C. Kewajiban Pendaftaran Jual Beli Tanah
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa setelah dilakukan pembuatan akta jual beli selambat-lambatnya 7 hari PPAT wajib untuk
mendaftarkan jual belinya ke Kantor pertanahan. Hal ini dimaksudkan agar pembeli segera dapat sertipikatnya sebagai tanda bukti pemilikan tanah.
Karena itu pembeli tak boleh mendaftar sendiri ke Kantor Pertanahan. Berdasarkan PP No. 24 Tahun 1997 jo PP No. 37 Tahun 1998,
kedudukan PPAT secara tegas dicantumkan sebagai Pejabat Umum dan akta- akta yang dibuatnya merupakan akta otentik. Di sisi lain kehadiran PPAT
harus dipandang sebagai bagian dari keseluruhan sistem pendaftaran tanah, dimana BPN, PPAT, Panitia adjudikasi dan Pejabat lainnya menjalankan
kegiatan pendaftaran tanah sesuai dengan kewenangannya masing-masing dimana adanya saling mendukung antar kewenangannya itu.
Kewenangan PPAT dalam konteks pendaftaran tanah yaitu untuk membuat akta-akta otentik sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan
hukum tertentu mengenai hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun dan PPAT mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan kepada Kantor
Pertanahan atas akta –akta PPAT yang dibuatnya selambat-lambatnya 7 hari
kerja sejak tanggal ditandatanganinya akta yang bersangkutan. Apakah kedudukan PPAT sebagai Pejabat Umum dan akta yang
dibuatnya merupakan akta otentik sebagaimana dimaksud dalam PP No.24
Tahun 1997 jo. PP No. 17 Tahun 1998, sesuai dengan sistem hukum yang berlaku? Hal ini tidak terlepas dari pilar mengenai adanya akta otentik dan
Pejabat Umum itu, sebagaimana diatur dalam Pasal 1868 KUHPdt, yang menghendaki adanya Undang-undang yang mengatur tentang Pejabat Umum
dan bentuk akta otentik. Undang-undang No.10 tahun 2004 tentang jabatan Notaris merupakan satu-satunya undang-undang yang mengatur tentang
Notaris selaku Pejabat Umum dan bentuk akta otentik. Undang-Undang Jabatan Notaris telah menegaskan bahwa Notaris
adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, dimana kewenangannya itu telah dijabarkan dalam Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang
Jabatan Notaris yang menyatakan bahwa Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan dan atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian
tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan, semuanya sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan
atau dikecualikan kepada Pejabat lain atau orang lain yang ditentukan oleh undang-undang.
D. Hutang Pajak Sebagai Keuangan Negara