70
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Hubungan Antara Motivasi kerja perawat
dengan Penerapan Keselamatan Pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah
Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dicari hubungan antara motivasi dengan penerapan keselamatan pasien dengan menggunakan uji korelasi Chi-
Square Tests. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai signifikansi p value sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 p0,05. Berarti menurut hasil yang
diperoleh pada penelitian ini bahwa H ditolak atau ada hubungan antara motivasi
dengan penerapan keselamatan pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar. Motivasi perawat yang kurang berpotensi 8 kali OR:8,002,
CI:
2,814-22,744
perawat tidak mampu menerapkan keselamatan pasien secara baik.
Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi perawat sudah baik 81,2, namun masih terdapat 18,2 motivasinya
masih kurang, hal ini kemungkinan disebabkan karena perawat merasa insentif, kondisi kerja serta komitmen dari pimpinan yang belum maksimal, sedangkan
tanggung jawab serta pengakuan dirasa sudah baik. Kondisi ini tentu secara tidak langsung
akan berdampak terhadap penurunan motivasi perawat dalam menerapkan keselamatan pasien terutama ketika melaksanakan tindakan-tindakan
keperawatan. Keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil TKPRS RSUP Sanglah
Denpasar, 2011. Taylor, et al. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat harus mampu memastikan bahwa pelayanan
keperawatan yang diberikan mengedepankan keselamatan. Kesadaran perawat dalam melakukan tugasnya tentu dipengaruhi oleh motivasinya dalam bekerja.
Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku seseorang secara optimal, karena motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan dan mental
manusia seperti aneka keinginan, harapan kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja guna mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan atas perbuatannya Azwar, Azrul, 1996. Sejalan dengan Mc Clelland mengemukakan bahwa yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada tiga kebutuhan dasar yaitu: a kebutuhan akan prestasi achievement dorongan untuk
mengungguli atau berprestasi, b kebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan karib, c kebutuhan akan kekuasaan
power kebutuhan yang mendorong seseorang untuk menguasai atau mendominasi orang lain Sigit, 2003. Motivasi kerja yang baik akan
mempengaruhi pola pikir seseorang dalam melakukan tanggung jawab kerjanya. Sama halnya seorang perawatan yang memiliki motivasi kerja yang baik akan
mampu melakukan tugasnya dalam menerapkan asuhan keperawatan yang tepat serta dapat mengutamakan keselamatan pasien.
Menurut Ariyani 2009 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa mengelola dan mempertahankan motivasi kerja perawat pelaksana merupakan hal
penting dalam organisasi rumah sakit. Jika motivasi kerja diabaikan maka akan
mempengaruhi sikap kerja perawat termasuk dalam mendukung penerapan keselamatan pasien patient safety. Hasil penelitian Ridwan 2013 yang berjudul
“Pengaruh Motivasi Instrinsik dan Motivasi Ekstrinsik terhadap Kinerja Perawat” menyebutkan bahwa hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan
pencapaian kinerja. Artinya, pimpinan, manajer dan pegawai yang mempunyai motivasi tinggi akan mencapai kinerja tinggi, dan sebaliknya mereka yang
kinerjanya rendah disebabkan motivasi kerjanya yang rendah. Hasil penelitian Ma
ryani 2013 yang berjudul “Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Bhayangkara Bandung” menyatakan bahwa
motivasi dan kepuasan kerja secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perawat. Hal ini ditunjukkan dengan pvalue 0,05.
Berdasarkan data yang diperoleh serta penelitian lain yang mendukung maka disimpulkan bahwa motivasi kerja seorang perawat akan berdampak pada
kinerja serta tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional sehingga keselamatan pasien dapat menjadi proritas utama.
6.2 Hubungan antara Komitmen