. Curahan Waktu Kerja
Becker 1965 , menyoroti waktu yang tersedia bagi rumahtangga, dimana waktu menurut Becker merupakan suatu sumberdaya yang bersifat langka bagi rumahtangga.
Hampir 50 persen waktu yang tersedia digunakan untuk kegiatan rumahtangga dalam bentuk istirahat, memasak, rekreasi, dan lain-lain. Begitu besar bagian waktu rumahtangga
yang digunakan untuk kegiatan tersebut, sehingga persoalan alokasi dan efisiensi waktu menjadi penting dalam mempelajari kesejahteraan rumahtangga. Alokasi waktu dan
distribusi kerja dalam rumahtangga petani, selain dipengaruhi oleh kesempatan dan permintaan pasar kerja sektoral, juga dipengaruhi oleh faktor ciri rumahtangga. Beberapa
faktor ciri rumahtangga yang relatif berpengaruh, menurut Sobari 1996, diantaranya adalah jumlah anggota rumahtangga, jumlah anak balita perlu asuhan dan tingkat
pendidikan kepala keluarga. Menurut Becker 1965, tingkat partisipasi anggota rumahtangga sebagai tenaga
kerja dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Kaum wanita berperan ganda yaitu peran domestik domestic role dan peran publik public role. Secara biologis kaum wanita
melakukan peran domestik yaitu; mengurus rumahtangga dan melakukan fungsi reproduksi, disamping itu juga berperan dalam fungsi produksi yaitu bekerja di sektor
pasar tenaga kerja. Jika dilakukan investasi yang sama dalam modal manusia human capital
, wanita memiliki keunggulan komparatif comparative advantage lebih besar dari laki-laki dalam pekerjaan rumahtangga, maka wanita akan mengalokasikan waktu untuk
pekerjaan rumahtangga, sedangkan laki-laki untuk pekerjaan mencari nafkah. Curahan waktu dan kualitas tenaga kerja dipengaruhi oleh jenis kelamin; apalagi
dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah dan tenaga kerja wanita menanam tanaman.
Curahan waktu bekerja juga menentukan besar kecilnya upah tenaga kerja, makin lama jam kerja, makin tinggi upah yang mereka terima dan begitu pula sebaliknya. Ketentuan
11 seperti ini tidak berlaku untuk tenaga kerja profesional yang berpendidikan,
berpengalaman dan berketerampilan tinggi. Oleh karena itu pengukuran tenaga kerja di pedesaan berdasarkan besar-kecilnya curahan jam kerja Soekartawi, 2003.
Hasil penelitian Nalinda 2006, bahwa faktor yang mempengaruhi curahan waktu kerja suami dan istri adalah: luas penguasaan lahan, umur suami, umur istri, pendidikan
suami, pendidikan istri, pendapatan rumahtangga, pengeluaran rumah tangga, curahan kerja rumahtangga, jumlah anggota keluarga yang ditanggung, jumlah anggota keluarga
yang mencari nafkah. Jika dalam analisis dilakukan analisis rumahtangga, maka waktu kerja yang dicurahkan keluarga selain dipengaruhi oleh lamanya kerja oleh masing-masing
anggota keluarga juga dipengaruhi oleh banyaknya anggota keluarga yang ikut bekerja. Curahan tenaga kerja diukur dalam satuan yang umum dipakai yaitu jumlah jam
dan hari kerja total 1 HOK = 7 jam kerja. Jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi diukur dengan ukuran hari kerja pria HKP, sehingga pengukuran curahan
kerja anggota keluarga harus menggunakan konversi berdasarkan upah, untuk pria dinilai satu HKP, untuk wanita 0,7 HKP, ternak dua HKP dan anak-anak 0,5 HKP
Hernanto,1989. Dalam penelitian yang dilakukan Sukiyono dan Sriyoto 2005, bahwa alokasi
curahan jam kerja yang digunakan dalam rumahtangga petani dibatasi oleh lima aktivitas utama, yaitu waktu yang dimiliki untuk bekerja pada perkebunan, bekerja di luas
perkebunan, waktu domestik, waktu istirahat dan waktu senggang leisure. Kelima alokasi waktu ini merupakan total waktu yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja
rumahtangga dalam sehari semalam. Lebih jauh, kajian penawaran tenaga kerja pada rumahtangga perkebunan tidak dapat terlepaskan dengan potensi dan pencurahan tenaga
kerja yang dimiliki rumahtangga dan kesempatan kerja pada sektor pertanian dan non pertanian.
E. Produksi