Hubungan Posisi Penyemprotan Dengan Keracunan

72

4.3.8 Hubungan Posisi Penyemprotan Dengan Keracunan

Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test, maka didapat p value sebesar 0,011. Maka p value lebih kecil dari 0,05 0,050,011 sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara posisi penyemprotan dengan keracunan pestisida pada petani penyemprot hama di Desa Pedeslohor Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Eta Dian Sukmawati, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara posisi penyemprotan dengan keracunan pestisida pada petani penyemprot hama di Desa Tegalrejo Kecamatan. Ngadiredjo Kabupaten Temanggung Tahun 2000 Dengan p value sebesar 0,004. Maka p value lebih kecil dari 0,05 0,050,004 sehingga Ha di terima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara posisi penyemprotan dengan keracunan pestisida pada petani penyemprot hama di Desa Tegalrejo Kecamatan Ngadiredjo Kabupaten Temanggung Tahun 2000. Hal ini menunjukkan bahwa ada bukti yang signifikan antara posisi penyemprotan dengan keracunan pada penelitian yang dilakukan oleh Eta Dian Sukmawati. Menurut informasi kesehatan faktor yang berupa habituasikebiasaan dalam pengelolaan pestisida mempengaruhi efek racun terhadap badan. Hal ini dapat menyebabkan pestisida masuk kedalam tubuh terutama melalui inhalasi dan lewat kulit selama menyemprot. Posisi penyemprotan dengan tidak menghiraukan arah kecepatan angin dapat mengakibatkan para pelaku penyemprotan keracunan, yang seharusnya penyemprotan dilakukan searah dengan tiupan angin Mulyani, 1990:133. Sebaiknya penyemprotan pestisida dilakukan bila tidak ada angin atau 73 kecepatan angin di bawah 4 MPH dan tekanan tangki semprot yang berlebihan harus dihindari Novizan, 2002: 32. Data penelitian yang didapat dari petani Desa Pedeslohor Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal, dapat dilihat bahwa petani yang melakukan penyemprotan berlawanan dengan arah angin sebanyak 37 orang 100,0, yang mengalami keracunan sebanyak 36 orang 97,3 dan yang normal 1 orang 2,7. Sedangkan petani yang melakukan penyemprotan sesuai dengan arah angin ebanyak 3 orang atau 100,0, yang mengalami keracunan 1 orang 33,3 dan yang normal sebanyak 2 orang 66,7.

4.3.9 Hubungan Masa Kerja Dengan Keracunan

Dokumen yang terkait

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Jeruk Di Desa Cinta Rakyat Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Tahun 2010

5 63 122

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Aktivitas Cholinesterase Darah Petugas Penyemprot Pestisida Jenis Malathion di Kota Medan

0 27 9

(ABSTRAK) ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI SAYUR DI DESA PANDANSARI KECAMATAN PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES TAHUN 2010.

0 0 3

(ABSTRAK) HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENYEMPROT HAMA DI DESA NGRAPAH KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2008.

0 0 3

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENYEMPROT HAMA DI DESA NGRAPAH KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2008.

1 1 73

(ABSTRAK) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENYEMPROT HAMA DI DESA PEDESLOHOR KECAMATAN ADIWERNA KABUPATEN TEGAL.

0 0 3

KAJIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENYEMPROT CABE DI DESA CANDI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

85 1 165 1 10 20161107

0 0 14

GAMBARAN PERILAKU PENGGUNAAN PESTISIDA DAN GEJALA KERACUNAN YANG DITIMBULKAN PADA PETANI PENYEMPROT SAYUR DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG

0 8 78

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI HORTIKULTURA DIKECAMATAN JORLANG HATARAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2005

0 1 8