2.1.5 Zaman Kamakura dan Zaman Muromachi
Pada zaman Sengoku, kekuasaan pemerintahan berada di tangan samurai.Samurai mengenakan pakaian yang disebutsuikan.Pakaian jenis ini nantinya
berubah menjadi pakaian yang disebut hitatare.Pada zaman Muromachi, hitatare merupakan pakaian resmi samurai.Pada zaman Muromachi
dikenal kimono yang disebut suō 素襖, yakni sejenis hitatare yang tidak
menggunakan kain pelapis dalam.Ciri khas suō adalah lambang keluarga dalam
ukuran besar di delapan tempat.
2.1.6 Awal Zaman Edo
Penyederhaan pakaian samurai berlanjut hingga zaman Edo.Pakaian samurai zaman Edo adalah setelan berpundak lebar yang disebut kamishimo.Satu setel
kamishimo terdiri dari kataginu dan hakama. Di kalangan wanita, kosode menjadi semakin populer sebagai simbol budaya orang kota yang mengikuti tren busana. Tali
pinggang kumihimo dan gaya mengikat obi di punggung mulai dikenal sejak zaman Edo. Hingga kini, keduanya bertahan sebagai aksesori sewaktu mengenakan kimono.
2.1.7 Akhir Zaman Edo
Universitas Sumatera Utara
Politik isolasi sakoku membuat terhentinya impor benang sutra.Kimono mulai dibuat dari benang sutra produksi dalam negeri. Pakaian rakyat dibuat dari kain
sutra jenis crape lebih murah. Setelah terjadi kelaparan zaman Temmei 1783-1788, keshogunan Edo pada tahun 1785 melarang rakyat untuk mengenakan kimono dari
sutra. Pakaian orang kota dibuat dari kain katun atau kain rami. Kimono berlengan lebar yang merupakan bentuk awal dari furisode populer di kalangan wanita.
2.1.8 Zaman Meiji dan Zaman Taisho
Industri berkembang maju pada zaman Meiji. Produksi sutra meningkat, dan Jepang menjadi eksportir sutra terbesar. Tersedianya beraneka jenis kain yang dapat
diproses menyebabkan berkembangnya teknik pencelupan kain.Pada zaman Meiji mulai dikenal teknik yuzen, yakni menggambar dengan kuas untuk menghasilkan
corak kain di atas kain kimono. Di era modernisasi Meiji, bangsawan istana mengganti kimono dengan
pakaian Barat supaya tidak dianggap kuno. Walaupun demikian, orang kota yang ingin melestarikan tradisi estetika keindahan tradisional tidak menjadi terpengaruh.
Orang kota tetap berusaha mempertahankan kimono dan tradisi yang dipelihara sejak zaman Edo. Sebagian besar pria zaman Meiji masih memakai kimono untuk pakaian
sehari-hari.Setelan jas sebagai busana formal pria juga mulai populer.Sebagian besar wanita zaman Meiji masih mengenakan kimono, kecuali wanita bangsawan dan guru
wanita yang bertugas mengajar anak-anak perempuan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.9 Zaman Showa
Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, wanita Jepang mulai kembali mengenakan kimono sebelum akhirnya ditinggalkan karena tuntutan
modernisasi.Dibandingan kerumitan memakai kimono, pakaian Barat dianggap lebih praktis sebagai pakaian sehari-hari.
Hingga pertengahan tahun 1960-an, kimono masih banyak dipakai wanita Jepang sebagai pakaian sehari-hari.Pada saat itu, kepopuleran kimono terangkat
kembali setelah diperkenalkannya kimono berwarna-warni dari bahan wol.Wanita zaman itu menyukai kimono dari wol sebagai pakaian untuk kesempatan santai.
2.2 Sekilas Proses Pembuatan Kimono