Batasan Masalah Metode Penulisan Sekilas Proses Pembuatan Kimono

nasional dapat mewakili negara tersebut yang pada umumnya memilikai ciri khas tersendiri.Demikian halnyakimono yang dapat mewakili negara Jepang sebagai salah satu pakaian nasional yang mempunyai nilai-nilai seni dan budaya yang tinggi di dunia, dan keindahan dan keunikan tersendiri dalam pemakaiannya.Akan tetapi pada kenyataannya bagi masyarakat awam kimono cukup sulit untuk dipakai karena ada beberapa peraturan dan tahapannyayang harus diketahui.Namun apabila telah dipakai dengan benar hasilnya sangat bagus.Oleh karena itu penulis tertarik ingin mengkaji tentang “TEKNIK PEMAKAIAN KIMONO”.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah : a. Memenuhi salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar diploma III program studi Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara. b. Mendeskripsikan pakaian tradisional Jepang yaitu kimono serta teknik pemakaian kimono. c. Memperluas pengetahuan mengenai Jepang terkhususpakaian tradisionalnya yaitu kimono.

1.3 Batasan Masalah

Karena luasnya pembahasan tentang kimono maka penulis akan membatasi masalah pembahasan ke dalam suatu ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Bagaimana teknik pemakaiankimono dengan benar b. Apa saja sikap yang perlu diperhatikan ketika sedang memakai kimono c. Bagaimana cara merawat kimono

1.4 Metode Penulisan

Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan,yaitu metode mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku, majalah, serta menggunakan internet.Selanjutnya data dibahas dan dirangkum untuk kemudian dideskripsikan ke dalam kertas karya ini. Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI KIMONO

2.1 Sejarah Singkat Kimono

Setiap negara pasti memiliki pakaian tradisional masing-masing.Di Jepang, salah satu pakaian tradisionalnya adalah kimono. Kimono cukup terkenal di dunia, hampir semua orang pernah melihatnya bahkan memakainya.Arti harfiah kimono 着 物 adalah baju atau sesuatu yang dikenakan ki berarti pakai, dan mono berarti barang. Kimono berkembang sesuai zamannya, berikut adalah sejarah kimono:

2.1.1 Zaman Jomon dan Zaman Yayoi

Kimono zaman Jomon dan zaman Yayoi berbentuk seperti baju terusan.Dari situs arkeologi tumpukan kulit kerang zaman Jomon ditemukan haniwa.Pakaian atas yang dikenakan haniwa disebut kantoi 貫頭衣.

2.1.2 Zaman Kofun

Universitas Sumatera Utara Pakaian zaman Kofun mendapat pengaruh dari daratan China, dan terdiri dari dua potong pakaian yaitu pakaian atas dan pakaian bawah.Haniwamengenakan baju atas seperti mantel yang dipakai menutupi kantoi.Pakaian bagian bawah berupa rok yang dililitkan di pinggang.Dari penemuanhaniwa terlihat pakaian berupa celana berpipa lebar seperti hakama.

2.1.3 Zaman Nara

Pada zaman Nara terjadi perubahan dalam cara mengenakan kimono. Apabila sebelumnya kerah bagian kiri harus berada di bawah kerah bagian kanan, sejak zaman Nara, kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Cara mengenakan kimono dari zaman Nara terus dipertahankan hingga kini.Hanya orang meninggal dipakaikan kimono dengan kerah kiri berada di bawah kerah kanan.

2.1.4 Zaman Heian

Ada tiga jenis pakaian untuk pejabat pria pada zaman Heian:  Sokutai pakaian upacara resmi berupa setelan lengkap  I-kan pakaian untuk tugas resmi sehari-hari yang sedikit lebih ringan dari sokutai  Noshi pakaian untuk kesempatan pribadi yang terlihat mirip dengan i-kan Universitas Sumatera Utara 

2.1.5 Zaman Kamakura dan Zaman Muromachi

Pada zaman Sengoku, kekuasaan pemerintahan berada di tangan samurai.Samurai mengenakan pakaian yang disebutsuikan.Pakaian jenis ini nantinya berubah menjadi pakaian yang disebut hitatare.Pada zaman Muromachi, hitatare merupakan pakaian resmi samurai.Pada zaman Muromachi dikenal kimono yang disebut suō 素襖, yakni sejenis hitatare yang tidak menggunakan kain pelapis dalam.Ciri khas suō adalah lambang keluarga dalam ukuran besar di delapan tempat.

2.1.6 Awal Zaman Edo

Penyederhaan pakaian samurai berlanjut hingga zaman Edo.Pakaian samurai zaman Edo adalah setelan berpundak lebar yang disebut kamishimo.Satu setel kamishimo terdiri dari kataginu dan hakama. Di kalangan wanita, kosode menjadi semakin populer sebagai simbol budaya orang kota yang mengikuti tren busana. Tali pinggang kumihimo dan gaya mengikat obi di punggung mulai dikenal sejak zaman Edo. Hingga kini, keduanya bertahan sebagai aksesori sewaktu mengenakan kimono.

2.1.7 Akhir Zaman Edo

Universitas Sumatera Utara Politik isolasi sakoku membuat terhentinya impor benang sutra.Kimono mulai dibuat dari benang sutra produksi dalam negeri. Pakaian rakyat dibuat dari kain sutra jenis crape lebih murah. Setelah terjadi kelaparan zaman Temmei 1783-1788, keshogunan Edo pada tahun 1785 melarang rakyat untuk mengenakan kimono dari sutra. Pakaian orang kota dibuat dari kain katun atau kain rami. Kimono berlengan lebar yang merupakan bentuk awal dari furisode populer di kalangan wanita.

2.1.8 Zaman Meiji dan Zaman Taisho

Industri berkembang maju pada zaman Meiji. Produksi sutra meningkat, dan Jepang menjadi eksportir sutra terbesar. Tersedianya beraneka jenis kain yang dapat diproses menyebabkan berkembangnya teknik pencelupan kain.Pada zaman Meiji mulai dikenal teknik yuzen, yakni menggambar dengan kuas untuk menghasilkan corak kain di atas kain kimono. Di era modernisasi Meiji, bangsawan istana mengganti kimono dengan pakaian Barat supaya tidak dianggap kuno. Walaupun demikian, orang kota yang ingin melestarikan tradisi estetika keindahan tradisional tidak menjadi terpengaruh. Orang kota tetap berusaha mempertahankan kimono dan tradisi yang dipelihara sejak zaman Edo. Sebagian besar pria zaman Meiji masih memakai kimono untuk pakaian sehari-hari.Setelan jas sebagai busana formal pria juga mulai populer.Sebagian besar wanita zaman Meiji masih mengenakan kimono, kecuali wanita bangsawan dan guru wanita yang bertugas mengajar anak-anak perempuan. Universitas Sumatera Utara

2.1.9 Zaman Showa

Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, wanita Jepang mulai kembali mengenakan kimono sebelum akhirnya ditinggalkan karena tuntutan modernisasi.Dibandingan kerumitan memakai kimono, pakaian Barat dianggap lebih praktis sebagai pakaian sehari-hari. Hingga pertengahan tahun 1960-an, kimono masih banyak dipakai wanita Jepang sebagai pakaian sehari-hari.Pada saat itu, kepopuleran kimono terangkat kembali setelah diperkenalkannya kimono berwarna-warni dari bahan wol.Wanita zaman itu menyukai kimono dari wol sebagai pakaian untuk kesempatan santai.

2.2 Sekilas Proses Pembuatan Kimono

Kimonoadalah pakaian nasional negara Jepang yang pada dasarnya dalam pembuatan pola kimono terdiri dari dua helai kain.Dua helai kain tersebut terbentang di atas bahu dan di sepanjang bagian punggung dan bagian samping tubuh. Bagian lengannya juga merupakan potongan kain yang terjahit satu sama lain sehingga membentuk celah untuk lubang tangan, selain itu juga terdapat potongan kain di bagian depan yang memungkinkan kimono untuk dapat dilipat dan potongan yang dapat digunakan sebagai kerah. Tinggi kimono disesuaikan dengan menaikan Universitas Sumatera Utara kimonodan membiarkannya terjuntai di atas ikat pinggang, kemudian ditutup oleh obi yaitu ikat pinggang luar yang menyatukan kimono keseluruhan. Berikut penjelasan mengenai bagian-bagian pada kimono: • Bagian belakang Bagian belakang terdiri dari: Yuki panjang lengan, Sodetsukejahitan atau sambungan lengan, Miyatsukuchi bagian terbuka atau lubang di bawaah lengan, Furijuntaian di bawah lengan, Ushiromigorobagian belakang utama,danFukilipatan di tepi bawah keliman. • Bagian depan Bagian belakang terdiri dari: Uraeri kerah bagian dalam, Tomoerikerah bagian luar, Sodeguchi lubang lengan bagian dalam, Sode lengan, Tamotokantong yang terdapat pada lengan, Eri kerah, Douralapisan atas, Okumi sisi lipatan dalam bagian luar, Maemigorosisi utama bagian depan,danSusomawashilapisan bagian bawah.Lampiran Gambar 2.1 Bahan kain kimono adalah hasil dari kesenian tenun tradisional Jepang yang bernilai seni. Jenis kainkimono bisa terbuat dari sutera alami, katun, linen, wol, sekarang inidigunakan juga kain sintetisbuatan.Pola di buat oleh buatan tangan atau buatan mesin di produksi dengan berbagai teknik yaitu dengan menenun, melukis sendiri, pencelupan stensil, ikat celup, sulaman atau dengan mengkombinasikan Universitas Sumatera Utara teknik.Kimono untuk kesempatan formal hanya dibuat dari kainsutra kelas terbaik dan hanya dijahit dengan tangan tidak memakai mesin jahit. Oleh karena itu, harga kimono sering menjadi sangat mahal. Kimono umumnya tidak pernah dijual dalam keadaan jadi, melainkan harus dipesan dan dijahit sesuai dengan ukuran badan pemakai. Sewaktu membeli kain, tinggi badan pemakai tidak diperhitungkan. Bahan kimono dibeli dalam satu gulungan kain yang ditenun dengan sempurna tanpa cacat. Membeli kimono dimulai dengan pemilihan bahan kain kimono yang disebut tanmono 反物 arti harfiah: gulungan kain dengan panjang 1 tan, atau sekitar 10,6 m. Bila kebetulan pemakai kimono bertubuh pendek dan ramping, setelah kimono selesai dijahit akan banyak bahan kimono yang tersisa. Sisa bahan kimono bisa dimanfaatkan untuk membuat aksesori pelengkap kimono, seperti tas, dompet, atau sandal.

2.3 Jenis-jenis Kimono