5.3 Analisis multivariat 5.3.1 Seleksi awal variabel
Langkah pertama dalam melakukan analisis regresi logistik yaitu dengan pemilihan variabel yang layak diikutkan atau termasuk substansi penting sehingga
dapat dimasukkan dalam analisis multivariat regresi logistik. Variabel yang bisa dijadikan kandidat untuk masuk analisis multivariat selanjutnya yakni yang
memiliki p value 0,25; α = 0,05. Hasil statistik menunjukkan bahwa kedua
variabel baik itu motivasi perawat maupun komitmen kerja perawat mempunyai hasil p value 0,25, oleh karena itu kedua variabel tersebut bisa dimasukkan
untuk melalukan analisis multivariat.
5.3.2 Pemodelan multivariat
Variabel yang sudah diseleksi sebelumnya selanjutnya dilakukan analisis multivariat melalui regresi
logistik dengan
Confidence Interval 95,
mendapatkan p value serta adjusted Odds Ratio. Langkah pemodelan dari uji regresi poison model prediksi dapat dilhat pada Tabel 5.7 berikut:
Tabel 5.7 Tabel analisis statistik multivariate
Variabel P value
Adjs.OR 95 CI
Umur 0,361
2,486 0,353-17,527
Pendidikan 0,147
0,517 0,212-1,261
Status perkawinan 0,008
2,662 1,985-8,022
Status kepegawaian 0,011
3,511 2,023-25,510
Masa kerja 0,402
2,046 0,384-10,908
Motivasi 0,029
5,350 0,310-8,891
Komitmen 0,000
21,612 5,503-84,879
Nagelkerke R Square: 0,687
bermakna pada α = 0,05
Dari analisis Tabel 5.7 terlihat bahwa terdapat empat variabel yang secara statistik berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien yaitu: status
perkawinan, status kepegawaian, motivasi dan komitmen perawat. Berdasarkan nilai Adjusted OR variabel yang paling dominan berpengaruh yaitu komitmen
perawat Adjs.OR: 21,62, selanjutnya motivasi perawat Adjs. OR: 5,35 kemudian status kepegawaian Adjs. OR: 3,51 dan status perkawinan Adjs.OR:
2,66. nilai R
2
menggambarkan besarnya pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu penerapan keselamatan pasien. Pada hasil tersebut
menunjukkan bahwa ketujuh prediktor umur, pendidikan, status perkawinan, status kepegawaian, masa kerja, motivasi dan komitmen perawat berpengaruh
68,7 terhadap penerapan keselamatan pasien, sisanya 31,3 dipengaruhi oleh faktor atau prediktor lainnya.
70
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Hubungan Antara Motivasi kerja perawat
dengan Penerapan Keselamatan Pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah
Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dicari hubungan antara motivasi dengan penerapan keselamatan pasien dengan menggunakan uji korelasi Chi-
Square Tests. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai signifikansi p value sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 p0,05. Berarti menurut hasil yang
diperoleh pada penelitian ini bahwa H ditolak atau ada hubungan antara motivasi
dengan penerapan keselamatan pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUP Sanglah Denpasar. Motivasi perawat yang kurang berpotensi 8 kali OR:8,002,
CI:
2,814-22,744
perawat tidak mampu menerapkan keselamatan pasien secara baik.
Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi perawat sudah baik 81,2, namun masih terdapat 18,2 motivasinya
masih kurang, hal ini kemungkinan disebabkan karena perawat merasa insentif, kondisi kerja serta komitmen dari pimpinan yang belum maksimal, sedangkan
tanggung jawab serta pengakuan dirasa sudah baik. Kondisi ini tentu secara tidak langsung
akan berdampak terhadap penurunan motivasi perawat dalam menerapkan keselamatan pasien terutama ketika melaksanakan tindakan-tindakan
keperawatan. Keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil TKPRS RSUP Sanglah