45
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Perpajakan
1. Pengertian Pajak.
Pajak merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat, sebagaimana dikatakan oleh Rochmat Soemitro dan Dewi Kania
Sugiharti bahwa : “Tanpa ada masyarakat, tidak mungkin ada suatu pajak”. Pernyataan tersebut didasarkan atas pemikiran bahwa manusia hidup
bermasyarakat masing-masing individu membawa hak dan kewajibannya. Demikian juga terdapat proses timbale balik antara tiap individu tersebut
dengan masyarakat. Artinya ada hak dan kewajiban individu terhadap masyarakat dan demikian sebaliknya ada kewajiban masyarakat terhadap
individu. Bagi manusia yang memiliki falsafah hidup berdasarkan agama, bahwa
semua kehidupan adalah anugrah Tuhan, sehingga patut menyerahkan sebagian pendapatannya untuk kesejahteraan sesama manusia.
Kewajiban individu – individu terhadap masyarakat tersebut dalam
konteks masyarakat dalam suatu negara dapat berupa pembayaran pajak.
Pembayaran pajak oleh individu kepada negara tersebut akan digunakan oleh masyarakat atau negara untuk melaksanakan kewajibannya
kepada individu-individu warga negara. Pajak ditinjau dari segi ekonomi merupakan peralihan sumber daya
ekonomi dari sektor rumah tangga dan swasta ke sektor pemerintah. Kemudian pemerintah membelanjakan penerimaan dari sektor rumah tangga
dan swasta tersebut, baik berupa belanja pegawai maupun barang, ini berarti penerimaan tersebut didistribusikan kembali oleh pemerintah ke sektor rumah
tangga dan sektor swasta. Untuk memahami lebih lanjut pengertian pajak, maka perlu
dikemukakan beberapa definisi pajak, sebagai berikut :
Brotodiharjo memberi batasan-batasan dari P.J.A. Adriani bahwa
pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
1
Menurut Edi Slamet- Syarifuddin, pajak dapat diartikan sebagai suatu pungutan yang merupakan
hak prerogatif negara atau iuran yang dibayarkan oleh rakyat didasarkan pada
1
Brotodihardjo, Santoso, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Edisi Keempat, Refika Aditama, Bandung, 2003, h. 2.
undang-undang, yang dapat dipaksakan tanpa balas jasa langsung yang dapat ditunjuk.
2
Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro adalah sebagai berikut :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa-
jasa timbal kontra-prestasi, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Dari beberapa definisi pajak yang telah dikemukan di atas terdapat kesesuaian pandangan, hal mana bila ditarik unsur-unsurnya dapat
diintisarikan, yaitu : adanya pungutan yang bersifat wajib, pungutan dilakukan berdasarkan undang-undang, tidak adanya kontraprestasi secara
langsung. Akan tetapi, bila dicermati akan terjadi kontraprestasi secara tidak langsung melalui pembiayaan pengeluaran belanja rutin dan pembangunan
yang akan dinikmati kembali oleh masyarakat. Selain berdasarkan pendapat para ahli hukum sesuai dengan jenis
penelitian normatif yang digunakan dalam penelitian ini dipandang perlu mengkaji definisi pajak dari segi perundang-undangan. Dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang- undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, menyebutkan: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
2
Irianto, Edi Slamet, - Syarifuddin Jurdi, Politik Perpajakan, Membangun Demokrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2005, h. 63.
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar- besarnya kemakmuran rakyat”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat ditarik ciri-ciri yang ada pada pengertian pajak. Adapun ciri-ciri yang dimaksud adalah sebagai
berikut : Pertama, Pajak merupakan kontribusi yang bersifat wajib dari orang atau badan kepada negara dan dipungut berdasarkan undang-undang serta
peraturan pelaksanaannya. Kedua, Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual secara langsung oleh
pemerintah. Ketiga, Pajak dipungut oleh negara baik yang dipungut oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah. Keempat, Pajak
diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran dan biaya-biaya pemerintah dalam menjalankan fungsinya, yang apabila dari pemasukannya masih
terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai pembangunan atau publik investment. Kelima, Pajak dapat juga membiayai tujuan yang tidak budgeter,
yaitu pengaturan pajak oleh pemerintah dalam menjalankan fungsi mengatur.
2. Asas - Asas dan Syarat - Syarat Pemungutan Pajak