Informasi akuntansi juga digunakan oleh para prinsipal untuk menilai kinerja para manajer, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam pemberian
reward biasanya dalam bentuk bonus. Konsekuensi logis dari penggunaan informasi akuntansi sebagai satu-satunya dasar dalam pemberian reward
tersebut adalah munculnya perilaku tidak semestinya dysfunctional behaviour dikalangan manajer. Manajer cenderung melakukan perataan
smoothing dengan memanipulasi informasi sedemikian rupa agar kinerjanya tampak bagus.
3. Perataan Laba Income Smoothing
Perataan laba terkait erat dengan konsep manajemen laba earning management. Manajemen laba dilakukan sebagai suatu proses yang dilakukan
dengan sengaja, dalam batasan general accepted accounting principles, untuk mengarah pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan.
Perataan laba termasuk dalam pengertian manajemen laba tersebut. Perataan laba dapat dipandang sebagai sebuah praktik dengan menggunakan teknik-
teknik akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu
Penjelasan konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan agency theory yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba
dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen agent dan pemilik principal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Dalam hubungan
keagenan, manajer memiliki asimetri infomasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika
manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal
tersebut. Dalam kondisi demikian, manajer dapat menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha
memaksimalkan kemakmurannya. Sejalan dengan konsep manajemen laba, pembahasan konsep perataan
penghasilan juga menggunakan kerangka pikir teori keagenan, bahwa perataan penghasilan timbul ketika terjadi konflik kepentingan antara manajemen dan
pemilik. Kesenjangan informasi antara manajemen dan pemilik memicu munculnya perataan laba. Dalam Belkaoui 2000 dikatakan bahwa:
Perataan laba yang dilaporkan dapat didefenisi sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil atau fluktuasi pada tingkat laba yang
dianggap normal bagi perusahaan. Dalam pengertian ini perataan merepresentasi suatu bagian upaya manajemen perusahaan untuk
mengurangi variasi tidak normal dalam laba pada tingkat yang diijinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.
Perusahaan-perusahaan besar memiliki dorongan yang lebih kuat melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil, karena
perusahaan besar mendapatkan pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah maupun masyarakat umum.
Masing-masing pihak dalam hubungan keagenan terdorong oleh motivasi yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Manajer yang termotivasi untuk
melakukan perataan penghasilan pada dasarnya ingin mendapat berbagai
keuntungan ekonomi dan psikologis, yaitu pertama, mengurangi total pajak terutang. Kedua, meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan
karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan dividen yang stabil pula. Ketiga, meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena
pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah. Dan keempat, siklus peningkatan
dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
Perataan laba yang melalui proses waktu tertentu dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, manajemen dapat menentukan terjadinya kejadian tertentu
melalui kebijakan yang dimilikinya misal: biaya dan pengembangan untuk mengurangi variasi laba yang dilaporkan. Sebagai alternatif, manajemen juga
dapat menentukan waktu pengakuan kejadian tersebut. Kedua, manajemen dapat mengalokasikan pendapatan atau biaya tertentu untuk beberapa periode
akuntansi. Ketiga, manajemen memiliki kebijakan tersendiri di dalam mengklasifikasikan pos-pos laba rugi tertentu di dalam kategori yang berbeda
Barnet et al dalam Belkaoui, 2000. Perataan laba bisa dihasilkan dari salah satu diantara perataan riil maupun
berasal dari perataan artificial artificial smoothing, dimana dalam Dascher dan Malcolm dalam Belkaoui 2000 dikatakan bahwa:
Perataan riil merujuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan atas dasar efek perataannya terhadap income, sedangkan
perataan artifisial merujuk pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari
satu periode ke periode yang lain.
Usaha perataan laba yang dilakukan oleh manajemen dengan sengaja mempunyai tujuan agar memberikan persepsi pada investor tentang kestabilan
laba yang diperoleh perusahaan. Laba yang stabil memberikan persepsi pada investor bahwa tingkat return saham yang diharapkan tinggi dan tingkat resiko
dari portofolio saham rendah, sehingga tingkat kinerja dari perusahaan tersebut kelihatannya baik. Selain itu pihak manajemen juga harus mengetahui
faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi perataan laba baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat return yang
diharapkan dan risiko dari portofolio saham kinerja saham sehingga investor dapat mengambil suatu keputusan untuk investasi dengan tepat.
4. Ukuran Perusahaan