b. Money
Dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan dalam keuangan sebagai faktor pendukung terlaksananya pelayanan keperawatan.
c. Material
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukungpenunjang terlaksananya pelayanan
keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan semua bentuk alat kesehatan atau peralatan lain yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sehingga diperoleh tujuan pelayanan keperawatan efisien dan efektif.
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing institusi
dengan memperhatikan jenis alat, bahan, ukuran, dan jumlah yang dibutuhkan.
d. Machine e. Methodes
f. Market
Bed Occupation Rate
Bed Occupancy Rate BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu yang didefinisikan sebagai jumlah tempat tidur yang terpakai
untuk perawatan pasien di dalam ruangan terhadap jumlah tempat tidur yang tersedia. Standar nilai BOR menurut Barber Johnson adalah 75-85 Standar
Internasional, sedangkan standar nilai Depkes RI adalah 60-85.
Mutu Pelayanan Keperawatan
Penerapan upaya penjamin mutu keperawatan pasien dapat dilihat dari beberapa aspek penilaian penting yang terdapat didalamnya. Indicator peningkatan mutu
pelayanan dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain :
2.2 Motivasi kerja 2.2.1
Pengertian
Motivasi berasal dari kata motif motive yang artinya adalah rangsangan dorongan dan pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut
memperlihatkan perilaku tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi ialah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan kepada masyarakat atau
kelompok untuk mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Azwar, Azrul, 1996. Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku
seseorang secara optimal, hal ini disebabkan karena motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti keinginan, harapan, kebutuhan,
dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja guna mencapai tujuan yang diinginkannya
atau mendapatkan kepuasan atas perbuatannya Azwar, Azrul, 1996
Motivasi merupakan konsep yang dipakai untuk menguraikan keadaan ekstrinsik yang ditampilkan dalam perilaku yng terdiri dari respons instrinsik dan
ekstrinsik. Respon instrinsik disebut juga sebagai motif pendorong yang mengarahkan perilaku ke rumusan kebutuhan atau pencapaian tujuan sedangkan
stimulus ekstrinsik dapat berupa hadiah atau insentif, mendorong individu melakukan atau mencapai sesuatu. Jadi motivasi adalah interaksi instrinsik dan
ekstrinsik yang dapat dilihat dengan adanya perilaku atau penampilan Sadili, 2006. Mc Clelland antara lain mengemukakan bahwa yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada tiga kebutuhan dasar
yaitu: a Kebutuhan akan prestasi achievement dorongan untuk mengungguli atau berprestasi, b Kebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat untuk berhubungan
antar pribadi yang ramah dan karib, c Kebutuhan akan kekuasaan power kebutuhan yang mendorong seseorang untuk menguasai atau mendominasi orang
lain Sigit, 2003. Berdasarkan beberapa difinisi diatas dapat di simpulkan bahwa motivasi
merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan semangat atau dorongan bekerja individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam memuaskan kebutuhan-
kebutuhan yang berasal dari stimulus instrinsik maupun ekstrinsik.
2.2.2 Teori Motivasi
Berbagai teori dapat digunakan untuk menjelaskan tentnag motivasi. Adapun teori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Teori Abraham Maslow Motivasi manusia timbul karena adanya kebutuhan- kebutuhan yang
dikemukan oleh Maslow yaitu : a fisiologis rasa lapar, haus, dan kebutuhan jasmani lainnya, b keamanan keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian
fisik dan emosional c sosial di terima baik, rasa memiliki, kasih sayang d penghargaan status, pengakuan dan perhatian, e aktualisasi diri pencapaian
potensi dan pemenuhan kebutuhan diri 2. Teori Herzberg
Menurut Herzberg, tinggi rendahnya motivasi dan tingkat kepuasan kerja seseorang ditentukan oleh faktor atau kondisi tertentu. Faktor-faktor tersebut
antara lain motivator prestasi, kemajuan, keberhasilan dalam mencapai tujuan, peningkatan atas prestasi seseorang penghargaan, faktor higiene kebijaksanaan
dan administrasi, pengawasan dan mutu pengawasan supervisi, hubungan pribadi sesama pegawai, atasan dan bawahan, kondisi lingkungan kerja dan
keamanan kerja, gaji dan insentif, status. 3. Teori Mc. Clelland
Menurut David Mc Clelland terdapat tiga macam teori motivasi yang terdiri dari motif berprestasi, afiliasi dan motif berkausa. Adapun motif tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut. a motif berprestasi, yaitu dorongan untuk mencapai sukses dalam berkompetensi dengan standar sendiri selalu berusaha
meningkatkan kemampuan dalam mewujudkan cita-citanya, b motif affiliasi, yaitu dorongan untuk diterima orang lain dan bersatu, pegawai yang bermotif
affiliasinya diterima, diakui dan dihargai orang lain, dan c motif berkuasa, yaitu dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi
orang lain.
2.2.3 Perangsang Motivasi
Agar seseorang dapat melakukan sesuatu yang diharapkan, maka harus ada perangsang yang dapat menggerakkan seseorang tersebut untuk bertindak.
Perangsang dibedakan atas dua macam yaitu: 1.
Perangsang positif Perangsang positif positive insentive adalah imbalan yang menyenangkan
yang disediakan untuk pegawai yang berprestasi. Rangsangan positif ini dapat berupa hadiah, pengakuan promosi, dan atau melibatkan pegawai tersebut dalam
kegiatan yang menarik dan memiliki nilai prestasi yang tinggi.
2. Perangsang negatif.
Perangsang negatif negative incentive ialah imbalan yang tidak menyenangkan berupa hukuman bagi pegawai yang berbuat kesalahan atau tidak
seperti yang di harapkan. Perangsang ini dapat berupa denda, teguran, pemindahan tempat kerja mutasi dan pemberhentian.
2.3 Komitmen Kerja 2.3.1 Pengertian Komitmen Kerja
Faktor sumber daya manusia adalah faktor yang signifikan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Manajemen rumah sakit perlu
mengembangkan perawat untuk melaksanakan Askep secara efektif, akurat, dan konsisten. Bagi Perawat Komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait
dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara keanggotaan dalam rumah sakit Robbins, 2006. Komitmen kerja juga didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan,
keterikatan individu terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada dalam rumah sakit Mathis dan Jackson, 2001 Komitmen perawat dan bidan
terhadap rumah sakit ditunjukkan dengan prestasi yang lebih baik dengan terlibat aktif melaksanakan asuhan keperawatan Wijaya, 2012.
Beberapa penelitian tentang komitmen kerja dilaksanakan oleh Nursyahfitri 2010. Dia mengkaji “Pengaruh Komitmen Karyawan terhadap
Kinerja Karyawan pada Divisi Produksi PT. Marumitsu Indonesia”. Ternyata komitmen berpengaruh terhadap kinerja karyawan t=3,037 dan p=0,000.
Penelitian yang dilakukan oleh Rois 2010 tentang “Pengaruh Komitmen Anggota dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Tim Koordinasi, Monitoring, dan
Evaluasi Nasional”. Menemukan pengaruh yang signifikan antara komitmen anggota dengan kinerja Tim Kormonev Nasional dengan nilai Uji t 2,300 dan Uji
F 0,637. Penelitian Suparman 2007 tentang “Analisis Pengaruh Peran Kepemimpinan, Motivasi dan Komitmen Organisasi terhadap Kepuasan Kerja
dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai”. Menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan komitmen kerja terhadap kinerja nilai t 0,25 dan P=0,000. Semua
hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa komitmen kerja secara nyata berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
2.3.2 Peningkatan Komitmen Kerja
Komitmen kerja perawat dapat ditingkatkan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan beberapa cara sebagai berikut.
1. Menciptakan rasa aman, suasana kerja yang kondusif serta lakukan promosi
secara regular 2.
Menempatkan perawat sesuai dengan kapasitas, minat, dan motivasi kerjanya agar memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.
3. Meningkatkan keterampilan, kesempatan pengembangan diri, dan bimbingan
perencanaan karir agar perawat merasa mantap dalam pencapaian kariernya. 4.
Mengembangkan fleksibilitas dan otonomi pelaksanaan tugas tetapi tetap memegang teguh tanggung jawab.
5. Mengembangkan system monitoring peningkatan kinerja, dan pemahaman
terhadap nilai dan tujuan rumah sakit untuk menjaga kesesuaian antara visi dan misi Wijaya, 2012.
2.3.3 Peranan Komitmen
Komitmen kerja memiliki peranan penting untuk peningkatan kinerja perawat. Komitmen kerja perawat dapat meningkatkan kinerja mereka yang
meliputi aspek motivasi, kejelasan tugas dan kemampuan kerja. Dengan komitmen kerja yang tinggi, perawat menjadi lebih giat bekerja dan mempunyai
motivasi kuat untuk berprestasi. Komitmen kerja juga dapat menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap rumah sakit, karena ingin tetap bertahan menjadi anggota
rumah sakit Wijaya, 2012.
2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Komitmen Kerja
Komitmen merupakan kekuatan perawat secara menyeluruh terhadap tugas dan kondisi lingkungan rumah sakit. Factor-faktor yang mempengaruhi komitmen
kerja adalah keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi, kemauan berusaha dan bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi, keyakinan dan
kepercayaan terhadap nilai-nilai, serta tujuan organisasi. Pada penelitian ini, komitmen kerja terdiri atas beberapa subvariabel seperti inisiatif, penghayatan
terhadap visi dan misi rumah sakit, peraturan rumah sakit, asuhan keperawatan, dan indikator kinerja klinik. Penjabaran masing-masing subvariabel sebagai
berikut. 1. Inisiatif
Inisiatif merupakan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas tanpa menunggu perintah. Hal ini terkait dengan peningkatan hasil pekerjaan,
menciptakan peluang untuk menghindari timbulnya masalah. Inisiatif juga menyangkut kreativitas perawat untuk mengembangkan potensi diri dalam
melaksanakan Askep dan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. Dalam penelitian ini subvariabel inisiatif diukur dengan indikator kesempatan
menyampaikan pendapat untuk mengembangkan askep, memiliki upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan dan mengembangkan kompetensi dalam
melaksanakan Askep Ubaydillah, 2009. 2. Penghayatan Terhadap Visi dan Misi Rumah Sakit
Visi merupakan suatu pernyataan ringkas tentang cita-cita pengembangan organisasi di masa depan. Misi merupakan penetapan tujuan atau sasaran
organisasi di masa depan. Misi merupakan penetapan tujuan atau sasaran organisasi yang mencakup kegiatan jangka panjang dan jangka pendek.
Pernyataan visi dan misi harus sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan kebutuhan pasien. Keduanya harus bias mengantarkan rumah sakit mencapai
tujuan dengan menumbuhkan semangat kerja, keharmonisan dalam melaksanakan Askep sesuai SOP. Peningkatan komitmen kerja memerlukan penghayatan visi
dan misi rumah sakit. Dalam penelitian ini subvariabel visi dan misi rumah sakit diukur dengan indikator pemahaman terhadap visi dan misi rumah sakit yang
sudah disosialisasikan kepada perawat dengan dijabarkan visi dan misi rumah sakit dalam tugas pokok dan fungsi Mangku Prawira, 2009.
3. Peraturan Rumah Sakit Peraturan membatasi segala kegiatan perawat. Mereka harus mematuhi
karena ada sanksi bagi yang melanggar. Peraturan dapat berupa tata tertib yang mengikat perawat melaksanakan askep sehingga tidak menyimpang dari tujuan
rumah sakit. Pada penelitian ini subvariabel peraturan rumah sakit diukur dengan indikator kepatuhan terhadap peraturan rumah sakit yang diterapkan secara adil.
4. Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan adalah kegiatan profesional perawat yang bersifat
dinamis dan membutuhkan kreativitas mereka memberikan pelayanan kepada pasien. Askep yang diberikan kepada pasien merupakan pelayanan profesional
untuk membantu pasien secara komprehensif melakukan kegiatan rutinnya tanpa bantuan orang lain. Dalam penelitian ini subvariabel Askep diukur dengan
indikator melaksanakan askep sesuai dengan SOP dan menerapkan Askep sesuai dengan indikator kinerja klinik.
5. Indikator Kinerja Klinik IKK Indikator kinerja klinik adalah variabel yang diukur dengan prestasi kerja
perawat dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini IKK dirumuskan dalam bentuk kuantitas pelaksanaan SOP. Indikator kinerja klinik diidentifikasi,
dirumuskan, dan ditetapkan oleh kelompok perawat atas persetujuan kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dan koordinatorsupervisor. Dalam penelitian ini
subvariabel diukur dengan indikator pengetahuan tentang indikator kinerja klinik dan penilaian kinerja perawat yang dikaitkan dengan indikator kinerja klinik.
2.4 Instalasi Perawatan Intensif 2.4.1 Pengertian
Instalasi perawatan intensif adalah ruang perawatan terpisah yang berada dalam suatu rumah sakit dan dikelola khusus untuk perawatan pasien dengan
kegawatan yang mengancam nyawa akibat penyakit, pembedahan atau trauma dengan harapan dapat disembuhkan reversibel dan menjalani kehidupan sosial
melalui terapi intensif yang menunjang suport fungsi vital tubuh pasien tersebut
selama situasi kritis. Terapi suportif dengan obat dan alat meliputi fungsi pernapasan, sirkulasi, sistem syaraf pusat, sistem pencernaan, ginjal yang
bertujuan agar ancaman kematian dapat dikurangi dan harapan sembuh kembali normal dapat ditingkatkan KARS, 2006.
Fasilitas pelayanan intensif dapaat berupa alat dan obat – obat emergensi, tempat tidur khusus yaitu tempat tidur pasien yang dapat diatur ketinggian atau
posisi kepala, kaki, dan kemiringan secara mekanis atau elektris. Di atas tempat tidur dilengkapi beberapa peralatan yang dipasang di dinding yaitu :
suction, exmination lamp, sphygnomanometer, kotak kontak, out let gasdan bed side
monitor.
2.4.2 Tujuan perawatan di Instalasi perawatan intensif
Instalasi perawatan intensif digunakan untuk mengelola pasien dengan sakit berat dan kritis yang mengancam jiwa dengan melibatkan tenaga terlatih
serta didukung dengan kelengkapan peralatan khusus. Instalasi Perawatan Intensif mempunyai tujuan yaitu :
a. Menyelamatkan kehidupan pasien yang mengalami penyakit kritis atau berat b. Mencegah terjadinya kondisi yang memburuk dan terjadinya komplikasi dari
penyakit melalui observasi dan monitoring yang ketat disertai kemampuan untuk menginterpretasikan setiap data yang didapat dan melaksanakan tindak
lanjut perawatan pasien. c. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan pasien.
d. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ pasien. e. Mengurangi jumlah kematian pasien kritis dan mempercepat penyembuhan
pasien.
2.4.3 Indikasi Pasien Masuk dan Keluar Instalasi Perawatan Intensif
Indikasi pasien yang dirawat diruang intensif dibagi dalam beberapa prioritas yaitu :
1. Pasien prioritas 1 satu
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, haemodinamik tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti dukunganbantuan ventilasi, infus, obat-
obatan vasoaktif kontinyu dan lain-lain. Contoh pasien kelompok ini antara lain : pasien pasca bedah kardiotorakik, atau pasien shock septic.
2. Pasien prioritas 2 dua
Kelompok ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih karena pasien beresiko sehingga memerlukan terapi intensif segera, pemantauan intensif
menggunakan metode seperti pulmonary chateter sangat menolong. Kelompok pasien ini adalah : pasien yang menderita penyakit dasar jantung paru, atau ginjal
akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan mayor, pasien kelompok 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang diterimanya, mengingat kondisi
mediknya senantiasa berubah. 3.
Pasien prioritas 3 tiga Pasien yang termasuk prioritas ini adalah pasien dengan sakit kritis, dan
tidak stabil dimana status kesehatannya baik penyakit yang mendasari maupun penyakit akutnya sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan dan atau
mendapat manfaat dari terapi yang diberikan. Contoh pasien ini adalah pasien dengan keganasan metastasik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponadeatau
sumbatan jalan nafas, atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi akut berat. Pasien-pasien prioritas ini mungkin mendapat
terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut, tapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi cardiopulmonal.
Indikasi pasien keluar dari ruang intensif juga dibagi dalam beberapa kriteria :
a. Pasien prioritas 1 satu Pasien prioritas 1 satu dikeluarkan dari Instalasi perawatan intensif bila
kebutuhan untuk terapi intensif sudah tidak ada lagi atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan kemungkinan kesembuhan atau
manfaat dari terapi intensif kontinyu sangat kecil. Misalnya pasien dengan tiga atau lebih gagal sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.
b. Pasien prioritas 2 dua Pasien prioritas 2 dua dikeluarkan bila kemungkinan untuk mendadak
memerlukan terapi intensif telah berkurang. c. Pasien prioritas 3 tiga
Pasien prioritas 3 tiga dikeluarkan bila kebutuhan untuk terapi intensif sudah tidak ada lagi, tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila
kemungkinan kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensif kontinyu kecil. Misalnya pasien dengan penyakit lanjut penyakit paru kronis, penyakit jantung
atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-lain yang telah tidak berespon terhadap terapi intensif untuk penyakit akutnya, yang prognosis
jangka pendek secara statistik rendah, dan yang tidak ada terapi yang potensial untuk memperbaiki prognosisnya.
2.4.4 Persyaratan Ruang Instalasi Perawatan Intensif
Sebagai tempat untuk memberikan pelayan secara intensif Instalasi PErawatan Intensif harus didukung dengan peralatan yang memiliki persyaratan
sebagai berikut : kinerja akurat dan terkendali, keselamatan kerja terjamin, aksesori lengkap dan baik, dan laik pakai. Dalam memenuhi persyaratan tersebut
peralatan harus dikelola dengan baik secara berkesinambungan dan ditunjuk petugas yang bertanggung jawab penuh untuk mengelola peralatan.
Selain peralatan, ruang perawatan di instalasi perawatan intensif juga harus memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu :
a. Ruang terbuka 12-16 M
2
per unit. b. Jarak antara dua tempat tidur adalah 2 meter.
c. Tempat tidur pasiem mudah dirubah posisinya. d. Peralatan medis mudah dijangkau.
e. Tercukupinya persediaan obat-obatan. f. Ruangan perawat ditempatkan sedemikian rupa sehingga memudahkan perawat
mengawasi dan menolong pasien. g. Ruang ber-AC
h. Berdekatan dengan ruang operasi, ruang pulih sadar. i. Cukup ruangan untuk peralatan dan sterilisasi.
j. Adanya cadangan sumber tenaga listrik darurat. k. Adanya sistem alarm.
l. Adanya ruangan konsultasi keluarga pasien.
2.4.5 SDM di Instalasi Perawatan Intensif
Ketenagaan yang ada di Instalasi Perawatan Intensif terdiri dari : Tim dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu, tenaga keperawatan dan tenaga lain
pekerja kesehatan, tata usaha, tenaga medis non perawatan, teknisi, analis. a. Perawat di Instalasi Perawatan Intensif.
Perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan pendidikan perawat tingkat dasar yakni perawat dengan pendidikan SPK, Perawat tingkat I yakni
perawat dengan pendidikan D III Keperawatan, dan perawat tingkat II yakni perawat dengan pendidikan sarjana keperawatan S1 Keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
biopsiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat, baik sakit maupun sehat , yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia,
dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam dalam lingkup
wewenang serta tanggungjawab keperawatan PPNI, 1999 b. Kualifikasi Tenaga Keperawatan di Instalasi Perawatan Intensif
Semua tenaga perawatan yang ditugaskan bekerja di pelayanan intensif harus memenuhi persyaratan. Antara lain :
1. Mampu mengenal dan mencatat tanda dan gejala penyakitkegawatan yang mengancam nyawa.
2. Mampu melakukan perawatan gawat darurat pendahuluan termasuk RJP dasar. 3. Mampu memasang infus intra vena.
4. Mampu melakukan pelayanan perawatan intensif sesuai kebutuhan pasien. 5. Mampu mencegah kontaminasi dan infeksi silang.
6. Mendapat pelatihan pencegahan kecelakaan akibat pemakaian alat-alat listrikkecelakaan kerja yang lain.
7. Mampu menggunakan peralatan secara benar, efektif dan aman. 8. Bersikap tanggap dan perhatian terhadap keluhan dan kabutuhan pasien serta
keluarga termasuk segi psikologi dan sosial. Selain itu perawat di Instalasi Perawatan Intensif juga harus melaksanakan
uraian tugas lain sebagaimana perawat pada umumnya. Adapun uraian tugas tersebut sebagai berikut :
1. Bersedia memelihara kebersihan ruangan dan lingkungan. 2. Menerima dan mengorientasikan pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan
yang berlaku. 3. Memelihara dan merawat peralatan keperawatan dan alat-alat medis.
4. Melakukan observasi pasien mengukur tanda-tanda vital dan alat yang digunakan.
5. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa keperawatan sesuai batas kewenangan dan kemampuan.
6. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien sesuai kebutuhan dan batas kemampuannya
7. Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program. 8. Memberi penyuluhan kesehatan dan KIE pada pasien dan keluarga.
9. Membantu pasien untuk latihan gerak mobilisasi kepada semua pasien yang berpeluang mengalami kontraktur atau mengalami imobilisasi.
10. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai daftar dinas.
11. Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan sesuai dengan ketentuan.
12. Memindahkan pasien ke ruangan bila pasien sudah stabil atau sesuai indikasi. 13. Mendokumentasikan identitas klien, tindakan keperawatan, tindakan
pemeliharaan medis sesuai dengan konsep keselamatan pasien patient safety. 14. Melaksanakan serah terima tugas saat pergantian dinas secara tertulis maupun
lisan. 15. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruang.
2.5 Hubungan Motivasi dan Komitmen Kerja Perawat dengan Penerapan Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien adalah bebas dari cidera aksidental atau
menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan . Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman Dep Kes RI, 2006. Keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011. Taylor, et al.
1993 mengungkapkan bahwa keperawatan merupakan profesi yang berfokus kepada pelayanan dan bertujuan membantu pasien mencapai kesehatannya secara
optimal. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat harus mampu memastikan bahwa pelayanan keperawatan yang
diberikan mengedepankan keselamatan. Perawat harus memiliki kesadaran akan adanya potensi bahaya yang terdapat di lingkungan pasien melalui
pengidentifikasian bahaya yang mungkin terjadi selama berinteraksi dengan pasien selama 24 jam penuh, karena keselamatan pasien dan pencegahan
terjadinya cedera merupakan salah satu tanggung jawab perawat selama pemberian asuhan keperawatan berlangsung.
Penelitian yang dilakukan oleh Hickam, et al. 2003 terhadap 115 literatur mengenai pengaruh kondisi beban kerja terhadap insiden keselamatan pasien
menemukan bahwa kejadian merugikan yang paling sering dialami oleh pasien adalah ulkus dekubitus, infeksi yang diperoleh di rumah sakit dan pasien jatuh.
Sedangkan Stanton dan Rutherford 2004 mengemukan beberapa kejadian merugikan yang paling sering dialami oleh pasien sebagai akibat dari kurangnya
peran perawat nurse sensitive patient outcomes antara lain pneumonia, perdarahan saluran pencernaan atas, shockhenti jantung, infeksi saluran kemih,
ulkus dekubitus dan failure to rescue. Faktor sumber daya manusia adalah faktor yang signifikan untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Manajemen rumah sakit perlu mengembangkan perawat untuk melaksanakan Askep secara efektif, akurat, dan
konsisten. Bagi Perawat Komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara keanggotaan dalam rumah sakit
Robbins, 2006. Komitmen kerja juga didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan, keterikatan individu terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada
dalam rumah sakit Mathis dan Jackson, 2001 Komitmen perawat dan bidan terhadap rumah sakit ditunjukkan dengan prestasi yang lebih baik dengan terlibat
aktif melaksanakan asuhan keperawatan Wijaya, 2012. Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku
seseorang secara optimal, hal ini di sebabkan karena motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan
kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja guna mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan atas
perbuatannya Azwar, Azrul, 1996. Motivasi juga merupakan konsep yang dipakai untuk menguraikan keadaan ekstrinsik yang ditampilkan dalam perilaku.
Respon instrinsik disebut juga sebagai motif pendorong yang mengarahkan perilaku ke rumusan kebutuhan atau pencapaian tujuan. Stimulus ekstrinsik dapat
berupa hadiah atau insentif, mendorong individu melakukan atau mencapai sesuatu. Jadi motivasi adalah interaksi instrinsik dan ekstrinsik yang dapat dilihat
berupa perilaku atau penampilan Sadili, 2006. Dalam perilaku organisasi motivasi merupakan kemauan yang kuat untuk berusaha ke tingkat yang lebih
tinggi atau lebih baik untuk mencapai tujuan organisasi, tanpa mengabaikan kemampuan untuk memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan pribadi.
Mc Clelland antara lain mengemukakan bahwa yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada tiga kebutuhan dasar yaitu:
akebutuhan akan prestasi achievement dorongan untuk mengungguli atau berprestasi, bkebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat untuk berhubungan antar
pribadi yang ramah dan karib, c kebutuhan akan kekuasaan power kebutuhan yang mendorong seseorang untuk menguasai atau mendominasi orang lain Sigit,
2003. Komitmen kerja memiliki peranan penting untuk peningkatan kinerja perawat. Komitmen kerja perawat dapat meningkatkan kinerja mereka yang
meliputi aspek motivasi, kejelasan tugas dan kemampuan kerja. Dengan komitmen kerja yang tinggi, perawat menjadi lebih giat bekerja dan mempunyai
motivasi kuat untuk melaksanakan atau menerapkan program keselamatan pasien sehingga tercapai prestasi organisasi yang diharapkan.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu adalah
pelayanan yang dilaksanakan dan pemberi pelayanan sesuai standar tanpa membedakan status sosial pasien. Untuk mewujudkan tersebut tidak terlepas dari
diterapkannya keselamatan pasien dengan tujuan adalah memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pasien sehingga dapat mewujudkan kepuasan pasien dan
citra rumah sakit menjadi baik. Ada 6 enam faktor yang berpengaruh untuk mewujudkan keselamat pasian antara lain: Man, Matherial, Machine, Methode,
Money dan Market. Di antara 6 enam faktor tersebut bahwa faktor manusia merupakan unsur manajemen yang pokok karena manusia merupakan faktor yang
paling dominan dibandingkan faktor yang lainnya sebagai upaya mewujudkan keselamatan pasien.
Dalam pelayanan kesehatan faktor manusia dalam hal ini perawat sebagai salah satu sumberdaya yang memiliki pikiran, harapan, gagasan, reaksi psikis
yang sangat peka terhadap lingkungan kerjanya. Keberadaan tersebut dapat memunculkan motivasi dan komitmen dalam penerapan keselamatan pasien.