b. Asas Ekonomis
Seperti pada uraian sebelumnya, pajak mempunyai fungsi regular dan budgeter. Asas ekonomi ini lebih menekankan pada pemikiran bahwa negara
menghendaki agar kehidupan ekonomi masyarakat terus meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus diupayakan tidak menghambat kelancaran
ekonomi sehingga kehidupan ekonomi tidak terganggu.
c. Asas Finansial
Berkaitan dengan hal ini, fungsi pajak yang terpenting adalah fungsi budgeter nya, yakni untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam
kas negara. Sehubungan dengan itu, agar diperoleh hasil yang besar, maka biaya pemungutannya harus sekecil-kecilnya.
4. Asas Yuridiksi Pemungutan Pajak
a. Asas Domisili,
Cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara dengan tempat tinggal wajib pajak. Menurut asas ini, wajib pajak yang bertempak tinggal di
Indonesia akan dikenakan pajak atas segala penghasilannya baik penghasilan yang didapat di Indonesia maupun penghasilan yang didapat di luar negeri.
b. Asas Sumber,
Cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara dengan sumber pendapatan tanpa melihat tempat tinggal. Wajib pajak menurut asas ini
adalah bagi siapapun yang memperoleh penghasilan di Indonesia akan dikenakan pajak sekalipun tempat tinggalnya di luar negeri. Contohnya
adalah tenaga kerja asing bekerja di Indonesia maka dari penghasilan yang didapat di Indonesia akan dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.
c. Asas Kebangsaan,
Cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara berdasarkan kebangsaan wajib pajak. Contohnya: setiap warga Negara asing yang
bertempat tinggal di Indonesia harus membayar pajak.. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber
pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang
seluas-luasnya, disertai
dengan pemberian
hak dan
kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara. Dasar hukum terkait pajak daerah dan retribusi adalah Undang-undang
No.28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagai pengganti Undang-undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Dalam undang- undang tersebut terdapat pengalihan pajak dari pajak pusat menjadi pajak daerah. Pajak daerah menurut Undang-undang
No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mengalami beberapa perubahan. Terdapat empat penambahan pajak daerah baru.
Penambahan pajak daerah yang baru tersebut adalah Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan BPHTB.
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak pemerintah pusat dan digolongkan sebagai pajak langsung serta dipungut setiap tahun. Walaupun
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak pusat tetapi dalam pengelolaannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor
Pelayanan Pajak Pratama dan hasilnya akan dibagi dua yaitu 10 untuk pemerintah pusat dan 90 pemerintah daerah.
B. Pengertian, Subjek dan Objek BPHTB
1. Pengertian BPHTB
Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah danatau Bangunan BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan
atau bangunan. Dasar hukum BPHTB adalah Undang-Undang Nomor 21 tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2000 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas