D. Hutang Pajak Sebagai Keuangan Negara
Pajak adalah hak negara maka dari itu setiap warga negara yang menjadi objek dari pajak atau wajib pajak berkewajiban untuk membayar
pajak. Pajak adalah penerimaan negara dari wajib pajak yang dapat dipaksakan untuk wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
umum undang –undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan. Berdasarkan teori timbulnya hutang pajak, dalam ajaran materiil bahwa
hutang pajak timbul semata-mata karena berlakunya undang-undang, dimana seseorang dikenakan pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Pemahaman
ini selaras dengan apa yang dikemukakan dalam bukunya Ridwan HR yang
berjudul “Hukum Administrasi Negara” yang mengemukakan adanya ungkapan “No taxation without representation”, tidak ada pajak tanpa
persetujuan parlemen, atau di Amerika ada ungkapan; “Taxation without representation is robbery
”, pajak tanpa persetujuan parlemen adalah perampokan.
8
Ungkapan tersebut menekankan bahwa pada dasarnya penarikan pajak hanya boleh dilakukan setelah adanya undang-undang yang
8
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, h. 91.
mengaturnya, dengan demikian pajak timbul semata-mata karena undang- undang, kemudian adalah menjadi konsekuensi logis bahwa pajak sifatnya
adalah memaksa. Kedudukan pajak dalam keuangan negara juga lebih dipertegas lagi
dalam pengertian keuangan negara menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, menyatakan bahwa:
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut.
Selanjutnya telan diperjelas dalam Pasal 2 huruf a, bahwa keuangan negara juga meliputi “hak negara untuk memungut pajak,
mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman.” Ketentuan ini memberikan gambaran secara gamblang bahwa pajak adalah hak negara
yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, bahwa kedudukan pajak yang sudah terhitung walaupun belum dibayarkan sudah masuk dalam
kategori keuangan negara. Dalam kaitannya dengan BPHTB yaitu pajak yang dikenakan
atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, adalah sudah jelas kedudukan uang BPHTB yang terhutang masuk dan dikategorikan
sebagai uang Negara. Yang menjadi pertanyaannya adalah sejak kapan waktu pasti BPHTB tersebut menjadi keuangan negara.
Untuk mengetahui pasti kapan BPHTB resmi masuk dalam kategori keuangan negara, maka dari itu perhitungan akuntansinya
harus didekati dengan system pembukuan pendapatan basis akrual
accrual based system. Sebagaimana telah dipaparkan dalam landasan
teori bahwa basis akrual adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa
tersebut terjadi, bukan hanya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Oleh karena itu, transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa
dicatat dalam catatan akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan periode terjadinya.
Berdasarkan sistem di atas uang BPHTB telah menjadi uang Negara pada saat peralihan hak atas tanah dan bangunan tersebut
terjadi, karena pada saat itulah telah terjadi pemenuhan hak dan kewajiban, dimana transaksi peralihan hak atas tanah telah terjadi yang
kemudian menimbulkan kewajiban bagi negara untuk mengeluarkan sertifikat peralihan hak atas tanah tersebut, dikarenakan negara telah
melaksanakan kewajibannya maka dari itu adalah menjadi hak negara untuk menerima uang BPHTB tersebut. Dengan kata lain BPHTB sudah
masuk dalam kategori keuangan negara ketika taatsbestand sudah ada.
E. Tinjauan tentang Tindak Pidana Penggelapan dan Tindak