10
Tabel 4.1 Hasil Uji Hipotesis Jabatan Fungsional Pustakawan Tingkat Ahli Variabel
Koef. t hitung
Sig. Keputusan
Konstan -7,771
-6,402 0,000
Signifikan Motivasi
0,177 2,182
0,035 Signifikan
Modal Manusia 0,119
3,206 0,003
Signifikan Jabatan Fungsional
0,174 2,614
0,012 Signifikan
F
hitumg
34,524 0,000
Signifikan Adjusted R Square
0,696
Berdasarkan Tabel di atas didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: Pengembangan Karir = -7,771+ 0,177X
1
+0,119X
2
+0,174X
3
+e Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode regresi
berganda.Tabel 4.1 menunjukkan bahwa Adjusted R
2
mempunyai nilai sebesar 0,696. Hal ini berarti 69,6 pengembangan karirdapat dijelaskan oleh variabel-
variabel independen, yakni motivasi, modal manusia dan jabatan fungsional tingkat ahli sedangkan sisanya 100 - 69,6 = 30,4 dijelaskan oleh variabel
lain di luar penelitian ini. Hasil uji ANOVA atau F test pada Tabel 4.1 menunjukkan nilai F hitung sebesar 34,524 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 di
bawah nilai α 0,05, sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel pengembangan karir.
1. Hubungan Motivasi dengan Pengembangan Karir Pustakawan Tingkat Ahli
Hipotesis pertama
dalam penelitian
ini dinyatakan
sebagai berikut:Motivasi berpengaruh pada pengembangan karir. Berdasarkan Tabel di
atas diperoleh koefisien regresi motivasi sebesar 0,177 dan t sebesar 2,182 yang lebih besar dari t tabel 0,05: 96 = 1,98. Pada taraf signifikansi 5 0,05, maka
sig. 0,0350,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H 1 ditolak dan H
a
1 diterima. Hal tersebut mendukung pernyataan H
1
yang berbunyi motivasi berpengaruh pada pengembangan karir.
11 Motivasi merupakan dorongan yang mengakibatkan pustakawan mau dan
rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian dan ketrampilan hingga tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yag
menjadi tanggungjawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran atau motif yang telah ditentukan
sebelumnya. Motif untuk hal ini adalah bagi pengembangan karir pustakawan. Hal ini kuatkan melalui wawancara berikut ini:
“dengan meningkatkan kompetensi yang saya miliki jelas akan memudahkan saya dalam melakukan pekerjaan dan jelas karir saya akan
meningkat”. INF-2, 3-5 “kebutuhan saya untuk meningkatkan karir adalah untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan layanan bagi pemustaka”. INF-6, 9-10 “…fokus meningkatkan karir bukan pada hadiah tetapi lebih kepada
kesadaran diri, pada prinsipnya meningkatkan karir bukan karena ada sesuatu hal tetapi lebih kepada keinginan dari diri sendiri untuk
memberikan yang terbaik”. INF-9, 13-17
Kutipan wawancara tersebut menjelaskan bahwa motivasi yang dimiliki bukan sekedar keinginan dan harapan namun diwujudkan melalui tindakan yang
berupa usaha menambah pengetahuan dan kompetensi diri dan fokus pada profesi pustakawan.Usaha tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk motivasi instrinsik
yang berupa dorongan untuk berkembang. Selain dorongan untuk berkembang informan juga memiliki motivasi yang berupa dorongan untuk memperbaiki
kekurangan, hal ini seperti yang diungkapkan melalui kutipan wawancara berikut ini;
“saya merasa sangat kurang dalam bidang kepustakawanan maka dari itu saya terus mempelajari hal-hal yang baru untuk mengembangkan
pengetahuan saya mengenai kepustakawanan”. INF-2, 9-13 “perpustaakan berkembang pesat dan banyak hal baru yang perlu
dipelajari”. INF-12, 8-9
12 Berbeda dengan motivasi instriksik, untuk motivasi ekstrinsik yang berupa
pujiansanjungan dan hadiah atau penghargaan bukan menjadi motif utama dalam pengembangan karir sebagai pustakawan.hal ini ditunjukan dari kutipan
wawancara berikut ini: “… sanjungan bukan jaminan untuk meningkatkan karir”. INF-9, 11-12
“hadiah atau pengharagaan akan datang dengan sendirinya kalau saya berprestasi”. INF-10, 10-11
“karir bukan karena sanjungan dan penghargaan diperoleh karena kompetensi”. INF-12, 11-12
Berdasarkan data dari kuisioner maupun wawancara motivasi memiliki hubungan dengan pengembangan karir pustakawan, terutama motivasi
instrinsik.Motivasi instrinsik yang berupa dorongan berkembang dan dorongan memperbaiki kekurangan dengan salah satu usaha yang dipilih adalah
meningkatkan kompetensi dan wawasan. Untuk motivasi instrinsik yang berupa pujiansanjungan dan hadiahpenghargaan bukan merupakan motif utama karena
keduanya akan mengikuti saat prestasi yag diperoleh baik dari usaha untuk berkembangan dan memperbaiki kekurangan.
2. Hubungan Modal Manusia dengan Pengembangan Karir Pustakawan Tingkat Ahli