dengan perusahaan bidang lainnya sehingga diharapkan hasil penelitian ini akan lebih akurat.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah periode penelitian, bidang perusahaan yang dipilih, serta variabel independen yang dipilih.
Berdasarkan fenomena serta latar belakang yang telah diuraikan tersebut, peneliti
ingin mengkaji fenomena tersebut lebih lanjut dalam penelitian ini.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka penulis
merumuskan masalah yaitu: “apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan,
financial leverage, net profit margin, dan operating profit margin baik secara simultan maupun parsial terhadap perataan laba income smoothing pada
perusahaan property, real estate and building construction yang terdaftar di
BEI?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel-variabel yakni ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, dan operating profit
margin terhadap perataan laba income smoothing.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan penulis tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba pada perusahaan property,
real estate and building construction yang terdapat di Bursa Efek Indonesia .
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan bermanfaat menjadi bahan referensi
tambahan dalam penelitian yang berkaitan dengan perataan laba. 3.
Bagi investor maupun calon investor, diharapkan dapat menjadi bahan referensi tambahan untuk memahami faktor yang mempengaruhi
perusahaan untuk melakukan perataan laba.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan menyajikan data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber
daya ekonomi aktiva dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan
juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggunjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.12009:
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Warren 2005:24, laporan keuangan suatu entitas bisnis terdiri atas:
a. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode
waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan atau pengaitan matching concept. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan
pendapatan terhadap beban yang terjadi yang disebut laba bersih.
b. Laporan Ekuitas Pemilik Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama
jangka waktu tertentu. Laporan tersebut disiapkan setelah laporan laba rugi karena laba bersih ataupun rugi bersih dalam periode berjalan
harus dilaporkan dalam laporan ini. Laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada
akhir periode harus dilaporkan didalam neraca.
c. Neraca Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik
pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Pada bagian aktiva dalam neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepat
lambatnya aktiva tersebut dikonversikan kedalan kas atau digunakan dalam operasi.
d. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan suatu ikhtisar penerimaan kas dan
pembayaran kas selama periode waktu tertentu. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan
aktivitas pendanaan.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.12009: Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang
disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendaptan komprehensif, laporan laba rugi terpisah jika disajikan, laporan perubahan ekuitas dan
laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut
dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
Dalam laporan keuangan perusahaan tercantum informasi mengenai laba yang diperolehnya dalam satu periode tertentu. Laporan keuangan disusun
sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak manajemen perusahaan kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan tersebut.
Informasi laba merupakan informasi akuntansi yang terdapat dalam laporan
keuangan suatu perusahaan. Informasi ini dapat digunakan oleh pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan untuk mengetahui tingkat efektivitas
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Melalui penelaahan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, dapat diketahui tindakan
perataan laba yang kemungkinan dilakukan oleh perusahaan tersebut.
2. Teori Agensi
Teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent Anthony dan Govindarajan, 2005 dalam Budiasih, 2009. Dalam suatu
korporasi, pemegang saham merupakan prinsipal dan CEO adalah agen mereka. Pemegang saham menyewa CEO agar bertindak sesuai keinginan
mereka. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak jasa antara satu atau lebih
pihak prinsipal yang mempekerjakan pihak lain agen untuk melakukan suatu jasa untuk kepentingan mereka yang meliputi pendelegasian beberapa
kekuasaan pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Pada teori keagenan yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan
yang disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari
investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari
tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan Anthony dan Govindarajan, 2005 dalam Budiasih, 2009.
Masalah keagenan antara pemegang saham pemilik perusahaan dengan manajer potensial terjadi bila manajemen tidak memiliki saham mayotitas
perusahaan Kodrat dan Herdinata, 2009. Sesuai dengan asumsi tersebut, maka manajer akan mengambil kebijakan yang menguntungkan dirinya
sebelum memberikan manfaat kepada pemegang saham. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
kepentingan mereka sendiri. Agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang telihat dalam
hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang menarik dan jam kerja yang fleksibel. Sedangkan prinsipal, diasumsikan
hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut.
Dengan demikian teori keagenan agency theory berkaitan dengan usaha- usaha untuk memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan keagenan.
Masalah keagenan muncul jika: 1 Terdapat perbedaan tujuan goals antara agen dan prinsipal, 2 Terdapat kesulitan atau membutuhkan biaya yang
mahal bagi prinsipal untuk senantiasa memantau tindakan-tindakan yang diambil oleh agen. Selain itu, masalah keagenan juga akan terjadi jika antara
agen dan prinsipal mempunyai sikap atau pandangan yang berbeda terhadap risiko.
Di dalam sebuah perusahaan terdapat tiga pihak utama major participant yang memiliki kepentingan berbeda yaitu manajemen, pemegang saham
sebagai pemilik, dan buruh atau tenaga kerja. Prinsip pengambilan keputusan
yang diambil oleh manajer adalah bahwa manajer harus memilih tindakan- tindakan yang akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Atau dengan
kata lain, pengambilan keputusan tidak didasarkan atas kepentingan manajemen agent namun harus mengacu pada kepentingan pemegang saham
principal. Namun kenyataan yang terjadi dibanyak perusahaan adalah manajer cenderung memilih tindakan-tindakan yang menguntungkan
kepentingannya misalnya yang dapat memaksimalkan kekayaannya daripada menguntungkan pemegang saham Kodrat dan Herdinata, 2009.
Untuk mengatasi hal itu pihak pemegang saham sebagai prinsipal melakukan pengendalian dengan tiga cara yaitu: monitoring, kebijakan
pemberian insentif atau hukuman dan dengan cara menanggung secara bersama-sama atas risiko yang mungkin terjadi. Di dalam suatu organisasi
cara yang paling efektif untuk mengubah perilaku anggota organisasi agar sesuai dengan yang diinginkan adalah dengan pemberian reward atau dengan
kata lain, dengan positif reinforcement, bukan dengan pemberian hukuman punishment. Pemberian reward berupa penghargaan atau insentif akan
berdampak baik dalam arti perilaku yang diinginkan tersebut besar kemungkinan akan terulang lagi. Sebaliknya, bila digunakan hukuman,
pengaruh yang bisa timbul adalah munculnya rasa tertekan, tidak tenang dan sebagainya. Satu-satunya informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja
yang selanjutnya diinginkan sebagai dasar dalam pemberian reward adalah informasi akuntansi karena informasi ini dianggap lebih objektif daripada
informasi lainnya.
Informasi akuntansi juga digunakan oleh para prinsipal untuk menilai kinerja para manajer, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam pemberian
reward biasanya dalam bentuk bonus. Konsekuensi logis dari penggunaan informasi akuntansi sebagai satu-satunya dasar dalam pemberian reward
tersebut adalah munculnya perilaku tidak semestinya dysfunctional behaviour dikalangan manajer. Manajer cenderung melakukan perataan
smoothing dengan memanipulasi informasi sedemikian rupa agar kinerjanya tampak bagus.
3. Perataan Laba Income Smoothing
Perataan laba terkait erat dengan konsep manajemen laba earning management. Manajemen laba dilakukan sebagai suatu proses yang dilakukan
dengan sengaja, dalam batasan general accepted accounting principles, untuk mengarah pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan.
Perataan laba termasuk dalam pengertian manajemen laba tersebut. Perataan laba dapat dipandang sebagai sebuah praktik dengan menggunakan teknik-
teknik akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu
Penjelasan konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan agency theory yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba
dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen agent dan pemilik principal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Dalam hubungan
keagenan, manajer memiliki asimetri infomasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika
manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal
tersebut. Dalam kondisi demikian, manajer dapat menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha
memaksimalkan kemakmurannya. Sejalan dengan konsep manajemen laba, pembahasan konsep perataan
penghasilan juga menggunakan kerangka pikir teori keagenan, bahwa perataan penghasilan timbul ketika terjadi konflik kepentingan antara manajemen dan
pemilik. Kesenjangan informasi antara manajemen dan pemilik memicu munculnya perataan laba. Dalam Belkaoui 2000 dikatakan bahwa:
Perataan laba yang dilaporkan dapat didefenisi sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil atau fluktuasi pada tingkat laba yang
dianggap normal bagi perusahaan. Dalam pengertian ini perataan merepresentasi suatu bagian upaya manajemen perusahaan untuk
mengurangi variasi tidak normal dalam laba pada tingkat yang diijinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.
Perusahaan-perusahaan besar memiliki dorongan yang lebih kuat melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil, karena
perusahaan besar mendapatkan pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah maupun masyarakat umum.
Masing-masing pihak dalam hubungan keagenan terdorong oleh motivasi yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Manajer yang termotivasi untuk
melakukan perataan penghasilan pada dasarnya ingin mendapat berbagai
keuntungan ekonomi dan psikologis, yaitu pertama, mengurangi total pajak terutang. Kedua, meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan
karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan dividen yang stabil pula. Ketiga, meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena
pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah. Dan keempat, siklus peningkatan
dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
Perataan laba yang melalui proses waktu tertentu dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, manajemen dapat menentukan terjadinya kejadian tertentu
melalui kebijakan yang dimilikinya misal: biaya dan pengembangan untuk mengurangi variasi laba yang dilaporkan. Sebagai alternatif, manajemen juga
dapat menentukan waktu pengakuan kejadian tersebut. Kedua, manajemen dapat mengalokasikan pendapatan atau biaya tertentu untuk beberapa periode
akuntansi. Ketiga, manajemen memiliki kebijakan tersendiri di dalam mengklasifikasikan pos-pos laba rugi tertentu di dalam kategori yang berbeda
Barnet et al dalam Belkaoui, 2000. Perataan laba bisa dihasilkan dari salah satu diantara perataan riil maupun
berasal dari perataan artificial artificial smoothing, dimana dalam Dascher dan Malcolm dalam Belkaoui 2000 dikatakan bahwa:
Perataan riil merujuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan atas dasar efek perataannya terhadap income, sedangkan
perataan artifisial merujuk pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari
satu periode ke periode yang lain.
Usaha perataan laba yang dilakukan oleh manajemen dengan sengaja mempunyai tujuan agar memberikan persepsi pada investor tentang kestabilan
laba yang diperoleh perusahaan. Laba yang stabil memberikan persepsi pada investor bahwa tingkat return saham yang diharapkan tinggi dan tingkat resiko
dari portofolio saham rendah, sehingga tingkat kinerja dari perusahaan tersebut kelihatannya baik. Selain itu pihak manajemen juga harus mengetahui
faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi perataan laba baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat return yang
diharapkan dan risiko dari portofolio saham kinerja saham sehingga investor dapat mengambil suatu keputusan untuk investasi dengan tepat.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan berfungsi untuk menginformasikan besaran perusahaan, dimana pada penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari total
nilai aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Ada beberapa cara dalam mengukur ukuran perusahaan antara lain: total aset, nilai pasar saham, dan
lain-lain. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total aset perusahaan Machfoedz, 1994 dalam Suwito, 2005.
5. Financial Leverage
Financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya
.
Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar
pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi Sartono, 2001 dalam Budiasih, 2009.
Dalam menggunakan analisis rasio, diperlukan alat pembanding dari angka ratio perusahaan yang sejenis yang disebut sebagai standard ratio. Langkah-
langkah penyusunan standart ratio pada financial leverage adalah dengan menghitung financial leverage untuk tiap perusahaan, lalu menghitung rata-
rata hitungnya maupun median yang nantinya menjadi standard ratio dari financial leverage. Dengan catatan, jika ada dijumpai rasio financial leverage
yang terlalu ekstrim, maka rasio tersebut dihapuskan Munawir, 2007.
6. Net Profit Margin
Net profit margin ini mengukur seluruh efisiensi baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen
pajak. Net profit margin ini mengukur tingkat keefisienan seluruh aktivitas yang terjadi pada perusahaan tersebut. Net profit margin dapat memberi
gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan Septoaji, 2002.
Dalam menggunakan analisis rasio, diperlukan alat pembanding dari angka rasio perusahaan yang sejenis yang disebut sebagai standard ratio. Langkah-
langkah penyusunan standart ratio pada net profit margin adalah dengan menghitung net profit margin untuk tiap perusahaan, lalu menghitung rata-
rata hitungnya maupun median yang nantinya menjadi standard ratio dari net
profit margin. Dengan catatan, jika ada dijumpai rasio net profit margin yang terlalu ekstrim, maka rasio tersebut dihapuskan Munawir, 2007.
7. Operating Profit Margin
Operating profit margin menunjukkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba operasi dalam kegiatan rutin perusahaan. Operating profit
margin diukur dengan rasio antara laba operasi dengan penjualan bersih. Dalam menggunakan analisis rasio, diperlukan alat pembanding dari angka
rasio perusahaan yang sejenis yang disebut sebagai standard ratio. Langkah- langkah penyusunan standart ratio pada operating profit margin adalah
dengan menghitung operating profit margin untuk tiap perusahaan, lalu menghitung rata-rata hitungnya maupun median yang nantinya menjadi
standard ratio dari operating profit margin. Dengan catatan, jika ada dijumpai rasio operating profit margin yang terlalu ekstrim, maka rasio tersebut
dihapuskan Munawir, 2007. .
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan pengaruh ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, dan operating profit margin
terhadap perataan laba income smoothing disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul
Variabel yang
Digunakan Hasil Penelitian
1. Septoaji
2002 “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Perataan Laba Income
Smoothing Pada Perusahaan
Go Public di Bursa
Efek Jakarta”
Net Profit Margin,
Financial Leverage,
Ukuran Perusahaan,
Jenis Perusahaan
Variabel Net Profit Margin dan
Financial Leverage berpengaruh secara
signifikan terhadap perataan laba income smoothing.
Sedangkan untuk variabel lain, tidak ada pengaruh
ukuran perusahaan dan jenis perusahaan terhadap perataan
laba income smoothing.
2.
Juniarti dan
Carolina 2005
“Analisis Faktor- Faktor yang
Berpengaruh Terhadap
Perataan Laba Income
Smoothing Pada Perusahaan-
Perusahaan
Go
Public”
Ukuran Perusahaan,
Net Profit Margin,
Jenis Perusahaan
Tidak ada pengaruh ukuran perusahaan,
Net Profit Margin,
dan jenis perusahaan terhadap
perataan laba income smoothing.
3. Igan
Budiasih 2009
“Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Praktik Perataan
Laba” Ukuran
Perusahaan, Net Profit
Margin, Dividend
Payout Ratio,
dan Financial
Leverage. Variabel Ukuran Perusahaan,
Net Profit Margin dan Dividend Payout Ratio
berpengaruh secara signifikan terhadap perataan
laba income smoothing. Sedangkan untuk variabel
lain, tidak ada pengaruh Financial Leverage terhadap
perataan laba income smoothing.
4 Suwito
2005 “Analisis
Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap
Tindakan Perataan Laba
yang Dilakukan Oleh Perusahaan
yang Terdaftar
Jenis Usaha, Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas,
Leverage Operasi, Net
Profit Margin
Tidak ada pengaruh dari variabel Jenis Usaha, Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Operasi, Net Profit
Margin terhadap perataan laba income smoothing.
di Bursa Efek Jakarta”
5 Dewi
2010 “Pengaruh Jenis
Usaha, Ukuran Perusahaan Dan
Financial Leverage
Terhadap Tindakan
Perataan Laba Pada Perusahaan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”
Jenis Usaha, Ukuran
Perusahaan, Financial
Leverage
Variabel Jenis Usaha dan Ukuran Perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap tindakan
perataan laba. Financial Leverage
berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan
laba.
6 Syahrian
a 2006 “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Perataan Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia”
Besaran Perusahaan,
Net Profit Margin,
Operating Profit
Margin, Return On
Asset Variabel Besaran
Perusahaan, Net Profit
Margin dan Return on Asset tidak berpengaruh pada
praktik perataan laba. Variabel Operating Profit
Margin berpengaruh pada praktik perataan laba.
7
Yulianto 2007
“Analisis Perataan Laba :
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi dan Kaitannya
dengan Kinerja Saham
Perusahaan Publik di
Indonesia” Besaran
Perusahaan, Kelompok
Usaha, Winnerlose
r Stocks, Net Profit
Margin, dan Operating
Profit Margin
Variabel Besaran Perusahaan, Kelompok
Usaha, Winnerloser Stocks, Net
Profit Margin, dan Operating Profit Margin
tidak berpengaruh pada praktik perataan laba.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau eksplorasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang
diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis Jurusan Akuntansi, 2004. Untuk menggambarkan
faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba, maka penulis menyusun kerangka konseptual theoretical framework sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Ha
Ukuran perusahaan berfungsi untuk menginformasikan besaran perusahaan, dimana pada penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari total
nilai aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan yang berukuran besar akan lebih cenderung untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan
perusahaan kecil, karena perusahaan kecil cenderung tidak akan mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis dan calon investor dibandingkan
perusahaan besar. Sebaliknya perusahaan yang memiliki aktiva besar yang kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar umumnya akan mendapat
lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti, para analis, investor, Financial
Leverage X
2
Ukuran Perusahaan
X
1
Net Profit Margin
X
3
Operating Profit Margin
X
4
Perataan Laba Income
Smoothing Y
maupun pemerintah. Oleh karena itu perusahaan besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba.
Financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar
pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan
cenderung untuk melakukan perataan laba. Net profit margin mencerminkan tingkat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih yang diinginkan. Net profit margin dianggap mempengaruhi perataan laba karena merupakan alat pengukur kinerja
manajemen yang penting sebagai dasar pembagian deviden kepada para pemegang saham. Semakin tinggi, net profit margin yang dihasilkan
perusahaan maka akan meningkatkan pula nilai tambah perusahaan tersebut di mata para investor.
Operating profit margin menunjukkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba operasi dalam kegiatan rutin perusahaan. Semakin besar
perubahan operating profit margin menunjukkan semakin besar fluktuasi kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba operasi. Hal ini
mempengaruhi investor dalam memprediksi laba dan memprediksi kelangsungan usaha perusahaan sehingga memberikan dampak pada
kepercayaan investor terhadap perusahaan. Sehubungan dengan itu, manajemen termotivasi untuk melakukan perataan laba supaya laba yang
dilaporkan tidak berfluktuatif sehingga dapat meningkatkan kepercayaan
investor terhadap perusahaan. Dengan demikian, semakin besar perubahan operating profit margin maka semakin besar kemungkinan manajemen
melakukan perataan laba.
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penetian sebagai berikut:
Ha: ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin dan operating profit margin berpengaruh terhadap perataan laba income smoothing
baik secara parsial maupun simultan.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi
hubungan sebab akibat antara berbagai variabel Erlina, 2008.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan batas dari suatu objek penelitian dan sekaligus merupakan batas bagi proses induksi generalisasi dari hasil penelitian yang
bersangkutan Efferin, 2008. Sampel penelitian ini adalah perusahaan property, real estate and building construction di Bursa Efek Indonesia, dipilih dengan
menggunakan purposive random sampling method dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan property, real estate and building construction yang menerbitkan laporan keuangan secara rutin dalam tahun 2005-2009 dan
terdaftar di BEI dari tahun 2005-2009 . 2. Perusahaan property, real estate and building construction yang laporan
keuangannya dari tahun 2005-2009 tidak pernah merugi dalam 5 tahun tersebut, baik itu dari sisi laba operasi maupun laba setelah dikurangi
pajak, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat perataan laba.
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Seleksi Kriteria Sampel
No. Kriteria Sampel
Jumlah Perusahaan property, real estate and building construction
selama tahun 2005-2009 populasi 32
1 Sampel dikeluarkan karena tidak terdaftar di BEI selama 2005-
2009 dan tidak menerbitkan laporan keuangan tahun 2005-2009 secara rutin.
2
2 Sampel dikeluarkan karena pernah merugi dalam jangka waktu
2005-2009. 19
Jumlah populasi yang masuk kriteria sampel 11
Sumber: Indonesia Capital Market Directory dan www.idx.co.id
Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh banyaknya sampel yaitu 11 perusahaan yang diperlihatkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.2 Proses Penyeleksian Sampel dari Populasi
No Kode
Populasi Perusahaan Kriteria
Sampel 1
2
1 BIPP
Bhuwanatala Indah Permai Tbk √
X -
2 BMSR
Bintang Mitra Semestaraya Tbk √
X -
3 BKSL
Bukit Sentul Tbk √
X -
4 CKRA
Ciptojaya Kontrindoreksa Tbk √
X -
5 CTRA
Ciputra Development Tbk √
√ 1
6 CTRS
Ciputra Surya Tbk √
√ 2
7 DILD
Dharmala Intiland Tbk √
X -
8 DART
Duta Anggada Realty Tbk √
√ 3
9 DUTI
Duta Pertiwi Tbk √
√ 4
10 FMII
Fortune Mate Indonesia Tbk √
X -
11 GMTD
Gowa Makassar Tourism Development Tbk
√ √
5
12 OMRE
Indonesia Prima Property Tbk √
X -
13 JAKA
Jaka Inti Realindo Tbk X
X -
14 JRPT
Jaya Real Property Tbk √
√ 6
15 KARK
Karka Yasa Profilia Tbk √
X -
16 KIJA
Kawasan Industri Jababeka Tbk √
X -
17 KPIG
Kridaperdana Indahgraha Tbk √
X -
18 LAMI
Lamicitra Nusantara Tbk √
√ 7
19 LPCK
Lippo Cikarang Tbk √
√ 8
20 LPKR
Lippo Karawaci Tbk √
√ 9
21 MDLN
Modernland Realty Ltd. Tbk √
X -
22 MLND
Mulialand Tbk X
X -
23 PTRA
New Century Development Tbk √
X -
24 PWON
Pakuwon Jati Tbk √
X -
25 PWSI
Panca Wiratama Sakti Tbk √
X -
26 RBMS
Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk √
X -
27 RODA
Roda Panggon Harapan Tbk √
X -
28 SMRA
Summarecon Agung Tbk √
√ 10
29 SIIP
Suryainti Permata Tbk √
X -
30 SMDM Suryamas Duta Makmur Tbk
√ X
- 31
ADHI Adhi Karya Persero Tbk
√ √
11 32
SSIA Surya Semesta Internusa Tbk
√ X
- Sumber: Indonesia Capital Market Directory dan www.idx.co.id
C. Jenis dan Sumber Data