Pengaruh Penyimpanan Terhadap Pelepasan Fero Sulfat Dari Cangkang Kapsul Alginat

(1)

PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP

PELEPASAN FERO SULFAT DARI CANGKANG

KAPSUL ALGINAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

NATALIA MANANGAP SITORUS

NIM 081524046

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP

PELEPASAN FERO SULFAT DARI CANGKANG

KAPSUL ALGINAT

SKRIPSI

OLEH:

NATALIA MANANGAP SITORUS

NIM 081524046

mDDDDDDDemperolearjana Farmasi pad a Fakuas Farmas

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP

PELEPASAN FERO SULFAT DARI CANGKANG

KAPSUL ALGINAT

OLEH:

NATALIA MANANGAP SITORUS

NIM 081524046

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 02 Pebruari 2013

Pembimbing I Panitia Penguji

Prof. Karsono, Apt.

NIP 195409091982011001 Prof. Dr. M. T. Simanjuntak, M. Sc., Apt.

NIP 195212041980021001

Prof. Dr. M. T. Simanjuntak, M. Sc., Apt.

NIP 195212041980021001 Pembimbing II

Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt.

NIP 195504241983031003 Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt.

NIP 195201171980031002

Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. NIP 195406081983031005

Medan, Pebruari 2013 Disahkan oleh:

DekaN

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan kasih-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penyimpanan Terhadap Pelepasan Fero Sulfat Dari Cangkang Kapsul Alginat”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. M. Timbul Simanjuntak, M.Sc., Apt., dan Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas

Farmasi yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

2. Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., sebagai dosen wali yang telah membimbing penulis selama masa pendidikan.

3. Bapak Prof. Karsono, Apt., Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt., dan Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Penghargaan yang tulus kepada orang tua tercinta, Ayahanda J. Sitorus, Ibunda M. Panjaitan dan teman spesial saya, Darwin Leonardo Pandiangan,


(5)

Sitorus dan Andre Agassi Sitorus atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh Staf Pengajar, Pegawai Tata Usaha, Kakak-kakak, Abang-abang dan teman-teman yang telah membantu selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi.

Medan, Pebruari 2013 Penulis,

Natalia Manangap Sitorus NIM 081524046


(6)

ABSTRAK

Pada umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin dan kapsul ini akan segera pecah setelah sampai dilambung sehingga kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping fero sulfat yang dapat mengiritasi lambung. Cangkang kapsul alginat merupakan cangkang kapsul keras yang dapat mencegah efek iritasi dari fero sulfat terhadap lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penyimpanan dan perbedaan viskositas alginat terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat.

Cangkang kapsul alginat yang berisi fero sulfat disimpan selama 3 bulan

pada suhu kamar (28oC, RH 70%) dan suhu 40oC, RH 75%. Uji disolusi fero

sulfat dilakukan dengan metode dayung pada medium pH 1,2 dan penetapan kadar fero ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 510 nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan fero sulfat semakin kecil setelah penyimpanan 3 bulan. Penurunan pelepasan tersebut disebabkan teroksidasinya fero sulfat menjadi feri sulfat. Perubahan fero sulfat menjadi feri sulfat ditunjukkan dengan perubahan warna fero sulfat dari biru kehijauan

menjadi kuning kecoklatan pada suhu kamar (28oC, RH 70%) dan menjadi coklat

kehitaman pada suhu 40oC, RH 75% dan pelepasan fero sulfat pada suhu 40oC,

RH 75% lebih lambat dibandingkan pelepasan fero sulfat pada suhu kamar (28oC,

RH 70%). Viskositas alginat mempengaruhi pelepasan fero sulfat. Hal tersebut ditandai dengan pelepasan fero sulfat pada kapsul alginat viskositas 500-600 cp lebih lambat dibandingkan dengan kapsul alginat viskositas 300-400 cp. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyimpanan selama 3 bulan dan perbedaan viskosits alginat berpengaruh terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat.


(7)

ABSTRACT

In general, the capsules are made of gelatin and this capsule will immediate release when reach the stomach so the gelatin capsule can not avoid the side effects of ferrous sulfate that can irritate the stomach. Alginate capsule shells are hard capsule shell to prevent the irritating effects of ferrous sulfate to the stomach. Purpose of this reaserch was to look at the effect of storage and alginate viscosity differences against the release of ferrous sulfate from alginate capsule shell.

Capsule shell contains ferrous sulfate stored for 3 months at room

temperature (28oC, RH 70%) and temperature 40oC, RH 75%. Ferrous sulfate

dissolution test was conducted by a paddle method on medium pH 1,2 and ferrous assay was determined using visible spectrophotometer at 510 nm wavelength.

The results showed that the slower of ferrous sulfate after 3 months storage. Decreasing of the release was due to fero sulfate had been oxidized in to ferri sulfate. Change ferrous sulfate to ferri sulfate indicated by change the color of the ferrous sulfate from turquoise to brownish yellow at room temperature and

a blackish brown at temperature 40oC, RH 75% and the release of ferrous sulfat at

temperature (40oC, RH 75%) slower than the release of ferrous sulfate at room

temperature (28oC, RH 70%). Viscosity alginate affect on the release of ferrous

sulfate. It is marked by the release of ferrous sulfate in the alginate capsule shell with 500-600 cp viscosity alginate slower than the alginate capsule shell with 300-400 cp viscosity alginate. This research can be concluded that the storage for 3 months and the difference in the viscosity alginate effect on the release of ferrous sulfate from alginate capsule shell.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis Penelitian ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Obat-obat Antianemia Defisiensi Besi ... 6

2.2 Fero Sulfat ... 7

2.2.1 Uraian bahan ... 7

2.2.2 Farmakologi ... 7


(9)

2.2.4 Efek samping ... 8

2.3 Kapsul ... 9

2.4 Alginat ... 11

2.5 Vitamin C ... 13

2.6 Lactosa ... 13

2.7 Disolusi ... 13

2.8 Stabilitas ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Bahan-bahan ... 17

3.2 Alat-alat ... 17

3.3 Prosedur ... 17

3.3.1 Pembuatan larutan hidroksilamin hidroklorida ... 17

3.3.2 Pembutan larutan natrium asetat 1,2 M ... 18

3.3.3 Pembuatan larutan ortofenantrolin ... 18

3.3.4 Pembutan medium cairan lambung buatan (Medium pH 1,2) ... 18

3.3.5 Pembutan kurva serapan dan kurva kalibrasi larutan fero sulfat dalam medium cairan lambung buatan (pH 1,2) ... 18

2.3.5.1 Pembuatan larutan induk baku fero sulfat ... 18

3.3.5.2 Pembuatan kurva serapan larutan fero sulfat.... 18

3.3.5.3 Penentuan operating time larutan fero sulfat .. 19

3.3.5.4 Pembuatan kurva kalibrasi larutan fero sulfat . 19 3.3.5.5 Pengukuran kadar Fe dalam sampel ... 19

3.3.6 Pembuatan larutan kalsium klorida 0,15 M ... 20


(10)

3.3.7.1 Pembuatan larutan natrium alginat 300-400 cp 20

3.3.7.2 Pembuatan larutan natrium alginat 500-600 cp 20

3.3.8 Pengukuran viskositas larutan natrium Alginat ... 21

3.3.9 Pembuatan cangkang kapsul alginat ... 21

3.3.10 Pembuatan sediaan kapsul ... 22

3.4 Penyimpanan ... 22

3.4.1 Penyimpanan pada suhu kamar ... 22

3.4.2 Penyimpanan pada suhu 400C, RH 75% ... 23

3.5 Pengujian ... 23

3.5.1 Pengujian pengamatan warna ... 23

3.5.2 Uji disolusi ... 23

3.5.2.1 Parameter uji disolusi ... 23

3.5.2.2 Prosedur uji disolusi ... 23

3.5.3 Uji kerapuhan ... 24

3.5.3.1 Cangkang kapsul kosong ... 24

3.5.3.2.Cangkang kapsul berisi ... 24

3.6 Penentuan Spesifikasi Cangkang Kapsul ... 24

3.6.1 Pengukuran panjang dan diameter cangkang kapsul . 24

3.6.2 Pengukuran ketebalan cangkang kapsul ... 25

3.6.3 Penimbangan berat cangkang kapsul ... 25

3.6.4 Pengamatan warna cangkang kapsul ... 25

3.6.5 Pengukuran volume cangkang kapsul ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26


(11)

4.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat ... 26

4.3 Sifat Fisik Cangkang Kapsul dan Bahan Obat ... 28

4.3.1 Sifat fisik cangkang kapsul ... 28

4.3.2 Sifat fisik bahan obat dalam cangkang kapsul

alginat ... 29

4.4 Profil Disolusi Fero sulfat dalam Kapsul Alginat 300-400 cp dan 500-600 cp Sebelum Penyimpanan dan Setelah

Penyimpanan Pada Suhu Kamar (28ºC, RH 75%) dan Suhu

40ºC, RH 75% ... 30

4.4.1 Berdasarkan penyimpanan ... 30

4.4.1.1 Profil pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat

300-400cp sebelum penyimpanan dan setelah

penyimpanan pada suhu kamar(28ºC, RH 75%) ... 30

4.4.1.2 Profil pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat

300-400 cp sebelum penyimpanan dan setelah

penyimpanan pada suhu 40ºC, RH 75% ... 31

4.4.1.3 Profil pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat

500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah

penyimpanan pada suhu kamar(28ºC, RH 75%) ... 33

4.4.1.4 Profil pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat

500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah

penyimpanan pada suhu 40ºC, RH 75% ... 34

4.4.2 Berdasarkan viskositas ... 35

4.4.2.1 Profil disolusi fero sulfat dalam kapsul alginat

300-400 cp dan kapsul alginat 500-600 cp

sebelum penyimpanan ... 36

4.4.2.2 Profil disolusi fero sulfat dalam kapsul alginat

300-400 cp dan kapsul alginat 500-600 cp

setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar

(28ºC, RH 75% ... 37

4.4.2.3 Profil disolusi fero sulfat dalam kapsul alginat

300-400 cp dan kapsul alginat 500-600 cp

setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC,


(12)

4.4.3 Berdasarkan kinetika pelepasan obat ... 39

4.5 Uji Kerapuhan ... 44

4.5.1 Cangkang kapsul kosong ... 45

4.5.2 Cangkang kapsul berisi ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Kesimpulan ... 47

5.2 Saran ... ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Spesifikasi cangkang kapsul alginat ukuran 0 ... 27

Tabel 4.2 Spesifikasi cangkang kapsul 0 menurut Shionogi Qualicaps .... 27

Tabel 4.3 Ketebalan cangkang kapsul 300-400 cp dan 500-600 cp ... 27


(14)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat

dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp sebelum

penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu

kamar ... 30

Grafik 4.2 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat

dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp sebelum

penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu

40ºC, RH 75% ... 31

Grafik 4.3 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat

dari cangkang kapsul alginat 500-600 cp sebelum

penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu

kamar ... 33

Grafik 4.4 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 500-600 cp sebelum

penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu

40ºC, RH 75% ... 34

Grafik 4.5 Pelepasan ferosulfat dari kapsul alginat 300-400 cp dan

500-600 cp sebelum penyimpanan ... 36

Grafik 4.6 Pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp dan

500-600 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar . 37

Grafik 4.7 Pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada Suhu 40ºC,

RH 75% ... 38

Grafik 4.8 Kinetika pelepasan √�dalam kapsul alginat 300-400 cp

sebelum penyimpanan ... 40

Grafik 4.9 Kinetika pelepasan √�dalam kapsul alginat 300-400 cp

setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar ... 40

Grafik 4.10 Kinetika pelepasan √�dalam kapsul alginat 300-400 cp

setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75% ... 41

Grafik 4.11 Kinetika pelepasan √�dalam kapsul alginat 500-600 cp

sebelum penyimpan ……… 42

Grafik 4.12 Kinetika pelepasan √�dalam kapsul alginat 300-400 cp


(15)

Grafik 4.13 Kinetika pelepasan √�dalam kapsul alginat 300-400 cp


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp ... 28

Gambar 4.2 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong setelah

penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar ... 45

Gambar 4.3 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong setelah

penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75% ... 45

Gambar 4.4 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi setelah

penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar ... 46

Gambar 4.5 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi setelah


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1a Pengukuran viskositas larutan alginat 4,5% natrium

alginat 300-400 cp ... 51

Lampiran 1b Pengukuran viskositas larutan alginat 4% natrium alginat 500-600 cp ... 52

Lampiran2 Penentuan spesifikasi cangkang kapsul ... 53

Lampiran3 Alat pencetak kapsul ... 56

Lampiran 4a Lemari pengering kapsul ... 56

Lampiran 4b Climatic chamber ... 56

Lampiran 5 Alat-alat untuk disolusi ... 57

Lampiran 6. Alat uji kerapuhan ... 58

Lampiran7 Alat uji viskositas ... 59

Lampiran 8 Alat uji spesifikasi kapsul ... 60

Lampiran9a Data pengukuran kurva kalibrasi larutan fero sulfat dengan berbagai konsenrasi pada panjang gelombang 510 nm dalam medium pH 1,2 ... 61

Lampiran 9b Grafik kurva kalibrasi larutan fero sulfat dengan berbagai konsentrasi pada panjang gelombang 510 nm dalam medium pH 1,2 ... 61

Lampiran 10a Data disolusi fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp pada medium pH 1,2 mula-mula ... 62

Lampiran 10bData % kumulatif rata-rata dan standart deviasi disolusi Fero sulfat mula-mula dalam kapsul alginat 300-400 cp dalam medium pH 1,2 ... 65

Lampiran 11a Data disolusi fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp pada medium pH 1,2 pada suhu kamar ... 66

Lampiran 11bData % kumulatif rata-rata dan standart deviasi disolusi

fero sulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp dalam suhu


(18)

Lampiran12a Data disolusi fero sulfat dari cangkang kapsul alginat

300-400 cp pada medium pH 1,2 pada suhu 40ºC, RH 75% 70

Lampiran 12b Data % kumulatif rata-rata dan standart deviasi disolusi fero sulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp dalam suhu 40ºC, RH 75% setelah penyimpanan 3 bulan pada medium

pH 1,2 ... 73

Lampiran 13a Data disolusi fero sulfat dari cangkang kapsul alginat

500-600 cp pada medium pH 1,2 mula-mula ... 74

Lampiran 13b Data % kumulatif rata-rata dan standar tdeviasi disolusi fero sulfat mula-mula dalam kapsul alginat 500-600 cp

dalam medium pH 1,2 ... 77

Lampiran 14a Data disolusi fero sulfat dari cangkang kapsul alginat

500-600 cp pada medium pH 1,2 pada suhu kamar ... 78

Lampiran 14b Data % kumulatif rata-rata dan standart deviasi disolusi fero sulfat dalam kapsul alginat 500-600 cp dalam suhu

kamar setelah penyimpanan 3 bulan pada medium pH 1,2 . 81

Lampiran 15a Data disolusi fero sulfat dari cangkang kapsul alginat

500-600 cp pada medium pH 1,2 pada suhu 40ºC, RH 75% 82

Lampiran 15b Data % kumulatif rata-rata dan standart deviasi disolusi fero sulfat dalam kapsul alginat 500-600 cp dalam suhu 40ºC, RH 75% setelah penyimpanan 3 bulan pada medium

pH 1,2 ... 85

Lampiran 16 Data % kumulatif pelepasan fero sulfat mula-mula dalam

kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp ... 86

Lampiran 17 Data % kumulatif pelepasan fero sulfat pada suhu kamar setelah penyimpanan 3 bulan dalam kapsul alginat

300-400 cp dan 500-600 cp ... 87

Lampiran 18 Data % kumulatif pelepasan fero sulfat pada suhu 40ºC, RH 75% setelah penyimpanan 3 bulan dalam kapsul

alginat 300-400 cp dan 500-600 cp ... 88

Lampiran 19 Area Under Curva (AUC) pelepasan fero sulfat

sebelum penyimpanan dalam kapsul alginat 300-400 cp .. 89

Lampiran 20 Area Under Curva (AUC) pelepasan fero sulfat

setelah penyimpanan dalam kapsul alginat 300-400 cp


(19)

Lampiran 21 Area Under Curva (AUC) pelepasan fero sulfat

setelah penyimpanan dalam kapsul alginat 300-400 cp

pada suhu 40ºC, RH 75% ... 90

Lampiran 22 Area Under Curva (AUC) pelepasan fero sulfat

sebelum penyimpanan dalam kapsul alginat 500-600 cp .. 90

Lampiran 23 Area Under Curva (AUC) pelepasan fero sulfat

setelah penyimpanan dalam kapsul alginat 500-600 cp

pada suhu kamar 28ºC, RH 70% ... 91

Lampiran 24 Area Under Curva (AUC) pelepasan fero sulfat

setelah penyimpanan dalam kapsul alginat 300-400 cp

pada suhu 40ºC, RH 75% ... 91

Lampiran 25 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat sebelum penyimpanan dan setelah

penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar dalam kapsul

alginat 300-400 cp ... 92

Lampiran 26 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat sebelum penyimpanan dan setelah

penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75% dalam

kapsul alginat 300-400 cp ... 93

Lampiran 27 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat sebelum penyimpanan dan setelah

penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar dalam kapsul

alginat 500-600 cp ... 94

Lampiran 28 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat sebelum penyimpanan dan setelah

penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75%

dalam kapsul alginat 500-600 cp ... 95

Lampiran 29 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat sebelum penyimpanan pada kapsul alginat

300-400 cp dan 500-600 cp di medium pH 1,2 ... 96

Lampiran 30 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat setelah penyimpanan pada suhu kamar dalam kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp

di medium pH 1,2 ... 97

Lampiran 31 Data AUC Independent T-Test statistik pelepasan fero sulfat setelah penyimpanan pada suhu 40ºC, RH 75% dalam kapsul alginat 300-400 cp dan


(20)

Lampiran 32 Kinetika pelepasan obat dalam kapsul alginat 300-400 cp mula-mula, suhu kamar, dan suhu 40ºC,

RH 75% setelah penyimpanan 3 bulan ... 99

Lampiran 33 Kinetika pelepasan obat dalam kapsul alginat 500-600 cp mula-mula, suhu kamar dan suhu 40ºC,


(21)

ABSTRAK

Pada umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin dan kapsul ini akan segera pecah setelah sampai dilambung sehingga kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping fero sulfat yang dapat mengiritasi lambung. Cangkang kapsul alginat merupakan cangkang kapsul keras yang dapat mencegah efek iritasi dari fero sulfat terhadap lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penyimpanan dan perbedaan viskositas alginat terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat.

Cangkang kapsul alginat yang berisi fero sulfat disimpan selama 3 bulan

pada suhu kamar (28oC, RH 70%) dan suhu 40oC, RH 75%. Uji disolusi fero

sulfat dilakukan dengan metode dayung pada medium pH 1,2 dan penetapan kadar fero ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 510 nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan fero sulfat semakin kecil setelah penyimpanan 3 bulan. Penurunan pelepasan tersebut disebabkan teroksidasinya fero sulfat menjadi feri sulfat. Perubahan fero sulfat menjadi feri sulfat ditunjukkan dengan perubahan warna fero sulfat dari biru kehijauan

menjadi kuning kecoklatan pada suhu kamar (28oC, RH 70%) dan menjadi coklat

kehitaman pada suhu 40oC, RH 75% dan pelepasan fero sulfat pada suhu 40oC,

RH 75% lebih lambat dibandingkan pelepasan fero sulfat pada suhu kamar (28oC,

RH 70%). Viskositas alginat mempengaruhi pelepasan fero sulfat. Hal tersebut ditandai dengan pelepasan fero sulfat pada kapsul alginat viskositas 500-600 cp lebih lambat dibandingkan dengan kapsul alginat viskositas 300-400 cp. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyimpanan selama 3 bulan dan perbedaan viskosits alginat berpengaruh terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat.


(22)

ABSTRACT

In general, the capsules are made of gelatin and this capsule will immediate release when reach the stomach so the gelatin capsule can not avoid the side effects of ferrous sulfate that can irritate the stomach. Alginate capsule shells are hard capsule shell to prevent the irritating effects of ferrous sulfate to the stomach. Purpose of this reaserch was to look at the effect of storage and alginate viscosity differences against the release of ferrous sulfate from alginate capsule shell.

Capsule shell contains ferrous sulfate stored for 3 months at room

temperature (28oC, RH 70%) and temperature 40oC, RH 75%. Ferrous sulfate

dissolution test was conducted by a paddle method on medium pH 1,2 and ferrous assay was determined using visible spectrophotometer at 510 nm wavelength.

The results showed that the slower of ferrous sulfate after 3 months storage. Decreasing of the release was due to fero sulfate had been oxidized in to ferri sulfate. Change ferrous sulfate to ferri sulfate indicated by change the color of the ferrous sulfate from turquoise to brownish yellow at room temperature and

a blackish brown at temperature 40oC, RH 75% and the release of ferrous sulfat at

temperature (40oC, RH 75%) slower than the release of ferrous sulfate at room

temperature (28oC, RH 70%). Viscosity alginate affect on the release of ferrous

sulfate. It is marked by the release of ferrous sulfate in the alginate capsule shell with 500-600 cp viscosity alginate slower than the alginate capsule shell with 300-400 cp viscosity alginate. This research can be concluded that the storage for 3 months and the difference in the viscosity alginate effect on the release of ferrous sulfate from alginate capsule shell.


(23)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Anemia defisiensi besi paling umum terjadi karena kehilangan darah, asupan zat besi yang tidak cukup dalam makanan dan adanya gangguan penyerapan besi (Gilman, dkk., 1996). Suplemen besi yang banyak digunakan adalah garam fero, karena garam fero mempunyai sifat astringen dan iritan yang lebih kecil dari garam feri (Groves, 1989), dan karena absorpsi garam fero kira-kira tiga kali lebih baik dari garam feri (Gilman, dkk., 1996). Garam fero yang dapat digunakan sebagai antianemia adalah fero glukonat, fero fumarat, dan fero sulfat yang banyak tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul (ISFI, 2006). Garam fero yang banyak digunakan dan murah adalah sediaan oral fero sulfat (Gilman, dkk., 1996).

Garam fero yang diberikan secara oral dapat menyebabkan mual, muntah, demam, diare dan kadang-kadang mengandung darah, serta tinja menjadi hitam. Tinja menjadi hitam bisa disebabkan adanya besi yang tidak diabsorpsi dan ini bukan pertanda bahaya. Namun bila tinja menjadi hitam yang diikuti adanya garis-garis merah pada tinja, kram, dan rasa sakit atau nyeri yang tajam pada lambung atau daerah perut, maka ini dikarenakan adanya perdarahan pada saluran cerna (Groves, 1989). Iritasi paling banyak terjadi pada lambung dan duodenum bagian atas, karena pHnya rendah (Gennaro, 2000). Iritasi ini disebabkan oleh pelepasan obat dari sediaan secara serentak dan terlarut sehingga menghasilkan konsentrasi yang tinggi di suatu area pada lambung (Groves, 1989), Efek samping


(24)

ini biasanya berhubungan dengan dosis dan dapat diatasi dengan merendahkan dosis per hari atau penggunaan tablet segera setelah makan (Katzung, 1992).

Sediaan lepas lambat dan enteric coated dapat mengurangi efek samping tersebut,

namun karena sediaan ini melepaskan zat aktif pada bagian usus yang basa sebelum pelepasan terjadi, maka absorpsi besi menjadi berkurang (Groves, 1989).

Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air (Ansel, 2005). Pada umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin. Tergantung pada formulasinya kapsul dapat berupa kapsul gelatin lunak atau keras. Kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping obat yang mengiritasi lambung, seperti fero sulfat. Hal ini dikarenakan kapsul gelatin segera pecah setelah sampai di lambung.

Belakangan ini, beberapa bahan telah diuji untuk menggantikan gelatin sebagai bahan untuk pembuatan cangkang kapsul, salah satunya adalah dengan alginat. Masalah-masalah dari kapsul gelatin mungkin dapat diatasi oleh kapsul

alginat. Alginat merupakan polimer β-D-mannuronic dan α-L-guluronic yang

diperoleh dari alga coklat (Phaeophyceae) (Belitz, 1987). Alginat telah banyak

digunakan khususnya pada formulasi sediaan sustained release dan sebagai stabilisator pada sediaan suspensi(Shiraishi, et al., 1991).

Stabilitas diartikan bahwa obat (bahan obat, sediaan obat), disimpan dalam kondisi penyimpanan tertentu di dalam kemasan penyimpanan dan pengangkutannya tidak menunjukan perubahan sama sekali atau berubah dalam batas-batas yang diperbolehkan (Voigt, 1995).


(25)

Menurut CPOB tahun 2009 mengatakan bahwa studi stabilitas terdiri dari 3 cara, yaitu uji dipercepat, tindak lanjut (pengujian jangka panjang) dan pasca pemasaran. Pada penelitian ini menggunakan cara pengujian dipercepat penyimpanan selama 3 bulan dengan suhu kamar dan suhu 40ºC, RH 75%. Penyimpanan dapat mempengaruhi stabilitas disolusi obat dimana selama penyimpanan sediaan dapat terjadi perubahan-perubahan karakteristik fisikokimia. Hal tersebut dapat mempengaruhi laju disolusi obat (Murthy dan Sellassie, 1993).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat cangkang kapsul alginat yang berisi fero sulfat dengan melihat pengaruh penyimpanan fero sulfat dalam kapsul alginat yang meliputi pengujian sifat-sifat fisik cangkang

kapsul dan pemerian bahan obat, kerapuhan kapsul dan uji disolusi. Hal ini

mengingat di pasaran sediaan obat yang telah diproduksi biasanya tidak langsung digunakan, tetapi membutuhkan waktu beberapa lama di tempat penyimpanan sebelum dikonsumsi oleh konsumen dan natrium alginat yang digunakan dalam percobaan ini 2 macam yaitu 300-400 cp dan 500-600 cp.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%)

dan suhu 40ºC, RH 75% berpengaruh terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp?


(26)

b. Apakah setelah penyimpanan 3 bulan viskositas dari alginat 300-400 cp terdapat perbedaan kecepatan pelepasan dengan alginat 500-600 cp pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) dan suhu 40ºC, RH 75%?

1.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) dan suhu

40ºC, RH 75% berpengaruh terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp.

b. Setelah penyimpanan 3 bulan terdapat perbedaan kecepatan pelepasan

antara viskositas alginat 300-400 cp dan 500-600 cp pada suhu kamar

(28ºC, RH 70%) dan suhu 40ºC, RH 75%. 1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui pengaruh setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar

(28ºC, RH 70%) dan suhu 40ºC, RH 75% terhadap pelepasan Fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 300-400cp dan 500-600cp.

b. Mengetahui pengaruh viskositas cangkang kapsul alginat 300-400cp dan

500-600cp terhadap pelepasan fero sulfat setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) dan suhu 40ºC, RH 75%.


(27)

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai pengetahuan pengaruh penyimpanan fero sulfat dalam kapsul alginat dan pengaruh viskositas larutan natrium alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) dan suhu 40ºC, RH 75%.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat-obat Antianemia Defisiensi Besi

Hematinik adalah antianemia untuk menambah kadar hemoglobin dalam eritrosit. Pemilihan antianemia bergantung pada penyebab anemia. Anemia hipokromik adalah anemia defisiensi besi yang diobati dengan sediaan besi (Gennaro, 2000).

Sediaan garam fero yang terdapat di pasaran (ISFI, 2006):

- Fero glukonat (kapsul) [Adfer, Barralat, Biosanbe, Diabion, Emibion, Filibion, Fondazen, Habebion, Inbion, Pronita, Sofero, Sangobion, Sangofer, Sangovitin, Tropifer].

- Fero glukonat (tablet salut) [Livron B Plex, Supra Livron].

- Fero fumarat (kapsul) [Bufiron, Dasabion, Dexiron, Fortan-C, Hemobion,

Longafer Plus, Natabion, Nichobion, Ramabion].

- Fero fumarat (tablet) [Emineton, Ferofort, Hemafort, Heptuna, Miacure,

Pimiron].

- Fero fumarat (kaplet) [Veroscan].

- Fero sulfat (kapsul) [Feospan].

Sediaan oral yang banyak digunakan adalah garam fero, karena garam fero diabsorpsi kira-kira tiga kali lebih baik daripada garam feri (Gilman, dkk., 1996) dan garam fero mempunyai sifat astringen dan iritan yang lebih kecil dari garam feri (Groves, 1989). Garam fero yang banyak digunakan adalah fero sulfat karena harganya yang murah (Gilman, dkk., 1996).


(29)

2.2 Fero Sulfat

2.2.1 Uraian bahan (Ditjen POM, 1995)

Rumus molekul : FeSO4.7H2O

Berat molekul : 278,01

Nama kimia : Besi (2+) sulfat (1:1) heptahidrat

Pemerian : Hablur atau granul warna hijau kebiruan, pucat,

tidak berbau dan rasa seperti garam. Merekah di udara kering. Segera teroksidasi dalam udara lembab membentuk besi (III) sulfat berwana kuning kecoklatan.

pH : Lebih kurang 3,7

Kelarutan : Mudah larut dalam air; tidak larut dalam etanol;

sangat mudah larut dalam air mendidih.

2.2.2 Farmakologi

Besi terdapat dalam makanan, terutama sebagai kompleks-feri, yang dalam lambung diubah menjadi ferroklorida dimana vitamin C bertindak sebagai stabilisator. Kadar normalnya dalam serum adalah antara 11-27 milimol/liter. Kebutuhan tubuh untuk unsur besi sehari adalah 8,7 mg bagi pria dan 14,8 mg bagi wanita (Tan dan Rahardja, 2002). Pada individu yang mengalami defisiensi zat besi, 200 – 400 mg zat besi seharusnya diberikan setiap hari untuk memperbaiki kekurangan zat besi dengan cepat (Katzung, 1992).

2.2.3 Farmakokinetik

Absorpsi zat besi melalui saluran cerna berlangsung di duodenum, semakin ke distal absorpsinya semakin berkurang. Zat ini lebih mudah diabsorpsi dalam bentuk fero (Ganiswara, 1995). Besi dalam bentuk fero lebih mudah


(30)

diabsorpsi daripada bentuk feri dan sekitar 20% dari fero ini diabsorpsi oleh usus (Gennaro, 2000). Asam askorbat dapat meningkatkan absorpsi zat besi (Gilman, dkk., 1996; Murray, dkk., 2006).

Besi diangkut melalui mukosa usus secara transpor aktif (Ganiswara, 1995). Bila besi di absorpsi dari usus halus, maka besi segera berikatan dengan globulin, transferin, dan di transpor dalam bentuk ikatan ini di dalam plasma darah. Besi berikatan sangat lemah dengan molekul globulin, dan akibatnya, dapat dilepaskan ke setiap sel jaringan dan pada setiap tempat dalam tubuh. Kelebihan besi dalam darah ditimbun khususnya dalm sel hati. Disini besi berikatan dengan protein apoferitin untuk membentuk feritin. Bila jumlah besi dalam plasma turun sangat rendah, besi dikeluarkan dari feritin dengan mudah sekali. Besi kemudian ditranspor ke bagian-bagian tubuh yang memerlukan (Guyton, 1987). Zat besi akan diekskresikan lewat kulit, rambut, kuku, air susu, darah menstruasi, urin, feses dan empedu (Groves, 1989).

2.2.4 Efek samping

Garam fero yang diberikan secara oral dapat menyebabkan mual, muntah, nyeri lambung, sembelit ringan, diare serta tinja menjadi hitam. Apabila tinja menjadi hitam karena adanya besi yang tidak diabsorpsi, maka hal ini bukan pertanda bahaya. Namun bila tinja menjadi hitam yang diikuti adanya garis-garis merah pada tinja, kram, dan rasa sakit atau nyeri yang tajam pada lambung atau daerah perut, maka ini dikarenakan adanya perdarahan pada saluran cerna (Groves, 1989). Hal ini merupakan akibat iritasi dari garam fero. Iritasi paling banyak terjadi pada lambung dan duodenum bagian atas, karena pHnya rendah (Gennaro, 2000). Iritasi ini disebabkan oleh pelepasan obat dari sediaan secara


(31)

serentak dan terlarut, sehingga menghasilkan konsentrasi yang tinggi di suatu area (Groves, 1989). Efek samping ini biasanya berhubungan dengan dosis dan dapat diatasi dengan merendahkan dosis per hari (Katzung, 1992), dapat juga dengan

menggunakan tablet slow-release atau dengan meminum tablet sewaktu makan

atau sesudah makan (Tan dan Raharja, 2002).

Garam fero yang terdapat di pasaran secara umum dimasukkan kedalam kapsul gelatin. Efek samping dari garam fero secara oral merupakan akibat iritasi lambung dimana kapsul gelatin tidak mampu menghindari efek samping fero sulfat tersebut. Hal tersebut terjadi karena kapsul gelatin segera pecah setelah sampai di lambung (Sumaiyah, 2006). Di Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi USU dalam beberapa tahun terakhir telah dikembangkan kapsul yang tahan terhadap asam lambung. Cangkang kapsul ini dibuat dari natrium alginat dengan kalsium klorida menggunakan cetakan. Telah terbukti bahwa cangkang kapsul alginat tahan atau tidak pecah dalam cairan lambung buatan (pH 1,2). Kapsul mengembang dan pecah dalam cairan usus buatan yaitu pH 4,5 dan pH 6,8 (Bangun, dkk., 2005).

2.3 Kapsul

Kapsul dapat didefenisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air. Pada umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin. Tergantung pada formulasinya kapsul dapat berupa kapsul gelatin lunak atau keras. Kapsul gelatin mempunyai beberapa kekurangan, salah satunya mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab (Ansel, 1989).


(32)

Selain mempunyai kelebihan-kelebihan seperti keindahan, kemudahan pemakaian dan kemudahan dibawa, kapsul telah menjadi bentuk takaran obat yang populer karena memberikan penyalutan obat yang halus, licin, mudah ditelan dan tidak memiliki rasa, terutama menguntungkan untuk obat-obat yang mempunyai rasa dan bau yang tidak enak. Kapsul secara ekonomis diproduksi dalam jumlah besar dengan aneka warna, dan biasanya memudahkan penyiapan obat didalamnya, karena hanya sedikit bahan pengisi dan tekanan yang diperlukan untuk pamampatan bahan, seperti pada tablet (Lachman, dkk., 1994).

Biasanya kapsul tidak digunakan untuk bahan-bahan yang sangat mudh larut seperti kalium bromide, kalium klorida, atau ammonium klorida, karena kelarutan mendadak senyawa-senywa seperti itu didalam lambung dapat mengakibatkan konsentrasi yang menimbulkan iritasi. Kapsul tidak boleh digunakan untuk bahan-bahan yang mudah mencair dan sangat mudah menguap. Bahan yang mudah mencair dapat memperlunak kapsul, sedangkan yang mudah menguap akan mengeringkan kapsul dan menyebabkan kerapuhan (Lachman, dkk., 1994).

Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran (00) dalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien (Ditjen POM, 1995).

Cangkang kapsul keras gelatin harus dibuat dalam dua bagian yaitu badan kapsul dan bagian tutupnya yang lebih pendek (Ansel, 1989). Kapsul gelatin keras terdiri dari dua bagian, bagian tutup dan induk. Umumnya ada lekuk khas pada bagian tutup dan induk, untuk memberikan penutupan yang baik bila bagian induk


(33)

dan tutup cangkangnya dilekatkan sepenuhnya yang mencegah terbukanya cangkang kapsul yang telah diisi. Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran atau granul. Dalam pengisian kapsul gelatin keras, bagian tutup dan induk cangkang dipisahkan terlebih dahulu sebelum diisi (Ditjen POM, 1995).

Stabilitas disolusi dari sediaan kapsul gelatin keras terutama ditentukan oleh kandungan uap lembab dari cangkang, yang kemudian dihubungkan dengan kondisi penyimpanan. Normalnya cangkang kapsul gelatin mengandung air 13-16% dan aman disimpan dengan kelembapan 40-60% kelembapan relatif (KR). Kandungan air dibawah 12%, cangkang menjadi rapuh dan mudah pecah. Diatas 18% uap air, cangkang akan menjadi lembab, lembut dan menyimpang cenderung memindahkan lembabnya kedalam isi kapsul jika isi kapsulnya bersifat higroskopik (Singh, 2002).

2.4 Alginat

Natrium alginat merupakan produk pemurnian karbohidrat yang diekstraksi dari alga coklat (Phaeophyceae) dengan menggunakan basa lemah (Grasdalen, dkk., 1979). Natrium alginat larut dengan lambat dalam air, membentuk larutan kental; tidak larut dalam etanol dan eter (http://apps3.fao.org).

Alginat (Gambar 2.1) ini diperoleh dari spesies Macrocystis pyrifera, Laminaria,

Ascophyllum dan Sargassum (Belitz dan Grosch, 1987).


(34)

Asam alginat adalah kopolimer biner yang terdiri dari residu β

-D-mannuronat (M) dan α-L-asam guluronat (G) yang tersusun dalam blok-blok yang

membentuk rantai linear (Grasdalen, dkk., 1979).

Asam alginat tidak larut dalam air, karena itu yang digunakan dalam industri adalah dalam bentuk garam natrium dan garam kalium. Salah satu sifat dari natrium alginat adalah mempunyai kemampuan membentuk gel dengan penambahan larutan garam-garam kalsium seperti kalsium glukonat, kalsium tartrat dan kalsium sitrat. Pembentukan gel ini disebabkan oleh terjadinya kelat antara rantai L-guluronat dengan ion kalsium (Thom, dkk., 1982). Gel ini merupakan jaringan taut silang yang tersusun dari kalsium alginat yang

membentuk konformasi kotak telur (egg box type of conformation) seperti yang

dapat dilihat pada gambar 2.2 (Belitz dan Grosch, 1987).

Gambar 2.2 Bentuk konformasi kotak telur dari kalsium alginat (egg box conformation) (Thom, dkk., 1982)


(35)

2.5 Vitamin C (asam askorbat)

Vitamin C (C6H8O6) mempunyai berat molekul 176,13, merupakan

senyawa yang mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform, eter dan benzen (Ditjen POM, 1995), mempunyai sifat asam dan sifat pereduksi yang kuat. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi besi dari usus

dengan mereduksi besi feri (Fe3+) menjadi bentuk fero (Fe2+), suatu bentuk yang

lebih larut yang dapat diabsorpsi dengan mudah.

2.6 Laktosa

Laktosa merupakan salah satu karbohidrat jenis disakarida, yang terdiri dari molekul glukosa dan galaktosa. Laktosa umumnya mengaktifkan proses pelarutan zat aktif yang sukar larut dalam air (Aiache, dkk., 1993).

2.7 Disolusi

Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1989). Uji disolusi

yaitu uji pelarutan invitro mengukur laju dan jumlah pelarutan obat dalam suatu

media “aqueous“ dengan adanya satu atau lebih bahan tambahan yang terkandung dalam produk obat. Pelarutan obat merupakan bagian penting sebelum kondisi absorpsi sistemik (Shargel dan Andrew, 1988).

Faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi dibagi atas 3 kategori yaitu

1) Faktor-faktor yang berhubungan dengan sifat fisikokimia obat, meliputi:

a) Efek kelarutan obat. Kelarutan obat dalam air merupakan faktor utama

dalam menentukan laju disolusi. Kelarutan yang besar menghasilkan laju disolusi yang cepat.


(36)

b) Efek ukuran partikel. Ukuran partikel berkurang dapat memperbesar luas permukaan obat yang berhubungan dengan medium, sehingga laju disolusi meningkat.

2) Faktor-faktor yang berhubungan dengan sediaan obat, meliputi:

a) Efek formulasi. Laju disolusi suatu bahan obat dapat dipengaruhi bila

dicampur dengan bahan tambahan. Bahan pengisi, pengikat dan penghancur yang bersifat hidrofil dapat memberikan sifat hidrofil pada bahan obat yang hidrofob, oleh karena itu disolusi bertambah, sedangkan bahan tambahan yang hidrofob dapat mengurangi laju disolusi.

b) Efek faktor pembuatan sediaan. Metode granulasi dapat mempercepat laju

disolusi obat-obat yang kurang larut. Penggunaan bahan pengisi yang bersifat hidrofil seperti laktosa dapat menambah hidrofilisitas bahan aktif dan manambah laju disolusi.

3) Faktor-faktor yang berhubungan dengan uji disolusi, meliputi:

a) Tegangan permukaan medium disolusi. Tegangan permukaan mempunyai

pengaruh nyata terhadap laju disolusi bahan obat. Surfaktan dapat menurunkan sudut kontak, oleh karena itu dapat meningkatkan proses penetrasi medium disolusi ke matriks.

b) Viskositas medium. Semakin tinggi viskositas medium, semakin kecil laju

disolusi bahan obat.

c) pH medium disolusi. Larutan asam cenderung memecah tablet sedikit

lebih cepat dibandingkan dengan air,oleh karena itu mempercepat laju disolusi (Gennaro, 2000).


(37)

Menurut United States Pharmacopeia (USP) XXX memberi beberapa metode resmi untuk melaksanakan uji pelarutan yaitu:

a. Metode Keranjang (Basket)

b. Metode Dayung (Paddle)

c. Metode Desintegrasi yang Dimodifikasi.

2.8 Stabilitas

Stabilitas diartikan bahwa obat (bahan obat, sediaan obat) disimpan dalam kondisi penyimpanan tertentu didalam kemasan penyimpanan dan pengangkutannya tidak menunjukkan perubahan sama sekali atau berubah dalam batas-batas diperolehkan (Voigt, 1995). Penyimpanan dapat mempengaruhi stabilitas disolusi obat dimana selama penyimpanan sediaan dapat terjadi perubahan-perubahan karakteristik fisikokomia (Murthy dan Sellassie, 1993).

Parameter-parameter fisika kimia penting yang menentukan kualitas dari sediaan dan peka terhadap perubahan selama penyimpanan adalah:

1) Penampilan (rupa)

2) Pengujian kimia

3) Kandungan uap air

4) Waktu desintegrasi

5) Laju disolusi

6) Kekerasan

7) Fribialitas (tablet)

Waktu nyata dan studi dipercepat dilaksanakan pada bets primer atau bets yang ditetapkan sesuai protocol uji stabilitas untuk menetapkan atau memastikan masa uji ulang dari suatu zat aktif dengan masa simpan atau edar suatu produk.


(38)

Adapun studi stabilitas menurut CPOB 2009 yaitu:

1) Uji Dipercepat

Studi didesain untuk meningkatkan derajat degradasi kimiawi atau perubahan fisis dari zat aktif atau produk dengan menggunakan kondisi penyimpanan berlebihan sebagai bagian dari studi stabilitas formal. Data yang diperoleh dari studi ini, dapat digunakan untuk menilai efek kimiawi jangka panjang pada kondisi yang tidak dipercepat. Uji dipercepat dilakukan selama 3-6 bulan.

2) Pengujian Jangka Panjang atau Waktu Nyata

Pengujian jangka panjang biasanya dilaksanakan setiap 3 bulan selama tahun pertama, setiap 6 bulan selama tahun ke 2 dan selanjutnya tiap tahun selama masa simpan atau edar pada paling sedikit 3 bets primer. Studi stabilitas lanjutan atau jangka panjang dilakukan selama 3, 6 , 9, 12, 18, 24, 36 dan seterusnya akan dilaksanakan sesuai panduan uji stabilitas setempat dan ASEAN.

3) Pengujian Pasca Pemasaran

Studi satabilitas hendaknya dilakukan tiap tahun terhadap produk yang dipasarkan. Studi tersebut hendaknya dilaksanakan pada 1 bets dari tiap produk/tahun dan meliputi paling sedikit selama 12 bulan untuk jangka waktu yang cukup mencakup masa simpan/edar yang diusulkan (Balai POM, 2009).


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Bahan-bahan

Natrium alginat 300-400 cp dan natrium alginat 500-600 cp adalah produk Wako Pure Chemical Industries, Ltd. Japan, fero sulfat hidrat, asam askorbat, asam klorida (Merck), kalsium klorida anhidrat (Wako pure chemical industries, Ltd Japan), laktosa, 1,10-fenantrolin-monohidrat, hidroksilamin klorida, natrium asetat trihidrat,

3.2 Alat-alat

Alat disolusi metode dayung, spektrofotometer, neraca listrik (Mettler Toledo), alat pembuat kapsul yang dibuat dari batang besi bentuk silindris dengan panjang 10 cm dan diameter 7,5 mm untuk bagian badan kapsul dan 8,0 mm untuk bagian tutup kapsul, lemari pengering kapsul, mikrometer, pH meter (Hanna), jangka sorong (Tricle), stop watch, viscometer Thomas-Stromer, termometer, climatic chamber (Memmeth), anak timbangan 50 g dan 2 kg, micrometer (Delta), kamera digital, labu tentukur (Pyrex), beaker glass (Pyrex), pipet volume (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), pipet tetes, bola karet dan alat-alat laboratorium yang biasa digunakan.

3.3Prosedur

3.3.1 Pembuatan larutan Hidroksilamin Hidroklorida

Sebanyak 10,0 g hidroksilamin hidroklorida dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda, dikocok sampai larut (Skoog, dkk., 1988).


(40)

3.3.2 Pembuatan larutan Natrium Asetat 1,2 M

Sebanyak 166,0 g natrium asetat dimasukkan dalam labu tentukur 1000 ml, kemudian dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda, dikocok sampai larut (Skoog, dkk., 1988).

3.3.3 Pembuatan larutan Ortofenantrolin

Sebanyak 1,0 g ortofenantrolin monohidrat dimasukkan dalam labu tentukur 1000 ml, ditambahkan 20 tetes HCl pekat, kemudian ditambahkan dengan akuades sampai garis tanda (Skoog, dkk., 1988).

3.3.4 Pembuatan medium cairan lambung buatan (Medium pH 1,2)

Asam klorida pekat sebanyak 8,35 ml ditambahkan akuades hingga 1000 ml (USP XXX).

3.3.5 Pembuatan kurva serapan dan kurva kalibrasi larutan fero sulfat dalam medium cairan lambung buatan (pH 1,2)

3.3.5.1 Pembuatan larutan induk baku fero sulfat

Sebanyak 249,0 mg FeSO4.7H2O dilarutkan dalam larutan lambung buatan

dikocok sampai larut, kemudian dicukupkan dengan larutan lambung buatan sampai garis tanda pada labu tentukur 1000 ml. Diperoleh konsentrasi Fe 50 ppm (Alaerts dan Santika, 1984).

3.3.5.2Pembuatan kurva serapan larutan fero sulfat

Larutan induk baku dipipet 4 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml kemudian ditambahkan 1,0 ml hikroksilamin hidroklorida, 10,0 ml natrium asetat, 10,0 ml ortofenantrolin, dicukupkan dengan larutan lambung buatan sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapannya dengan


(41)

spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 380 sampai dengan 560 nm.

3.3.5.3Penentuan operating time larutan fero sulfat

Larutan induk baku dipipet 4 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml kemudian ditambahkan 1,0 ml hidroksilamin hidroklorida, 10,0 ml natrium asetat, 10,0 ml ortofenantrolin, dicukupkan dengan larutan lambung buatan sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapannya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 510 nm.

3.3.5.4Pembuatan kurva kalibrasi larutan fero sulfat

Larutan induk baku dipipet 100 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 500 ml, kemudian dicukupkan dengan larutan lambung buatan sampai garis tanda, diperoleh konsentrasi Fe 10 ppm (larutan induk baku II). Dari larutan induk baku tersebut dibuat berbagai konsentrasi yaitu : 0,05; 0,10; 0,50; 1,00; 1,50; 2,00; 2,50; 3,00; 3,50; 4,00; 4,50; 5,00; 5,50; 6,00; 7,00 ppm dengan memipet larutan induk baku II masing-masing 0,5; 1; 5; 10; 15; 20; 25; 30; 35; 40; 45; 50; 55; 60; 70 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml kemudian ditambahkan 1,0 ml hidroksilamin hidroklorida, 10,0 ml natrium asetat, 10,0 ml ortofenantrolin, dicukupkan dengan larutan lambung buatan sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapannya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 510 nm.

3.3.5.5 Pengukuran kadar Fe dalam sampel

Larutan hasil disolusi dipipet 2,5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml kemudian ditambahkan 0,25 ml hidroksilamin hidroklorida, 2,5 ml natrium asetat, 2,5 ml ortofenantrolin, dicukupkan dengan larutan lambung buatan sampai


(42)

garis tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapannya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 510 nm.

3.3.6 Pembuatan larutan Kalsium Klorida 0,15 M

Kalsium klorida sebanyak 22,05 g dilarutkan dalam akuades bebas CO2

secukupnya dan ditambahkan sampai 1000 ml (Ditjen POM, 1995).

3.3.7 Pembuatan larutan Natrium Alginat

3.3.7.1Pembuatan larutan Natrium Alginat 300-400 cp

Formula:

Natrium alginat 300 - 400 cp 4,5 g

Gliserin 2 g

Nipagin 0,25 g

Aquadest ad 100 ml.

Sebanyak 0,25 g nipagin dilarutkan dengan aquadest panas tambahkan gliserin sebanyak 2 g cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml (massa I). Natrium alginat ditaburkan dengan massa I secara bergantian dimana dasar wadah dimasukkan massa I terlebih dahulu lalu ditaburkan Natrium Alginat hingga menutupi permukaan massa I. Perlakuan ini di lanjutkan bergantian hingga natrium alginat habis dan terakhir bagian atasnya diakhiri dengan massa I juga. Diamkan selama 24 jam dan homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk

3.3.7.2Pembuatan larutan Natrium Alginat 500-600 cp

Formula:

Natrium alginat 500 - 600 cp 4 g

Gliserin 2 g


(43)

Aquadest ad 100 ml.

Sebanyak 0,25 g nipagin dilarutkan dengan aquadest panas tambahkan gliserin sebanyak 2 g cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml (massa I). Natrium alginat ditaburkan dengan massa I secara bergantian dimana dasar wadah dimasukkan massa I terlebih dahulu lalu ditaburkan Natrium Alginat hingga menutupi permukaan massa I. Perlakuan ini di lanjutkan bergantian hingga natrium alginat habis dan terakhir bagian atasnya diakhiri dengan massa I juga. Diamkan selama 24 jam dan homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk

3.3.8 Pengukuran viskositas larutan natrium alginat

Viskometer Thomas-Stromer diletakkan ditepi meja yang datar sehingga alat penggerak dengan beban 100 g dapat jatuh tanpa gangguan. Kemudian beaker glass berisi 200 ml larutan natrium alginat diletakkan diatas meja pengukuran dan dinaikkan sampai rotor baling-baling terendam ditengah-tengah sampel dan mencapai tanda pada tangkai rotor. Selanjutnya rem dilepaskan dan diukur waktu yang diperlukan untuk mencapai 100 kali putaran dengan menggunakan stopwatch.

3.3.9 Pembuatan cangkang kapsul alginat

Alat pencetak kapsul dibuat dari bahan besi dengan panjang 10 cm. Untuk badan cangkang kapsul berdiameter 7,5 mm sedangkan untuk tutup cangkang kapsul berdiameter 8 mm. Alat pencetak kapsul tersebut dicelupkan ke dalam larutan natrium alginat sedalam 3 cm untuk badan cangkang kapsul dan 1,5 cm untuk tutup cangkang kapsul selama 1 menit. Kemudian, batang besi yang ujungnya sudah dilapisi larutan natrium alginat tersebut dimasukkan ke dalam larutan kalsium klorida 0,15 M sedalam 4 cm dan direndam selama 75 menit


(44)

sambil diaduk dengan bantuan pengaduk magnet. Setelah itu, cangkang kapsul yang telah mengeras direndam dalam aquadest selama 24 jam untuk menghilangkan kalsium yang menempel pada cangkang kapsul dan selanjutnya dikeringkan di lemari pengering selama 4 jam. Cangkang kapsul alginat basah tetap berada pada alat pencetak kapsul yang sebelumnya telah dilapisi dengan plastik. Sesudah kering, kapsul ditarik dari alat pencetak dan digabungkan badan dan tutup kapsul kemudian disimpan dalam botol plastik.

3.3.10Pembuatan sediaan kapsul

Fero sulfat sebanyak 250,0 mg, asam askorbat 50,0 mg dan laktosa 50,0 mg masing-masing ditimbang tepat dengan menggunakan neraca listrik, kemudian dicampur sampai homogen lalu diisikan ke dalam bagian badan cangkang kapsul alginat melalui bagian ujung yang terbuka lalu ditutup dengan bagian tutup cangkang kapsul dengan mendorong sedalam 1 cm menutupi bagian badan kapsul yang terbuka. Kapsul diolesi dengan bahan perekat larutan natrium alginat sehingga bagian tutup kapsul dengan bagian badan kapsul menyatu dengan baik. Perekatan kapsul dengan larutan natrium alginat di lakukan setiap sebelum disolusi.

3.4 Penyimpanan

3.4.1 Penyimpanan pada suhu kamar

Cangkang kapsul disimpan dalam wadah yang bersilica gel pada suhu kamar. Pada akhir periode tertentu (3 bulan), cangkang kapsul dikeluarkan dan dilakukan pengujian terhadap cangkang kapsul, meliputi pengamatan warna, uji disolusi dan uji kerapuhan.


(45)

3.4.2 Penyimpanan pada suhu 40ºC, RH 75%

Cangkang kapsul disimpan dalam wadah bersilica gel di climatic chamber pada suhu 40ºC, RH 75%. Pada akhir periode tertentu (3 bulan), cangkang kapsul dikeluarkan dan dilakukan pengujian terhadap cangkang kapsul, meliputi pengamatan warna, uji disolusi, uji kerapuhan.

3.5 Pengujian

3.5.1 Pengujian pengamatan warna

Pengujian pengamatan warna dilakukan secara visual, yaitu dengan melihat perubahan warna yang terjadi setelah penyimpanan pada akhir periode tertentu (3 bulan).

3.5.2 Uji Disolusi

3.5.2.1Parameter uji disolusi

Medium disolusi : Cairan lambung buatan pH 1,2 ( HCl 0,1 N)

Kecepatan pengadukan : 50 rpm

Volume medium : 900 ml

Suhu medium : 37 + 0,5oC

Metode : dayung

Sampel : Kapsul alginat yang mengandung fero sulfat, asam

askorbat dan laktosa.

3.5.2.2Prosedur uji disolusi

Dimasukkan 900 ml medium disolusi ke dalam wadah disolusi dan diatur suhu 37 + 0,5ºC dan kecepatan pengadukannya 50 rpm. Pada kapsul alginat yang ingin di disolusi berikan pemberat berbentuk ring. Pada saat kapsul jatuh ke dasar wadah medium, lalu tekan tombol putar bersamaan dengan menghidupkan stopwach.


(46)

Sebutir kapsul alginat yang mengandung fero sulfat 250,0 mg (50,02 mg Fe), asam askorbat 50,0 mg dan laktosa 50,0 mg dimasukkan ke dalam wadah disolusi. Selama 180 menit kapsul didisolusi didalam medium lambung buatan (pH 1,2). Pada interval waktu tertentu dipipet sebanyak volume tertentu. Pengambilan cuplikan dilakukan pada posisi yang sama yaitu pada pertengahan antara permukaan medium disolusi dan bagian atas dari dayung tidak kurang 1 cm dari dinding wadah (Ditjen POM, 1995). Larutan itu kemudian diukur pada panjang

gelombang (λ) 510 nm. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.

3.5.3 Uji kerapuhan

3.5.3.1 Cangkang kapsul kosong

Cangkang kapsul kosong diletakkan dalam kotak akrilik, kemudian dijatuhkan beban seberat 50 g dari ketinggian 10 cm. Diamati kerapuhan cangkang kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul.

3.5.3.2Cangkang kapsul berisi (uji ketahanan terhadap tekanan)

Cangkang kapsul yang berisi Fero sulfat dan laktosa diletakkan dalam kotak akrilik, kemudian ditekan dengan anak timbangan seberat 2 kg. Diamati kerapuhan cangkang kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul.

3.6 Penentuan spesifikasi cangkang kapsul

3.6.1 Pengukuran panjang dan diameter cangkang kapsul

Panjang dan diameter cangkang kapsul diukur menggunakan jangka sorong.


(47)

3.6.2 Pengukuran ketebalan cangkang kapsul

Ketebalan cangkang kapsul diukur menggunakan mikrometer. Pengukuran dilakukan 5 kali untuk masing-masing sampel, satu kali di central dan 4 kali di bagian perifer, kemudian di rata-ratakan.

3.6.3 Penimbangan berat cangkang kapsul

Berat cangkang kapsul ditimbang menggunakan neraca analitik.

3.6.4 Pengamatan warna cangkang kapsul

Warna cangkang kapsul diamati secara visual

3.6.5 Pengukuran volume cangkang kapsul

Pengukuran volume cangkang kapsul dilakukan menggunakan pipet volume 1 ml dimana badan kapsul diisi dengan air sampai penuh.


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Viskositas Larutan Natrium Alginat

Viskositas larutan natrium alginat diukur dengan menggunakan viscometer Thomas-Stromer. Dari hasil pengukuran viskositas larutan natrium alginat 300-400 cp diperoleh viskositas sebesar 8738 cp dan viskositas larutan alginat 500-600 cp diperoleh viskositas sebesar 19933 cp. Pada viskositas tersebut, larutan alginat mempunyai sifat alir dan kekentalan yang sesuai untuk dapat dicetak menjadi cangkang kapsul. Range viskositas yang dapat dicetak antara 7200-48544 cp (Bangun, 2010). Viskositas dihitung berdasarkan kurva kalibrasi khas yang dapat menyajikan suatu konversi satuan kecepatan dan berat alat penggerak menjadi viskositas dalam sentipois.

4.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat

Pengukuran panjang, diameter, berat dan warna cangkang kapsul dilakukan untuk badan cangkang kapsul, tutup cangkang kapsul dan cangkang kapsul keseluruhan. Pengukuran ketebalan dilakukan terhadap badan dan tutup cangkang kapsul. Sedangkan pengukuran volume hanya dilakukan terhadap badan cangkang kapsul, karena umumnya bahan obat hanya diisikan ke dalam badan cangkang kapsul sebelum ditutup dengan tutup kapsul. Air yang digunakan untuk mengukur volume cangkang kapsul diisi sampai meniskus atas, air menyentuh ujung kapsul untuk mencegah kelebihan pembacaan volume cangkang kapsul.

Cangkang kapsul yang dibuat merupakan cangkang kapsul ukuran 0 menurut Shionogi Qualicaps pada Tabel 4.2. Hal ini bisa dilihat dari spesifikasi cangkang kapsul alginat pada Tabel 4.1.


(49)

Tabel 4.1 Spesifikasi cangkang kapsul alginat ukuran 0

No Spesifikasi Tutup cangkang Badan cangkang Cangkang kapsul keseluruhan

1 Panjang (mm) 11,20 18,30 22,00

2 Diameter (mm) 7,60 7,30 -

3 Berat (mg) - - 49

4 Warna Transparan Transparan Transparan

5 Volume (ml) - 0,63 -

Tabel 4.2 Spesifikasi cangkang kapsul 0 menurut Shionogi Qualicaps, 2002

Ukuran kapsul

Tutup Kapsul Badan Kapsul Panjang Cangkang Kapsul Keseluruhan (mm) Panjang (mm) Diameter (mm) Panjang (mm) Diameter (mm)

0 10,90 7,66 18,60 7,36 21,80

Toleransi ± 0,30 ± 0,30 ± 0,30 ± 0,30 ± 0,30

Tabel 4.3 Ketebalan cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600cp

No Kapsul alginat Central Periver

I II III IV

300-400 cp

1. Tutup 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

2. Badan 0,04 0,04 0,04 0,05 0,05

500-600 cp

1. Tutup 0,06 0,05 0,06 0,06 0,05

2. Badan 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

Dari Tabel 4.3 dapat diketahui ketebalan cangkang kapsul alginat 300-400 cp lebih tipis dari cangkang kapsul alginat 500-600 cp. Hal ini disebabkan karena pengaruh nilai viskositas alginat 500-600 cp lebih besar dari nilai viskositas alginat 300-400 cp.


(50)

4.3.1 Sifat fisik cangkang kapsul

Tabel 4.4 Sifat fisik cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp

No Penyimpanan 300-400 cp 500-600 cp

1. Mula-mula putih transparan putih transparan

2. Suhu kamar putih transparan putih transparan

3. Suhu 40ºC, RH 75% putih kecoklatan putih kecoklatan

1) 2) 3)

4) 5) 6) Gambar 4.1 Cangkang kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp

Keterangan :

1)Kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan.

2)Kapsul alginat 300-400 cp pada suhu kamar 28ºC setelah penyimpanan 3 bulan

3)Kapsul alginat 300-400 cp pada suhu 40ºC setelah penyimpanan 3 bulan

4)Kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan.

5)Kapsul alginat 500-600 cp pada suhu kamar 28ºC setelah penyimpanan 3 bulan

6)Kapsul alginat 500-600 cp pada suhu 40ºC setelah penyimpanan 3 bulan

Dapat dilihat dari Gambar 4.1 bahwa perubahan warna terjadi pada bahan obat Fero sulfat dan cangkang kapsul alginat. Ditinjau dari pemerian Fero sulfat berwarna hijau kebiruan yang sama ditunjukkan pada Gambar 4.1. Namun setelah penyimpanan 3 bulan warna Fero sulfat menunjukkan perubahan warna, dimana


(51)

pada suhu kamar 28ºC, RH 70 % berwarna kuning kecoklatan sedangkan pada suhu 40ºC, RH 75 % berwarna coklat kehitaman.

Pada penyimpanan selama 3 bulan di suhu 40ºC, RH 75 % cangkang kapsul alginat sedikit mengalami perubahan warna dari putih transparan menjadi putih kecoklatan. Perubahan warna Fero sulfat dan warna cangkang kapsul alginat terjadi karena teroksidasinya Fero sulfat menjadi Feri sulfat.

4.3.2 Sifat fisik bahan obat di dalam cangkang kapsul alginat

Pemerian Fero sulfat:Hablur atau granul warna hijau kebiruan,

pucat, tidak berbau dan rasa seperti garam. Merekah di udara kering. Segera

teroksidasi dalam udara lembab membentuk besi (III) sulfat berwana kuning kecoklatan (Ditjen POM, 1995).

Berdasarkan pemerian Fero sulfat (Ditjen POM, 1995) menunjukkan

perubahan warna baik penyimpanan pada suhu kamar maupun suhu 40ºC.


(52)

4.4Profil disolusi fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) dan suhu 40ºC, RH 75%

4.4.1 Berdasarkan penyimpanan

4.4.1.1Profil disolusi fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%)

Grafik 4.1 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan Fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan dan

setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) .

Pada Grafik 4.1 terlihat perbedaan pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu

kamar (28ºC, RH 70%). Pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp

sebelum penyimpanan pada menit 5 mengalami pelepasan sebanyak 3,53% kemudian di lanjutkan kenaikan pelepasan yang berarti dimulai pada menit 15 hingga menit 45. Hal ini di sebabkan berdifusinya medium pH 1,2 kedalam cangkang kapsul sehingga obat dapat melarut dan menembus keluar dari

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 50 100 150 200

% k u m u la ti f ter lep a s Waktu (menit)


(53)

cangkang kapsul alginat tersebut. Harga AUC sebelum penyimpanan pada kapsul alginat 300-400 cp adalah 11668,55.

Pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp setelah penyimpanan

3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) memiliki harga AUC sebesar 6824,02.

Penurunan kadar Fero pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) terjadi karena

teroksidasinya fero sulfat menjadi feri sulfat.

Setelah dilakukan uji statistik profil disolusi fero sulfat dalam medium pH

1,2 menggunakan Independent T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

menunjukkan perbedaan dimana diperoleh T hitung = 21,842 dan T tabel = 2,776. Dari data ini menunjukkan bahwa sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan memiliki perbedaan.

4.4.1.2 Profil disolusi fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan pada suhu 40ºC, RH 75%)

Grafik 4.2 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan dan setelah

penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75%.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 50 100 150 200

% k u m u la ti f ter lep a s Waktu (menit)


(54)

Pada Grafik 4.2 terlihat perbedaan pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu

40ºC, RH 75%. Fero sebelum penyimpanan mengalami pelepasan sebesar 83,15%

sedangkan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75% mengalami

pelepasan sebesar 20,13%.

Ditinjau dari harga AUC, pelepasan fero sebelum penyimpanan sebesar

11668,55 sedangkan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75%

sebesar 2417,24. Dari pernyataan berikut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan pelepasan fero, di mana hal ini disebabkan karena kadar fero yang terdapat di dalam kapsul sedikit akibat dari fero sulfat teroksidsi menjadi feri sulfat.

Setelah dllakukan uji statistik profil disolusi fero sulfat dalam medium pH

1,2 menggunakan Independent T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% ((α =

0,05) menunjukkan perbedaan di mana diperoleh T hitung = 159,270 dan T tabel = 2,776. Dari data ini menunjukkan bahwa sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan memiliki perbedaan.


(55)

4.4.1.3 Profil disolusi fero sulfat dari kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%)

Grafik 4.3 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah

penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%).

Pada Grafik 4.3 tidak terlihat perbedaan pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada

suhu kamar (28ºC, RH 70%). Pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp

sebelum penyimpanan pada menit 5 mengalami pelepasan sebanyak 0,56% kemudian di lanjutkan kenaikan pelepasan yang berarti dimulai pada menit 15 hingga menit 45. Hal ini di sebabkan berdifusinya medium pH 1,2 kedalam cangkang kapsul sehingga obat dapat melarut dan menembus keluar dari cangkang kapsul alginat tersebut. Harga AUC sebelum penyimpanan pada kapsul alginat 500-600 cp adalah 2647,17.

Pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat 500-600 cp setelah penyimpanan

3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) memiliki harga AUC sebesar 2585,87.

Penurunan kadar fero pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) terjadi karena

0 5 10 15 20 25

0 50 100 150 200

% k u m u la ti f ter lep a s Waktu (menit)


(56)

teroksidasinya fero sulfat menjadi feri sulfat. Dari grafik terlihat bahwa ada kemungkinan cangkang kapsul alginat viskositas 500-600 cp dapat digunakan sebagai pertahanan stabilitas.

Setelah dilakukan uji statistik profil disolusi fero sulfat dalam medium pH

1,2 menggunakan Independent T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

menunjukkan perbedaan di mana diperoleh T hitung = 6,290 dan T tabel = 2,776. Dari data ini menunjukkan bahwa sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan memiliki perbedaan.

4.4.1.4 Profil disolusi fero sulfat dari kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan pada suhu 40ºC, RH 75%)

Grafik 4.4 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah

penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75%.

Pada Grafik 4.4 terlihat perbedaan pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan 3 bulan pada

suhu 40ºC, RH 75%. Fero sebelum penyimpanan mengalami pelepasan sebesar

0 5 10 15 20 25

0 50 100 150 200

% k u m u la ti f ter lep a s Waktu (menit)


(57)

20,16% sedangkan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75% mengalami pelepasan sebesar 10,12%.

Ditinjau dari harga AUC, pelepasan Fero sebelum penyimpanan sebesar

2647,17 sedangkan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75%

sebesar 1238,20. Dari pernyataan berikut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan pelepasan fero, di mana hal ini disebabkan karena kadar fero yang terdapat di dalam kapsul sedikit akibat dari fero sulfat teroksidasi menjadi feri sulfat.

Setelah dllakukan uji statistik profil disolusi fero sulfat dlam medium pH

1,2 menggunakan Independent T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% ((α =

0,05) menunjukkan perbedaan dimana diperoleh T hitung = 352,731 dan T tabel = 2,776. Dari data ini menunjukkan bahwa sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan memiliki perbedaan.

4.4.2 Berdasarkan viskositas

Pada percobaan ini dilakukan profil disolusi fero sulfat dari dua kapsul yang berbeda viskositasnya, yaitu kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp. Pengujian ini dilakukan berdasarkan sebelum penyimpanan dan setelah


(58)

4.4.2.1Profil disolusi ferosulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp dan kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan

Grafik 4.5 Pelepasan Ferosulfat dari kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp sebelum penyimpanan.

Dari Grafik 4.5 terlihat jelas perbedaan pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp. Pada kapsul alginat 300-400 cp lebih cepat pelepasannya dibandingkan dengan kapsul alginat 500-600 cp. Hal ini dipengaruhi oleh nilai viskositas kapsul alginat 300-400 cp lebih rendah dibandingkan kapsul alginat 500-600 cp. Nilai viskositas berhubungan dengan ketebalan cangkang kapsul dan mempengaruhi profil disolusi pelepasan obat tersebut. Adapun pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp yaitu 83,15% sedangkan pada kapsul alginat 500-600 cp yaitu 20,16%. Ditinjau dari harga AUC, pelepasan Fero sebelum penyimpanan dari kapsul alginat 300-400 cp sebesar 11668,5481 sedangkan kapsul alginat 500-600 cp sebesar 2647,17.

Dari data statistik yang dilakukan menggunakan metode Independent

T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), profil disolusi Fero sulfat

berdasarkan viskositas dari kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600cp sebelum

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 50 100 150 200

% k u m u la ti f ter lep a s waktu (menit)


(59)

penyimpanan dalam medium pH 1,2 menunjukkan perbedaan dimana diperoleh T hitung = 2021,760 dan T tabel = 2,776.

4.4.2.2Profil disolusi fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp dan kapsul alginat 500-600 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar 28ºC, RH 70%

Grafik 4.6 Pelepasan fero sulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp

setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%)

Dari Grafik 4.6 terlihat jelas perbedaan pelepasan fero sulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp. Pada kapsul alginat 300-400 cp lebih cepat pelepasannya dibandingkan dengan kapsul alginat 500-600 cp. Hal ini dipengaruhi oleh nilai viskositas kapsul alginat 300-400 cp lebih rendah dibandingkan kapsul alginat 500-600 cp. Nilai viskositas berhubungan dengan ketebalan cangkang kapsul dan mempengaruhi profil disolusi pelepasan obat tersebut. Adapun pelepasan fero sulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp yaitu 50,23% sedangkan pada kapsul alginat 500-600 cp yaitu 19,04%. Ditinjau dari

harga AUC, pelepasan fero setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (280C,

RH 70%) dari kapsul alginat 300-400 cp sebesar 6824,02 sedangkan kapsul alginat 500-600 cp sebesar 2585,87.

0 10 20 30 40 50 60

0 50 100 150 200

% k u m u la ti f ter lep a s waktu (menit)


(60)

Dari data statistik yang dilakukan menggunakan metode Independent T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), profil disolusi fero sulfat berdasarkan viskositas dari kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600cp setelah

penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) dalam medium pH 1,2

menunjukkan perbedaan dimana diperoleh T hitung = 19,094 dan T tabel = 2,776.

4.4.2.3Profil disolusi ferosulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp dan kapsul alginat 500-600 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75%

Grafik 4.7 Pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp

setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75%.

Dari Grafik 4.7 terlihat jelas perbedaan pelepasan fero sulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp. Pada kapsul alginat 300-400 cp lebih cepat pelepasannya dibandingkan dengan kapsul alginat 500-600 cp. Hal ini dipengaruhi oleh nilai viskositas kapsul alginat 300-400 cp lebih rendah dibandingkan kapsul alginat 500-600 cp. Nilai viskositas berhubungan dengan ketebalan cangkang kapsul dan mempengaruhi profil disolusi pelepasan obat tersebut. Adapun pelepasan fero sulfat dalam kapsul alginat 300-400 cp yaitu 20,13% sedangkan pada kapsul alginat 500-600 cp yaitu 10,12%. Ditinjau dari

harga AUC, pelepasan fero setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH

0 5 10 15 20 25

0 50 100 150 200

% k um u la ti f ter lep a s waktu (menit)


(61)

75%) dari kapsul alginat 300-400 cp sebesar 2417,2458 sedangkan kapsul alginat 500-600 cp sebesar 1238,2081.

Dari data statistik yang dilakukan menggunakan metode Independent

T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), profil disolusi Fero sulfat

berdasarkan viskositas dari kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600cp setelah

penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75% dalam medium pH 1,2

menunjukkan perbedaan dimana diperoleh T hitung = 20,310 dan T tabel = 2,776.

4.4.3 Berdasarkan kinetika pelepasan obat

Dalam percobaan disolusi secara in vitro dengan menggunakan alat disolusi terdiri dari 3 orde pelepasan yaitu pelepasan orde-nol, pelepasan orde

pertama dan pelepasan √�

Kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan pada pelepasan order nol

memiliki nilai R2 sebesar 0,753, pelepasan order pertama memiliki nilai R2 sebesar

0,586 dan pelepasan √� memiliki nilai R2 0,886. Berdasarkan grafik profil disolusi

fero sulfat terlihat bahwa kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan

mendekati pada pelepasan √� dimana pelepasan √� memplot jumlah obat (c) yang

terlepas versus akar waktu (√�) memberikan garis lurus. Hal ini dapat di


(62)

.

Grafik 4.8 Kinetika pelepasan √� dari kapsul alginat 300-400 cp sebelum penyimpanan

Kapsul alginat 300-400 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar

28ºC, RH 70% terhadap pelepasan order nol memiliki nilai R2 sebesar 0,764,

pelepasan order pertama memiliki nilai R2 sebesar 0,596 dan pelepasan √�

memiliki nilai R2 0,898. Berdasarkan grafik profil disolusi fero sulfat terlihat

bahwa kapsul alginat 300-400 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar

28ºC,RH 70% mendekati pada pelepasan √� dimana pelepasan √�memplot

jumlah obat (c) yang terlepas versus akar waktu ((√�) memberikan garis lurus.

Hal ini dapat di tunjukkan dari Grafik 4.9.


(63)

Kapsul alginat 300-400 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu

40ºC,RH75% terhadap pelepasan order nol memiliki nilai R2 sebesar 0,913,

pelepasan order pertama memiliki nilai R2 sebesar 0,715 dan pelepasan

√�memiliki nilai R2 0,978. Berdasarkan grafik profil disolusi fero sulfat terlihat

bahwa kapsul alginat 300-400 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar

28ºC,RH 70% mendekati pada pelepasan√� dimana pelepasan √�memplot

jumlah obat (c) yang terlepas versus akar waktu ((√�) memberikan garis lurus.

Hal ini dapat di tunjukkan dari Grafik 4.10.

Grafik 4.10 Kinetika pelepasan √� dari kapsul alginat 300-400 cp setelah


(64)

Kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan pada pelepasan order nol

memiliki nilai R2 sebesar 0,803, pelepasan order pertama memiliki nilai R2 sebesar

0,637 dan pelepasan √� memiliki nilai R2 0,912. Berdasarkan grafik profil

disolusi fero sulfat terlihat bahwa kapsul alginat 500-600 cp sebelum

penyimpanan mendekati pada pelepasan √� dimana pelepasan t1/2 memplot

jumlah obat (c) yang terlepas versus akar waktu (√�) memberikan garis lurus. Hal

ini dapat di tunjukkan dari Grafik 4.11.

Grafik 4.11 Kinetika pelepasan √� dari kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan


(65)

Kapsul alginat 500-600 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar

28ºC, RH70% terhadap pelepasan order nol memiliki nilai R2 sebesar 0,783,

pelepasan order pertama memiliki nilai R2 sebesar 0,626 dan pelepasan

√�memiliki nilai R2 0,901. Berdasarkan grafik profil disolusi fero sulfat terlihat

bahwa kapsul alginat 500-600 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar

28ºC,RH 70% mendekati pada pelepasan √�dimana pelepasan √�memplot

jumlah obat (c) yang terlepas versus akar waktu (√�) memberikan garis lurus. Hal

ini dapat di tunjukkan dari Grafik 4.12.

Grafik 4.12 Kinetika pelepasan √�dari kapsul alginat 500-600 cp


(66)

Kapsul alginat 500-600 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC,

RH 75% terhadap pelepasan order nol memiliki nilai R2 sebesar 0,862, pelepasan

order pertama memiliki nilai R2 sebesar 0,679 dan pelepasan √� memiliki nilai R2

0,954. Berdasarkan grafik profil disolusi fero sulfat terlihat bahwa kapsul alginat

500-600 cp setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC,RH 75% mendekati

pada pelepasan √� dimana pelepasan t1/2 memplot jumlah obat (c) yang terlepas

versus akar waktu (√�) memberikan garis lurus. Hal ini dapat di tunjukkan dari

Grafik 4.13.

Grafik 4.13. Kinetika pelepasan √� dalam kapsul alginat 500-600cp setelah

penyimpanan 3 bulan pada suhu 40ºC,RH 75%.

4.5Uji Kerapuhan

Untuk uji kerapuhan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu cangkang kapsul kosong dan cangkang kapsul yang berisi bahan obat dimana masing-masing kelompok terdiri dari 6 cangkang kapsul. Cangkang kapsul tersebut disimpan


(67)

4.5.1 Cangkang kapsul kosong

Untuk uji kerapuhan ini, pada cangkang kapsul kosong dijatuhkan beban 50

g dari ketinggian 10 cm dimana beban 50 g ini diibaratkan sebagai tekanan yang terjadi saat membuka kemasan kapsul. Kapsul dikatakan rapuh apabila setelah dijatuhkan beban, cangkang kapsul retak atau pecah (Nagata, 2002). Kapsul akan rapuh jika kadar uap air yang dikandungnya sedikit. Sebaliknya jika kadar uap airnya terlalu banyak, kapsul cenderung akan melunak.

Dari 6 cangkang kapsul kosong awal yang diuji, tidak terdapat kapsul yang rapuh. Terlihat pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.

a. Sebelum uji kerapuhan suhu kamar b. Setelah uji kerapuhan suhu kamar

Gambar 4.2 Uji Kerapuhan cangkang kapsul kosong penyimpanan 3 bulan pada

suhu kamar

.

a.Sebelum uji kerapuhan suhu 40ºC b. Setelah uji kerapuhan suhu40ºC

Gambar 4.3 Uji Kerapuhan cangkang kapsul kosong penyimpanan 3 bulan pada

suhu 40ºC, RH 75%


(68)

4.5.2 Cangkang kapsul berisi (uji ketahanan terhadap tekanan)

Pada uji ini, cangkang kapsul yang telah diisi dengan fero sulfat, asam askorbat dan laktosa ditekan dengan beban 2 kg. Beban 2 kg diibaratkan sebagai tekanan yang mungkin terjadi selama proses pengisian sampai dengan pengemasan kapsul. Dalam sekali produksi, dapat dihasilkan beribu-ribu kapsul dimana kapsul yang telah diisi dapat tertekan oleh kapsul lainnya sebelum pengemasan. Akibatnya jika kapsul rapuh, maka isi kapsul dapat keluar (Nagata, 2002).

Dari 6 cangkang kapsul awal yang diuji, tidak terdapat cangkang kapsul

yang menunjukkan kerapuhan yang berarti. Terlihat pada Gambar 3.4 dan 3.5.

a. Sebelum uji kerapuhan suhu kamar b. Setelah uji kerapuhan suhu kamar

Gambar 4.4 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar.

a. Sebelum uji kerapuhan suhu 40ºC, RH 75% b. Setelah uji kerapuhan suhu 40ºC, RH 75%


(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.2 Kesimpulan

1. Pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 300-400 cp sebelum

penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) dan suhu 40ºC, RH 75% menunjukkan sedikitnya pelepasan fero sulfat sedangkan pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat 500-600 cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) dan suhu 40ºC, RH 75% juga menunjukkan sedikitnya pelepasan fero sulfat. Sedikitnya pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat 300-400 cp dan 500-600 cp disebabkan fero sulfat teroksidasi menjadi Feri sulfat dan Fero sulfat tidak stabil di simpan dalam kapsul alginat.

2. Perbedaan viskositas dari cangkang kapsul 300-400 cp dan 500-600 cp

memiliki pengaruh terhadap pelepasan fero sulfat dimana viskositas dari natrium alginat yang akan dibuat cangkang kapsul mempengaruhi ketebalan cangkang kapsul dan ketebalan cangkang kapsul tersebut mempengaruhi profil disolusi.

5.2 Saran

Untuk menutupi kestabilan fero sulfat sebaiknya peneliti selanjutnya menggunakan antioksidan lain selain vitamin C yang baik untuk fero sulfat.


(1)

Kinetika Pelepasan Obat dalam kapsul alginat 300-400 cp mula-mula, suhu kamar dan suhu 400C, RH 75% setelah penyimpanan 3 bulan.

a. Keadaan mula-mula kapsul 500-600 cp

No

Waktu

(menit) Konsentrasi log C Akar t

1 0 0 0 0

2 5 0.5616 -0.2506 0.7494

3 10 0.7326 -0.1352 0.8559

4 15 1.1416 0.0575 1.0685

5 30 8.8717 0.9480 2.9785

6 45 13.5781 1.1328 3.6849

7 60 15.7321 1.1968 3.9664

8 75 16.1144 1.2072 4.0143

9 90 17.5152 1.2434 4.1851

10 105 17.7271 1.2486 4.2104

11 120 18.0200 1.2558 4.2450

12 135 18.6801 1.2714 4.3220

13 150 19.2601 1.2847 4.3886

14 165 19.7063 1.2946 4.4392

15 180 20.1593 1.3045 4.4899

1. Grafik pelepasan order nol


(2)

3. Grafik pelepasan t ½

b. Keadaan suhu kamar kapsul 500-600 cp setelah penyimpanan 3 bulan.


(3)

No

Waktu

(menit) Konsentrasi log C Akar t

1 0 0 0 0

2 5 0.5124 -0.2904 0.7158

3 10 0.6954 -0.1578 0.8339

4 15 1.2074 0.0818 1.0988

5 30 8.9377 0.9512 2.9896

6 45 13.5733 1.1327 3.6842

7 60 15.6222 1.1937 3.9525

8 75 16.0273 1.2049 4.0034

9 90 16.4695 1.2167 4.0583

10 105 17.3861 1.2402 4.1697

11 120 17.7699 1.2497 4.2154

12 135 18.3354 1.2633 4.2820

13 150 18.6864 1.2715 4.3228

14 165 18.8534 1.2754 4.3421

15 180 19.0377 1.2796 4.3632

1. Grafik pelepasan order nol


(4)

(5)

c. Keadaan suhu 400C kapsul 500 cp

No

Waktu

(menit) KONSENTRASI log C Akar t

1 0 0 0 0

2 5 0.5280 -0.2774 0.7266

3 10 0.7374 -0.1323 0.8587

4 15 1.3521 0.1310 1.1628

5 30 4.6969 0.6718 2.1672

6 45 6.1825 0.7912 2.4865

7 60 6.7372 0.8285 2.5956

8 75 7.1313 0.8532 2.6704

9 90 7.5962 0.8806 2.7561

10 105 8.0921 0.9081 2.8447

11 120 8.3561 0.9220 2.8907

12 135 8.6740 0.9382 2.9452

13 150 9.1187 0.9599 3.0197

14 165 9.6499 0.9845 3.1064

15 180 10.1229 1.0053 3.1817


(6)

2. Grafik pelepasan order pertama