44 Tingkat pendidikan petani di Prabumulih umumnya masih rendah, hal ini
digambarkan dari besarnya persentase petani yang hanya mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar SD yaitu sebanyak 65,75 persen, hanya sebagian kecil 11,43 yang
menyelesaikan pendidikan hingga tingkat atas SMA. Anggota keluarga adalah seluruh orang yang menjadi tanggungan kepala keluarga termasuk kepala keluarga itu sendiri.
Hasil penelitian diketahui bahwa jumlah anggota keluarga petani berkisar antara dua hingga delapan orang, umumnya anggota keluarga terdiri dari petani sebagai kepala
keluarga, istri dan anak-anak. Selain itu ada juga petani yang menanggung orang tuanya. Tabel 6. Selain karakteristik secara umum, karakteristik perilaku ekonomi rumah tangga
petani karet di Prabumulih secara lebih rinci dapat dilihat berdasarkan penjelasan berikut.
1. Alokasi Curahan Waktu Kerja
Curahan waktu kerja keluarga adalah banyaknya waktu yang dihabiskan oleh anggota keluarga dalam kegiatan memperoleh pendapatan keluarga, terdiri dari curahan
waktu kerja pria dan curahan waktu kerja wanita pada usahatani karet, usahatani non karet maupun non usahatani. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa, anggota keluarga
yang melakukan kegiatan kerja untuk memperoleh pendapatan hanya petani sebagai kepala keluarga dan istrinya, sedangkan anak-anak mereka tidak membantu dalam kegiatan yang
dilakukan. Curahan waktu kerja keluarga, dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Curahan waktu kerja keluarga Petani HKPth
No Jenis
Kegiatan Rata-rata Curahan Waktu Kerja HKPth
Total Persen
tase Pria
Wanita 1.
2.
3. Usahatani
Karet Usahatani
Non Karet Non
Usahatani 272,446
69,089
17,598 56,25
71,05
39,36 222,571
28,157
27,114 43,75
28,95
60,64 495,017
97,246
44,712 77,71
15,27
7,02
Jumlah 359,134
277,842 636,975
100 Sumber : Hasil wawancara, 2011.
Dari Tabel 6, rata-rata curahan waktu kerja pada usahatani karet adalah dominan 77,71, karena kegiatan usahatani karet merupakan sumber nafkah utama bagi
45 rumahtangga petani. Pada kegiatan usahatani karet ini, curahan waktu kerja pria sebesar
56,25, lebih besar dari curahan waktu kerja wanita yang hanya sebesar 43,75 dari total waktu produktif yang mereka miliki.
Persentase curahan waktu kerja pria pada usahatani non karet 71,05 lebih besar daripada curahan waktu kerja wanita 28,95. Hal ini dikarenakan, usahatani non
karet seperti usahatani padi, nenas yang merupakan usaha sampingan, bukan menjadi prioritas rumahtangga petani, tetapi bersifat tambahan sehingga hanya pria kepala
keluarga yang lebih banyak mencurahkan waktu kerjanya karena menjadi tanggung jawab mereka dalam mengelolanya untuk menambah pendapatan keluarga.
Pada kegiatan non usahatani, menunjukkan kecenderungan yang berbeda dengan dua kegiatan sebelumnya, dimana justru curahan waktu kerja wanita 0,64 lebih besar
jika dibandingkan curahan waktu kerja pria 39,36. Hal ini dikarenakan kegiatan non usahatani yang dilakukan anggota rumahtangga petani umumnya adalah dagang, yaitu
dengan membuka warung atau toko yang menjual kebutuhan sehari-hari di rumah mereka. Kegiatan ini tidak mengharuskan anggota rumahtangga dalam hal ini isteri atau anak
permpuan keluar rumah, mereka tetap bisa melakukan kegiatan mengurus rumah dan
anak-anak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Becker 1965, tingkat partisipasi anggota
rumahtangga dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Kaum wanita berperan ganda, yaitu peran domestik dan peran publik. Secara biologis kaum wanita melakukan peran
domestik yaitu: mengurus rumahtangga dan melakukan fungsi reproduksi. Disamping itu wanita juga berperan dalam fungsi produksi yaitu yaitu bekerja di sektor pasar tenaga
kerja. Dengan investasi yang sama, wanita memiliki keunggulan komparatif lebih besar dari laki-laki dalam pekerjaan rumahtangga, maka wanita akan mengalokasikan waktu
untuk pekerjaan rumahtangga, sedangkan laki-laki utuk pekerjaan mencari nafkah di luar rumah.
2. Tingkat Produksi