Pengaruh Penambahan Beberapa Polimer dalam Cangkang Kapsul Alginat terhadap pelepasan Amoksisilin.

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN BEBERAPA POLIMER DALAM CANGKANG KAPSUL ALGINAT

TERHADAP PELEPASAN AMOKSISILIN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH: BARUNA SAFITRI

NIM 091524040

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN BEBERAPA POLIMER DALAM CANGKANG KAPSUL ALGINAT

TERHADAP PELEPASAN AMOKSISILIN OLEH:

BARUNA SAFITRI NIM 091524040

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Desember 2011 Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt. NIP 195201171980031002 NIP. 195409091982011001

Pembimbing II, Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. NIP 195201171980031002

Dra. Anayanti Arianto. M.Si., Apt. Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, Apt. NIP 195306251986012001 NIP 195306191983031001

Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt. NIP 130935857

Medan, Desember 2011 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, karunia dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Beberapa Polimer dalam Cangkang Kapsul Alginat terhadap pelepasan Amoksisilin”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan beberapa polimer dalam cangkang kapsul alginat terhadap pelepasan amoksisilin. Dengan penambahan polimer yaitu polietilen glikol (PEG), gelatin dan Avicel pelepasan amoksisilin menjadi lebih cepat dari cangkang kapsul tanpa penambahan polimer. Tetapi kapsul alginat ini tidak dapat digunakan untuk pelepasan segera (immediate release).

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., dan Ibu Dra. Anayanti Arianto. M.Si., Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen penguji, Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra. SU., Apt. Dan Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt., yang telah memberikan kritikan, saran, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tua, Ayahanda H.Andib dan Ibunda Hj. Zaryati dan adik-adikku tersayang serta teman-teman atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Desember 2011 Penulis,


(4)

Pengaruh Penambahan Beberapa Polimer dalam Cangkang Kapsul Alginat terhadap Pelepasan Amoksisilin

Abstrak

Cangkang kapsul alginat merupakan cangkang kapsul yang tahan terhadap asam lambung, oleh karena itu pelepasan obat dalam lambung lebih lambat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempercepat pelepasan obat menggunakan beberapa polimer dan amoxicillin sebagai model obat.

Pembuatan cangkang kapsul alginat dibuat dengan natrium alginate 80-120 cp dengan konsentrasi 4,5 % dan polimer yang ditambahkan PEG (polietilen glikol), gelatin dan Avicel. Pengujian yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah laju disolusi obat, kerapuhan dan ketebalan cangkang kapsul alginat. Laju disolusi dilakukan menggunakan cairan lambung buatan pH 1,2, kerapuhan kapsul diuji dengan capsule shell impact tester dan ketebalan cangkang kapsul diukur dengan micrometer delta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan polimer berpengaruh terhadap pelepasan amoxicillin, polimer yang lebih cepat pelepasan amoxicillin dari kapsul alginat adalah PEG. Ketebalan dan kerapuhan berparuh juga terhadap pelepasan amoxicillin, penambahn polimer PEG menghasilkan cangkang kapsul alginat lebih tipis, gelatin tidak menambah ketebalan dan Avicel menambah ketebalan cangkang kapsul alginat. Kerapuhan terjadi pada kapsul alginat dengan penambahan Avicel. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa amoxicillin dari kapsul alginat dengan penambahan polimer tidak dapat digunakan untuk pelepasan segera, tetapi dapat digunakan polimer untuk memperbaiki sifat- sifat fisik alginat.


(5)

The Effect of Addition of Some Polymer in Alginate Capsule Shell from Release Amoxicillin

Abstract

Alginate capsule shell is a capsule shell is resistant to gastric acid, therefore the release of drug in the stomach is more slowly. The purpose of this study was to accelerate the release of drug using several polymers and amoxicillin as a drug model.

Preparation of alginate capsule shells are made with sodium alginate with a concentration of 80-120 cp 4.5% and the polymer is added PEG (polyethylene glycol), gelatin and Avicel. Test that will be investigated in this study are dissolution rate drug, brittleness and the thickness alginate capsule shell. Dissolution rate is done using an artificial gastric fluid pH 1.2, the brittleness of the capsule was tested by with the capsule shell impact tester and the capsule shell thickness was measured using a micrometer delta..

The results showed that with the addition of the polymer effect on the release of amoxicillin, a faster release of polymer from amoxicillin capsule alginate is PEG. Thickness and brittleness of the beak is also against the release of amoxicillin, the addition of PEG polymers produce alginate capsule shell is thinner, gelatin does not add thickness and Avicel add the thickness of alginate capsule shell. Brittleness occurs in alginate capsules with the addition of Avicel. Overall, it can be concluded that amoxicillin capsules of alginate with the addition of polymer can not be used for immediate release, but can be used to renew the polymer physical properties of alginate.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... 1

LEMBAR PENGESAHAN ... 2

KATA PENGANTAR ... 3

ABSTRAK ... 4

ABSTRACT ... 5

DAFTAR ISI ... 6

DAFTAR TABEL ... 11

DAFTAR GAMBAR ... 12

DAFTAR LAMPIRAN ... 13

BAB I PENDAHULUAN ... 16

1.1 Latar Belakang ... 16

1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 19

1.3 Perumusan Masalah ... 19


(7)

1.5 Tujuan Penelitian ... 20

1.6 Manfaat Penelitian ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 21

2.1 Polimer ... 21

2.1.1 Polietilen glikol (PEG) ... 21

2.1.2 Gelatin ... 22

2.1.3 Avicel ... 24

2.2 Amoksisilin Trihidrat ... 25

2.2.1 Uraian bahan ... 25

2.2.2 Farmakologi amoksisilin ... 26

2.3 Kapsul ... 27

2.4 Alginat ... 28

2.5 Viskositas ... 29

2.6 Titanium Dioksida ... 29

2.7 Disolusi ... 31


(8)

3.1 Alat-Alat ... 35

3.2 Bahan-Bahan ... 35

3.3 Prosedur Penelitian ... 36

3.3.1 Pembuatan pereaksi ... 36

3.3.1.1 Larutan CaCl2 0,15 M ... 36

3.3.1.2 Pembuatan cairan lambung buatan (pH 1,2) ... 36

3.3.2 Pembuatan cangkang kapsul kalsium alginat ... 36

3.3.2.1 Pembuatan larutan alginat 80-120 cp tanpa polimer 36 3.3.2.2 Pembuatan larutan alginat 80-120 cp dengan penam- bahan polimer ... 37

3.3.2.3 Pengukuran viskositas larutan natrium alginat ... 38

3.3.2.4 Pembuatan badan cangkang kapsul alginat ... 39

3.3.2.5 Pembuatan tutup cangkang kapsul alginat ... 39

3.3.2.6 Pengeringan cangkang kapsul alginat ... 39

3.3.3 Penentuan spesifikasi cangkang kapsul ... 40


(9)

3.3.3.2 Pengukuran volume cangkang kapsul ... 40

3.3.3.3 Penimbangan berat cangkang kapsul ... 40

3.3.3.4 Pengamatan warna cangkang kapsul ... 40

3.3.3.5 Pengukuran ketebalan cangkang kapsul ... 40

3.3.4 Uji kerapuhan ... 41

3.3.4.1 Cangkang kapsul kosong ... 41

3.3.4.2 Cangkang kapsul berisi (uji ketahanan terhadap tekanan) ... 41

3.3.5 Pembuatan larutan induk baku amoksisilin ... 41

3.3.5.1 Pembuatan kurva serapan larutan amoksisilin dalam cairan lambung buatan (pH 1,2) ... 41

3.3.5.2 Pembuatan kurva kalibrasi larutan amoksisilin dalam cairan lambung buatan (pH 1,2) ... 41

3.3.6 Uji disolusi ... 42

3.3.6.1 Medium disolusi ... 42

3.3.6.2 Prosedur uji disolusi ... 43


(10)

4.1 Viskositas Larutan Alginat ... 44

4.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul ... 44

4.3 Uji Kerapuhan ... 48

4.3.1 Cangkang kapsul kosong ... 48

4.3.2 Cangkang kapsul berisi (uji ketahanan terhadap tekanan) . 50 4.4 Pengukuran Uji Pelepasan Amoksisilin dari Kapsul Alginat ... 52

4.4.1 Pengukuran penambahan PEG terhadap pelepasan amok- sisilin dari kapsul alginat ... 54

4.4.2 Pengukuran penambahan gelatin terhadap pelepasan amo- ksisilin dari kapsul alginat ... 56

4.4.3 Pengukuran penambahan Avicel terhadap pelepasan amo- ksisilin dari kapsul alginat ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 4.1 Spesifikasi cangkang kapsul alginat tanpa polimer ... 45

4.2 Spesifikasi cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer

PEG 1% ... 45 4.3 Spesifikasi cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer

PEG 2% ... 45 4.4 Spesifikasi cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer

gelatin 5% ... 46 4.5 Spesifikasi cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer

Avicel 5% ... 46 4.6 Spesifikasi cangkang kapsul 0 menurut Shionogi qualicaps... 46 4.7 Ketebalan cangkang kapsul alginat ... 47


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 18

2.1 Rumus Bangun Amoksisilin Trihidrat ... 24

2.2 Kapsul Gelatin Keras Standar ... 26

2.3 Struktur Alginat ... 27

4.1 Cangkang Kapsul Alginat ... 47

4.2 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp tanpa polimer) ... 48

4.3 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp + PEG 1%) ... 49

4.4 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp + PEG 2 %) ... 49

4.5 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp + gelatin 5%) ... 49

4.6 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginate 80-120 cp + Avicel 5%) ... 50

4.7 Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp berisi ... 51 4.8 Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp+ PEG 1% berisi 51 4.9 Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp+ PEG 2% berisi 52


(13)

4.10 Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp+ gelatin 5% berisi 52 4.11 Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp+ Avicel 5% berisi 52 4.12 Pengaruh penambahan PEG terhadap pelepasan amoksisilin dari

kapsul alginat ... 53 4.13 Pengaruh penambahan gelatin terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat ... 54 4.14 Pengaruh penambahan Avicel terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat ... 56


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pengukuran Viskositas Larutan Alginat ... 61

2. Penentuan Spesifikasi Cangkang kapsul ... 62

3. Alat Pencetak Kapsul dan Lemari Pengering Kapsul ... 71

4. Alat-alat untuk Disolusi ... 72

5. Alat Uji Kerapuhan ... 74

6. Alat Uji Viskositas ... 76

7. Alat Uji Spesifikasi Kapsul ... 77

8. Kurva Serapan Larutan Amoksisilin dalam Cairan Lambung pH 1,2 ... 78

9. Pengukuran Kurva Kalibrasi Larutan Amoksisilin dengan Berbagai Konsentrasi pada Panjang Gelombang 229 nm Medium pH 1,2 ... 79

10. Data Kumulatif Disolusi Amoksisilin dalam Kapsul Alginat (4,5%) 80-120 cp ... 81

11. Data Kumulatif Disolusi Amoksisilin dalam Kapsul Alginat (4,5%) 80-120 cp + PEG 1% ... 85

12. Data Kumulatif Disolusi Amoksisilin dalam Kapsul Alginat (4,5%) 80-120 cp + PEG 2% ... 89

13. Data Kumulatif Disolusi Amoksisilin dalam Kapsul Alginat (4,5%) 80-120 cp + Gelatin 5% ... 93

14. Data Kumulatif Disolusi Amoksisilin dalam Kapsul Alginat (4,5%) 80-120 cp + Avicel 5% ... 97

15. Uji One- Way ANOVA Ketebalan Cangkang Kapsul Alginat 80-120 cp tanpa polimer dengan penambahan polimer (PEG 1%, PEG 2%, Gelatin 5% dan Avicel 5%) ... 101 16. Uji One-Way ANOVA Profil Disolusi Amoksisilin dalam Kapsul


(15)

17. Uji One-Way ANOVA Profil Disolusi Amoksisilin dalam Kapsul

Alginat Tanpa PEG dan dengan Penambahan Gelatin 5% ... 125 18. Uji One-Way ANOVA Profil Disolusi Amoksisilin dalam Kapsul

Alginat Tanpa PEG dan dengan Penambahan Avicel 5% ... 140 19. Daftar F Tabel ... 160


(16)

Pengaruh Penambahan Beberapa Polimer dalam Cangkang Kapsul Alginat terhadap Pelepasan Amoksisilin

Abstrak

Cangkang kapsul alginat merupakan cangkang kapsul yang tahan terhadap asam lambung, oleh karena itu pelepasan obat dalam lambung lebih lambat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempercepat pelepasan obat menggunakan beberapa polimer dan amoxicillin sebagai model obat.

Pembuatan cangkang kapsul alginat dibuat dengan natrium alginate 80-120 cp dengan konsentrasi 4,5 % dan polimer yang ditambahkan PEG (polietilen glikol), gelatin dan Avicel. Pengujian yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah laju disolusi obat, kerapuhan dan ketebalan cangkang kapsul alginat. Laju disolusi dilakukan menggunakan cairan lambung buatan pH 1,2, kerapuhan kapsul diuji dengan capsule shell impact tester dan ketebalan cangkang kapsul diukur dengan micrometer delta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan polimer berpengaruh terhadap pelepasan amoxicillin, polimer yang lebih cepat pelepasan amoxicillin dari kapsul alginat adalah PEG. Ketebalan dan kerapuhan berparuh juga terhadap pelepasan amoxicillin, penambahn polimer PEG menghasilkan cangkang kapsul alginat lebih tipis, gelatin tidak menambah ketebalan dan Avicel menambah ketebalan cangkang kapsul alginat. Kerapuhan terjadi pada kapsul alginat dengan penambahan Avicel. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa amoxicillin dari kapsul alginat dengan penambahan polimer tidak dapat digunakan untuk pelepasan segera, tetapi dapat digunakan polimer untuk memperbaiki sifat- sifat fisik alginat.


(17)

The Effect of Addition of Some Polymer in Alginate Capsule Shell from Release Amoxicillin

Abstract

Alginate capsule shell is a capsule shell is resistant to gastric acid, therefore the release of drug in the stomach is more slowly. The purpose of this study was to accelerate the release of drug using several polymers and amoxicillin as a drug model.

Preparation of alginate capsule shells are made with sodium alginate with a concentration of 80-120 cp 4.5% and the polymer is added PEG (polyethylene glycol), gelatin and Avicel. Test that will be investigated in this study are dissolution rate drug, brittleness and the thickness alginate capsule shell. Dissolution rate is done using an artificial gastric fluid pH 1.2, the brittleness of the capsule was tested by with the capsule shell impact tester and the capsule shell thickness was measured using a micrometer delta..

The results showed that with the addition of the polymer effect on the release of amoxicillin, a faster release of polymer from amoxicillin capsule alginate is PEG. Thickness and brittleness of the beak is also against the release of amoxicillin, the addition of PEG polymers produce alginate capsule shell is thinner, gelatin does not add thickness and Avicel add the thickness of alginate capsule shell. Brittleness occurs in alginate capsules with the addition of Avicel. Overall, it can be concluded that amoxicillin capsules of alginate with the addition of polymer can not be used for immediate release, but can be used to renew the polymer physical properties of alginate.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai macam polimer, baik sintetis maupun alami, telah digunakan dalam sisitem penghantaran obat. Sehingga sistem penghantar obat, polimer yang digunakan diharapkan bersifat biodegradabel dan biokompatibel. Untuk memenuhi sifat ini, pengembangan polimer mengarah pada pemamfaatan polimer alami. Interaksi antar polimer pun turut menjadi suatu cara untuk pengembangan sifat polimer sehingga dapat dicapai sifat yang diharapkan (Mitpracha, 2008).

Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air (Ansel, 2005). Pada umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin. Tergantung pada formulasinya kapsul dapat berupa kapsul gelatin lunak atau keras. Bagaimana pun, gelatin mempunyai beberapa kekurangan, seperti cangkang kapsul gelatin menjadi rapuh jika disimpan pada kondisi kelembaban relatif yang rendah (Chang, dkk., 1998). Kerapuhan ini juga terjadi jika cangkang kapsul gelatin diisikan dengan bahan-bahan higroskopik (Kontny, dkk., 1989). Selain itu, gelatin umumnya berasal dari tulang, kulit dan jaringan ikat hewan, seperti sapi atau babi, sehingga membatasi penggunaannya oleh vegetarian, Yahudi, Muslim dan Hindu. Hal ini karena mereka tidak boleh memakan sapi atau babi (Hidakaa, dkk., 2003).

Natrium alginat yang merupakan garam natrium dari asam alginat bersifat sangat hidrofil dan dapat membentuk gel dengan ion kalsium (Belitz and Grosch, 1987). Alginat mendapat perhatian besar sebagai pembawa untuk pembuatan


(19)

sediaan obat pelepasan terkontrol, selain itu sebagai suspending agent dalam pembuatan suspense dan sebagai hemostatik yang dapat diabsorbsi (Martindale, 1989).

Penelitian-penelitian tentang alginat telah dilakukan untuk mengatasi efek samping pada saluran pencernaan dari penggunaan obat-obatan yang dapat mengiritasi lambung. Bangun (2005) tentang pengujian sifat-sifat ketahanan terhadap asam lambung dan sifat-sifat pengembangan kapsul dilakukan dalam medium cairan lambung buatan (pH 1,2), cairan usus (pH 4,5 dan 6,8), dan pH berganti. Kapsul ternyata tetap utuh dalam cairan lambung buatan pH 1.2 selama percobaan yang dilakukan selama 8 jam. Hal ini berarti bahwa kalsium guluronat yang merupakan komponen yang mempertahankan keutuhan kapsul tetap utuh dalam medium pH 1,2. Sekarang ini akan digunakan kapsul alginat tidak berkaitan dengan iritasi lambung, hanya melihat apakah kapsul alginat dapat digunakan untuk pelepasan segera dengan penambahan beberapa polimer ke dalam cangkang kapsul alginat.

Amoksisilin digunakan sebagai model obat. Amoksisilin merupakan turunan dari penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan, tidak tergantung adanya makanan. Ekskresi Amoksisilin dihambat saat pemberian bersamaan dengan probenesid sehingga memperpanjang efek terapi (Goodman, 2011).

Pada kesempatan ini penulis mencoba meneliti pengaruh penambahan beberapa polimer dalam cangkang kapsul alginat terhadap pelepasan amoksisilin. Polimer yang ditambahkan kedalam cangkang kapsul alginat adalah PEG (polietilen glikol), gelatin dan Avicel.


(20)

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Secara skematis kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1 Variabel Bebas Variabel terikat parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah ada pengaruh polimer (Polietilen glikol=PEG, gelatin, dan Avicel) terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat?

b. Apakah ada pengaruh polimer (polietilen glikol=PEG, Avicel, dan gelatin) terhadap kerapuhan cangkang kapsul alginat?

c. Apakah ada pengaruh penambahan polimer (polietilen glikol=PEG, gelatin, dan Avicel) terhadap ketebalan cangkang kapsul alginat? d. Polimer manakah yang lebih mempercepat pelepasan amoksisilin dari

kapsul alginat? Pelepasan amoksisilin Tanpa Penambahan polimer Penambahan polimer -PEG 1% -PEG 2% -Gelatin 5% -Avicel 5% Laju disolusi dalam cairan lambung buatan (pH 1,2) Sifat- sifat fisik

cangkang kapsul Tanpa penambahan polimer Penambahan polimer -PEG 1% -PEG 2% -Gelatin 5% -Avicel 5% -Spesifikasi cangkang kapsul -Kerapuhan


(21)

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

a. Dengan penambahan polimer pada cangkang kapsul alginat mempercepat pelepasan amoksisilin.

b. Dengan penambahan polimer berpengaruh terhadap kerapuhan cangkang kapsul alginat.

c. Dengan penambahan polimer berpengaruh terhadap ketebalan cangkang kapsul alginat.

d. Polimer yang lebih mempercepat pelepasan amoksisilin adalah polietilen glikol (PEG).

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Meneliti pengaruh penambahan polimer (polietilen glikol=PEG, gelatin dan Avicel) terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat. b. Meneliti pengaruh penambahan polimer (polietilen glikol=PEG,

gelatin dan Avicel) terhadap kerapuhan cangkang kapsul alginat. c. Meneliti pengaruh penambahan polimer (polietilen glikol=PEG,

gelatin dan Avicel) terhadap ketebalan cangkang kapsul alginat. d. Menentukan polimer yang lebih mempercepat pelepasan amoksisilin

dari kapsul alginat.


(22)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang pengaruh penambahan polimer terhadap pelepasan obat dari kapsul alginat.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer

2.1.1 Polietilen glikol (PEG)

PEG (polietilen glikol) merupakan salah satu jenis bahan pembawa yang sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam suatu formulasi untuk meningkatkan pelarutan obat yang sukar larut. Bahan ini merupakan salah satu jenis polimer yang dapat membentuk komplek polimer pada molekul organik apabila ditambahkan dalam formulasi untuk meningkatkan kecepatan pelarutan yang dapat membentuk komplek dengan berbagai obat. Cangkang kapsul dengan menggunakan basis polietilen glikol memiliki beberapa keuntungan karena sifatnya yang inert, tidak mudah terhidrolisis, tidak membantu pertumbuhan jamur (Martin, 1993).

Nama lain dari basis ini adalah Carbowax, Carbowax Sentry, Lipoxol, Lutrol E dan Phenol E. Polietilenglikol 400 adalah polietilenglikol H(O-CH2-CH2)n OH dimana harga n antara 8,2 dan 9,1.Pemerian : cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna,bau khas lemah, agak higroskopik. Kelarutan : larut dalam air, dalam etanol (95%) P, dalam aseton P, dalam glikol lain dan dalam hidrokarbon aromatik, praktis tidak larut dalam eter P dan dalam hidrokarbon alifatik. Bobot molekul rata-rata : 380-420, Kandungan Lembab : Sangat higroskopis walaupun higroskopis turun dengan meningkatnya bobot molekul, titik beku 4-8 0C (Raymond, 2006).

Polietilen glikol (PEG) disebut juga makrogol, merupakan polimer sintetik dari oksietilen dengan rumus struktur H(OCH2CH2)nOH, dimana n adalah jumlah rata-rata gugus oksietilen. PEG umumnya memiliki bobot molekul antara


(24)

200–300000. Penamaan PEG umumnya ditentukan dengan bilangan yang menunjukkan bobot molekul rata-rata. Konsistensinya sangat dipengaruhi oleh bobot molekul. PEG dengan bobot molekul 200-600 (PEG 200-600) berbentuk cair, PEG 1500 semi padat, dan PEG 3000-20000 atau lebih berupa padatan semi kristalin, dan PEG dengan bobot molekul lebih besar dari 100000 berbentuk seperti resin pada suhu kamar. Umumnya PEG dengan bobot molekul 1500-20000 yang digunakan untuk pembuatan dispersi padat (Leuner and Dressman, 2000; Weller, 2003). Polimer ini mudah larut dalam berbagai pelarut, titik leleh dan toksisitasnya rendah, berada dalam bentuk semi kristalin (Craig, 1990). Kebanyakan PEG yang digunakan memiliki bobot molekul antara 4000 dan 20000, khususnya PEG 4000 dan 6000. Proses pembuatan dispersi padat dengan PEG 4000, umumnya menggunakan metode peleburan, karena lebih mudah dan murah (Leuner and Dressman, 2000).

2.1.2 Gelatin

Gelatin adalah suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat putih dan tulang rawan hewan. Gelatin yang berasal dari prekursor yang diasamkan dikenal sebagai tipe A dan yang berasal dari prekursor yang dibasakan dikenal sebagai tipe B. Gelatin yang digunakan dalam pembuatan kapsul atau untuk penyalut tablet. Pemerian; lembaran, keping atau serbuk kasar sampai halus; kuning lemah atau coklat terang; warna bervariasi tergantung ukuran partikel. Larutannya berbau lemah seperti kaldu. Jika kering stabil di udara, tetapi mudah terurai oleh mikroba jika lembab atau dalam bentuk larutan. Gelatin tipe A menunjukkan titik isoelektrik antara pH 7 dan pH 9; gelatin tipe B menunjukkan titik isoelektrik antara pH 4,7 dan pH 5,2 (Ditjen POM, 1995).


(25)

Kelarutan tidak larut dalam air dingin; mengembang dan lunak bila dicelup dalam air; menyerap air secara bertahap sebanyak 5 sampai 10 kali beratnya; larut dalam air panas, dalam asam asetat 6 N dan dalam campuran panas gliserin dan air; tidak larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap (Ditjen POM, 1995).

Gelatin berasal dari bahasa latin “gelatus” yang berarti pembekuan. Gelatin adalah protein yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat putih dan tulang hewan. Gelatin menyerap air 5-10 kali beratnya. Gelatin larut dalam air panas dan jika didinginkan akan membentuk gel. Sifat yang dimiliki gelatin bergantung pada jenis asam amino penyusunnya. Gelatin merupakan polipeptida dengan bobot molekul tinggi, antara 20,000 g/mol sampai 250,000 g/mol (Keenan, 1994).

Bidang farmasi banyak menggunakan gelatin dalam pembuatan kapsul lunak maupun keras dan sebagai bahan pengikat dalam sediaan tablet. Gelatin juga mempunyai banyak fungsi dan sangat aplikatif penggunaannya dalam industri pangan dan non-pangan. Penggunaan gelatin dalam industri pangan misalnya, produk jeli, di industri daging dan susu dan dalam produk low fat food supplement. Pada industri nonpangan gelatin digunakan misalnya pada industri pembuatan film foto. Penelitian mengenai pemanfaatan gelatin dalam bidang farmasi khususnya dalam sistem penghantaran sediaan mukoadesif belum banyak dilakukan. Dari tabel kekuatan polimer bioadesif diketahui bahwa gelatin mempunyai sifat bioadesif yang cukup baik sehingga dapat digunakan dalam sistem penghantaran mukoadesif (Chien, 1992). Sistem penghantaran mukoadesif adalah suatu sistem penghantaran obat dimana obat bersama-sama polimer bioadesif didesain untuk dapat berkontak lebih lama dengan membran mukosa


(26)

dalam saluran pencernaan (Agoes, 2001). Sistem penghantaran mukoadesif ini bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi obat di dalam saluran pencernaan sehingga memberikan keuntungan farmakokinetik dan farmakodinamik obat. 2.1.3 Avicel

avicel merupakan nama dagang dari selulosa mikrokristal. Avicel dibuat dari hidrolisis terkontrol α-selulosa dengan larutan asam mineral encer. Sebagai bahan farmasi avicel digunakan untuk bahan pengisi tablet yang dibuat secara granulasi maupun cetak langsung, bahan penghancur tablet, adsorben dan bahan anti lekat. Avicel diketahui mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang sangat baik. Avicel sering dilakukan co-processing dengan karagenan, sodium karboksimetilselu-losa dan guar gum (Rowe, dkk., 2003).

Selulosa mikrokristal dapat diperoleh secara komersial dari berbagai kualitas dan merek dagang. Salah satu produk selulosa mikrokristal di perdagangan dikenal dengan merek dagang Avicel. Ada beberapa macam jenis avicel, salah satunya avicel PH 102. Avicel PH 102® (mikrokristalin selulosa) di sini digunakan sebagai bahan pengisi. Avicel PH 102® merupakan selulosa yang terdepolimerasi parsial berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau, serbuk kristal yang terdiri atas partikel porous, tidak larut dalam asam encer dan sebagian pelarut organik (Maryatun, 2010).

Avicel PH 102® merupakan produk aglomerasi dengan distribusi ukuran partikel yang besar dan menunjukkan sifat alir serta kompaktibilitas yang baik. Ikatan yang terjadi antar partikelnya adalah ikatan hidrogen, ikatan ini sangat berperan terhadap kekerasan dan kohesifitasnya. Pada tekanan kompresi partikelnya mengalami deformasi plastis, sehingga dapat menaikkan kompaktibilitas (Sheth and Shangraw, 1980).


(27)

2.2 Amoksisilin Trihidrat 2.2.1 Uraian bahan

Rumus Bangun : (Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Rumus Bangun Amoksisilin Trihidrat (USP XXX, 2007) Rumus molekul : C16H19N3O5S.3H2O

Berat molekul : 419,45

Nama Kimia : Asam -6-2-amino-2-(p-hidroksifenil)asetamido-3,3- dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo3,2,0-heptana-2-karboksilat trihidrat

Pemerian : Serbuk hablur putih; praktis tidak berbau (USP XXX, 2007).

Kelarutan : larut dalam air (1:400); etanol (1:1000); metanol (1:200); praktis tidak larut dalam kloroform dan eter (clarke’s,2005).


(28)

2.2.2 Farmakologi amoksisilin

Amoksisilin adalah antibiotik dengan spektrum luas, digunakan untuk pengobatan seperti untuk infeksi pada saluran napas, saluran empedu, dan saluran seni, gonorhu, gastroenteris, meningitis dan infeksi karena Salmonella sp., seperti demam tipoid. Amoksisilin adalah turunan penisilin yang tahan asam tetapi tidak tahan terhadap penisilinase (Siswandono, 2000).

Amoksisilin aktif melawan bakteri gram positif yang tidak menghasilkan β-laktamase dan aktif melawan bakteri gram negatif karena obat tersebut dapat menembus pori–pori dalam membran fosfolipid luar. Untuk pemberian oral, amoksisilin merupakan obat pilihan karena di absorbsi lebih baik daripada ampisilin, yang seharusnya diberikan secara parenteral (Neal, 2007).

Menurut Widodo (1993), amoksisilin dapat memberikan interaksi dengan senyawa lain bila diberikan dalam waktu yang bersamaan. Interaksi tersebut antara lain:

1. Eliminasi Amoksisilin diperlambat pada pemberian dengan Uricosurika (misal Probenesid), Diuretika, dan Asam–asam lemah ( misal asam Asetilsalisilat dan Phenilbutazon).

2. Pemberian bersamaan Antasida–Alumunium tidak menurunkan ketersediaan biologik dari Amoksisilin.

3. Pemberian bersamaan Allopurinol dapat memudahkan timbulnya reaksi– reaksi kulit alergik.

4. Menurunkan keterjaminan kontrasepsi preparat hormon.

5. Kemungkinan terjadi alergik silang dengan Antibiotik Sepalosporin. 6. Antibiotik bacteriostatik mengurangi bactericidal dari Amoksisilin.


(29)

7. Inkompabilitas dengan cairan/larutan dekstrosa.

2.3 Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati dan bahan lain yang sesuai (Ditjen POM, 1995).

Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien ( Ditjen POM, 1995).

Gambar 2.2 Kapsul Gelatin Keras Standar (Stegeman, 2002).

Pada umumnya kapsul berbentuk bulat dan berbentuk silindris dengan ujung setengah bulat. Cangkang kapsul tersebut dapat mengandung zat pewarna dan bahan pengawet yang diizinkan.

Kapsul biasanya dikehendaki secepat mungkin larut didalam lambung dan melepaskan isinya, tetapi untuk tujuan tertentu kapsul dirancang untuk melewati lambung masuk kedalam usus sebelum larut. Produk seperti itu dikenal dalam berbagai istilah, termasuk gastric-resistant, entero-soluble dan enteric. Pertama


(30)

kali diusulkan diproduksi pada tahun 1840-an sebagai metode pemberian terhadap obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung (Podczeck, dkk., 2004).

2.4 Alginat

Asam alginat adalah kopolimer biner yang terdiri dari residu β-D-mannuronat (M) dan α-L-asam guluronat (G) yang tersusun dalam blok-blok yang membentuk rantai linear (Grasdalen, dkk., 1979). Kedua unit tersebut berikatan pada atom C1 dan C4 dengan susunan homopolimer dari masing-masing residu (MM dan GG) dan suatu blok heteropolimer dari dua residu (MG) (Thom, dkk., 1980; Son, dkk., 2003). Struktur alginat dapat dilihat pada (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Struktur Alginat (Chaplin, 2009).

Salah satu sifat dari natrium alginat adalah kemampuannya membentuk gel dengan penambahan larutan garam kalsium seperti kalsium glukonat, kalsium tartrat dan kalsium sitrat. Pembentukan gel ini disebabkan oleh terjadinya kelat antara rantai L-guluronat dengan ion kalsium (Thom, dkk., 1980).

Utuhnya cangkang kapsul kalsium alginat di dalam medium pH 1,2 disebabkan komponen penyusun cangkang alginat yaitu kalsium guluronat masih utuh, sedangkan pelepasan kalsium kemungkinan berasal dari kalsium yang terperangkap dalam kapsul dan terikat dengan manuronat saja. Hal itu berarti


(31)

kalsium guluronat yang bertanggung jawab terhadap keutuhan kapsul di dalam medium pH 1,2 (Bangun, dkk., 2005).

Cangkang kapsul kalsium alginat dapat mengembang dan pecah di dalam medium pH 4,5 dan 6,8 (cairan usus buatan). Hal ini disebabkan terjadi pertukaran ion kalsium dari kalsium alginat (kalsium guluronat) dengan ion natrium yang terdapat pada cairan usus buatan, sehingga terbentuk natrium alginat (natrium guluronat). Pembentukan natrium alginat pada kapsul dapat menyebabkan kapsul bersifat hidrofilik, sehingga mudah menyerap air, mengembang dan pecah (Bangun, dkk., 2005).

2.5Viskositas

Viskositas adalah suatu sifat dari cairan yang lebih bertahan untuk mengalir. Viskositas dapat dianggap sebagai suatu sifat yang relatif dengan air sebagai bahan rujukan dan semua viskositas dinyatakan dalam istilah-istilah air viskositas air murni pada suhu 200C. Viskositas air dianggap satu centipoise (sebenarnya 1,008 centipoise). Suatu bahan cair yang 10 kali kental (viscous) dengan suhu yang sama viskositasnya sama dengan 10 centipoise. Singkatan

centipoise cp (dan jamaknya cps) merupakan istilah yang lebih sesuai daripada unit dasar, satu poise, sama dengan 100 centipoise (Ansel, 2005). Makin kental suatu cairan, makin besar kekuatan yang diperlukan untuk digunakan supaya cairan tersebut mengalir dengan laju tertentu (Martin, dkk., 1993). 2.6Titanium Dioksida

Pewarnaan kapsul sudah digunakan oleh pabrik terutama untuk memberikan penampilan khusus terhadap sebuah produk. Titanium dioksida


(32)

ditambahkan kedalam gelatin untuk untuk menghasilkan kapsul yang berwarna putih atau untuk membuatnya menjadi opak. Pada penambahan warna yang berbeda, banyak kapsul dipasaran diberikan identifikasi selanjutnya ditandai, mungkin dengan nama perusahaan, sebuah simbol dibagian luar cangkang kapsul (Gennaro, 2000).

Titanium dioksida berwarna putih dan dapat menyebabkan warna menjadi opak. Titanium dioksida telah banyak digunakan dalam industri manisan (permen), makanan, kosmetik, plastik dan dalam bidang farmasi untuk pembuatan sediaan oral dan topikal sebagai pigmen pemutih. Karena indeks bias yang tinggi, titanium dioksida mempunyai sifat yang dapat memancarkan cahaya dalam penggunaannya sebagai pigmen pemutih atau pengopak (Rowe, dkk., 2003).

Titanium dioksida merupakan senyawa yang tidak mengiritasi dan tidak bersifat toksik. Penelitian yang dilakukan terhadap beberapa spesies hewan, termasuk manusia, menunjukkan tidak terjadi penyerapan yang signifikan terhadap konsumsi titanium dioksida dan juga tidak tersimpan didalam jaringan (Rowe, dkk., 2003).

Penggunaan titanium dioksida diijinkan sejak tahun 1966 dengan batas 1% dari berat badan (Winarno, 1997). Peraturan di Amerika Serikat mengesahkan penggunaannya secara umum sebagai warna aditif tidak lebih dari 1 %. Uni Eropa juga mengizinkan penggunannya dalam makanan. India membatasi penggunaannya dalam permen karet tidak lebih dari 1 % dan untuk minuman mengandung buah tidak melebihi 100 mg/kg. Sedangkan di Jepang digunakan tanpa batasan dalam makanan (Rao, 2006).

Dalam bidang farmasi, titanium dioksida digunakan sebagai zat pemutih dalam suspensi salut film, tablet salut gula dan kapsul gelatin. Titanium dioksida


(33)

dapat juga dicampurkan dengan zat warna yang lain. Titanium dioksida sangat stabil pada temperatur tinggi, berwarna putih,amorf, tidak berasa dan tidak higroskopis. Tidak larut dalam H2SO4 encer, HCL, HNO3 pelarut-pelarut organik dan air, tetapi larut dalam asam hidrofluoric dan H2SO4 panas (Rowe, dkk., 2003). 2.7 Disolusi

Disolusi adalah proses dimana suatu zat padat menjadi terlarut dalam suatu pelarut. Dalam sistem biologik disolusi obat dalam media “aqueous” merupakan suatu bagian penting sebelum absorbsi sitemik. Laju disolusi obat-obat dengan kelarutan dalam air sangat kecil dari bentuk sediaan padat yang utuh atau terdesintegrasi dalam saluran cerna sering mengendalikan laju absorbsi sistemik obat (Shargel, 1988).

Dalam penentuan laju disolusi obat dari sediaan padat maka harus dipertimbangkan beberapa proses fisikokimia. Proses ini termasuk proses pembasahan sediaan padat, penetrasi medium disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, desintegrasi dan deagregasi (Abdou, 1989).

Faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi dibagi atas 3 kategori yaitu : 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sifat fisikokimia obat, meliputi : a. Efek kelarutan obat.

Kelarutan obat dalam air merupakan faktor utama dalam menentukan laju disolusi. Kelarutan yang besar menghasilkan laju disolusi yang cepat. b. Efek ukuran partikel.

Ukuran partikel berkurang dapat memperbesar luas permukaan obat yang berhubungan dengan medium, sehingga laju disolusi meningkat.

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sediaan obat, meliputi : a. Efek formulasi.


(34)

Laju disolusi suatu bahan obat dapat dipengaruhi bila dicampur dengan bahan tambahan. Bahan pengisi, pengikat dan penghancur yang bersifat hidrofil dapat memberikan sifat hidrofil pada bahan obat yang hidrofob, oleh karena itu disolusi bertambah, sedangkan bahan tambahan yang hidrofob dapat mengurangi laju disolusi.

b. Efek faktor pembuatan sediaan.

Metode granulasi dapat mempercepat laju disolusi obat-obat yang kurang larut. Penggunaan bahan pengisi yang bersifat hidrofil seperti laktosa dapat menambah hidrofilisitas bahan aktif dan menambah laju disolusi.

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan uji disolusi, meliputi : a. Tegangan permukaan medium disolusi.

Tegangan permukaan mempunyai pengaruh nyata terhadap laju disolusi bahan obat. Surfaktan dapat menurunkan sudut kontak, oleh karena itu dapat meningkatkan proses penetrasi medium disolusi ke matriks. Formulasi tablet dan kapsul konvensional juga menunjukkan penambahan laju disolusi obat-obat yang sukar larut dengan penambahan surfaktan kedalam medium disolusi.

b. Viskositas medium.

Semakin tinggi viskositas medium, semakin kecil laju disolusi bahan obat. c. pH medium disolusi.

Larutan asam cenderung memecah tablet sedikit lebih cepat dibandingkan dengan air, oleh karena itu mempercepat laju disolusi (gennaro, 2000). Obat-obat asam lemah disolusinya kecil dalam medium asam, karena bersifat nonionik, tetapi disolusinya besar pada medium basa karena terionisasi dan pembentukan garam yang larut (Martin, 1993).


(35)

United States Pharmacopeia (USP) XXI memberi beberapa metode resmi untuk melaksanakan uji pelarutan yaitu:

a. Metode Keranjang (Basket)

Metode keranjang terdiri atas keranjang silindrik yang ditahan oleh tangkai motor. Keranjang menahan cuplikan dan berputar dalam suatu labu bulat yang berisi media pelarutan. Keseluruhan labu tercelup dalam suatu bak yang bersuhu konstan 37oC. Kecepatan berputar dan posisi keranjang harus memenuhi rangkaian syarat khusus dalam USP yang terakhir beredar. Tersedia standar kalibrasi pelarutan untuk meyakinkan bahwa syarat secara mekanik dan syarat operasi telah dipenuhi.

b. Metode Dayung (Paddle)

Metode dayung terdiri atas suatu dayung yang dilapisi khusus, yang berfungsi memperkecil turbulensi yang disebabkan oleh pengadukan. Dayung diikat secara vertikal ke suatu motor yang berputar dengan suatu kecepatan yang terkendali. Tablet atau kapsul diletakkan dalam labu pelarutan yang beralas bulat yang juga berfungsi untuk memperkecil turbulensi dari media pelarutan. Alat ditempatkan dalam suatu bak air yang bersuhu konstan, seperti pada metode basket dipertahankan pada 37oC. Posisi dan kesejajaran dayung ditetapkan dalam USP. Metode dayung sangat peka terhadap kemiringan dayung. Pada beberapa produk obat, kesejajaran dayung yang tidak tepat secara drastis dapat mempengaruhi hasil pelarutan. Standar kalibrasi pelarutan yang sama digunakan untuk memeriksa peralatan sebelum uji dilaksanakan.

c. Metode Disintegrasi yang Dimodifikasi

Metode ini dasarnya memakai disintegrasi USP ”basket and rack” dirakit untuk uji pelarutan. Bila alat ini dipakai untuk pelarutan maka cakram


(36)

dihilangkan. Saringan keranjang juga diubah sehingga selama pelarutan partikel tidak akan jatuh melalui saringan. Metode ini jarang digunakan dan dimasukkan dalam USP untuk suatu formulasi obat lama. Jumlah pengadukan dan getaran membuat metode ini kurang sesuai untuk uji pelarutan yang tepat (Shargel, 1988).


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh penambahan polimer terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel bebas adalah pelepasan amoksisilin . Sedangkan variabel terikat adalah polimer yang digunakan yaitu polietilen glikol (PEG), gelatin dan Avicel.

3.1 Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitis (Metler Toledo), alat disolusi metoda dayung (Erweka), spektrofotometer (shimadzu UV mini 1240), viscometer Thomas-Stromer, termometer, pH meter (Hanna), anak timbangan 50 g dan 2 kg, jangka sorong (Tricle), micrometer

(Delta), stopwatch, waterbath (Erweka), alat pencetak kapsul yang terbuat dari batang stainless steel berbentuk silindris dengan panjang 10 cm serta berdiameter 6 mm untuk bagian badan cangkang kapsul dan 6,2 mm untuk bagian tutup cangkang kapsul, alat pengering kapsul, labu tentukur 1000 ml (MBL), labu tentukur 25 ml (Pyrex), beaker glass 1000 ml (Pyrex), gelas ukur 1000 ml (pyrex), gelas ukur 10 ml (Pyrex), mat pipet 5 ml (MBL), dan alat-alat laboratorium yang biasa digunakan.


(38)

Natrium alginat 80-120 cp (Wako pure chemical industries, Ltd Japan) , amoksisilin trihidrat (PT. MUTIFA), polietilen glikol (PEG) 400 (PT. Brataco), Avicel 102 (PT. Brataco), gelatin (Aneka Chemical), titanium dioksida (PT. Brataco), kalsium klorida anhidrat ( Wako pure chemical industries, Ltd Japan), alkohol (Merck), gliserin (Merck), nipagin, gliserin (Merck), natrium metabisulfit (Merck) kalsium klorida dihidrat (Merck), HCl pekat (Merck).

3.3Prosedur Penelitian 3.3.1 Pembuatan pereaksi 3.3.1.1Larutan CaCl2 0,15 M

Kalsium klorida dihidrat (CaCl2· 2H2O) sebanyak 22.05 g dilarutkan dalam 1000 ml aqua bebas CO2 (Ditjen POM, 1995).

3.3.1.2 Pembuatan cairan lambung buatan (pH 1,2)

Asam klorida pekat sebanyak 8,35 ml ditambahkan akuades hingga 1000 ml (USP XXX, 2007).

3.3.2 Pembuatan cangkang kapsul kalsium alginat 3.3.2.1Pembuatan larutan alginat 80-120 cp tanpa polimer

Formula:

Alginat 80-120 cp 4,5 g TiO2 0,4 g Nipagin 0,25 g Natrium Metabisulfit 0,1 g

Gliserin 2 g


(39)

Sebanyak 0,25 g nipagin dilarutkan dengan air panas 10 ml, kemudian 2 g gliserin dicampur dengan 20 ml aquadest. Natrium metabisulfit 0,1 g dan TiO2 sebanyak 0,4 g dilarutkan dalam 25 ml aquadest dan semua larutan tadi dicampur menjadi satu. Kemudian taburkan 4,5 g natrium alginat di cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml diaduk perlahan-lahan hingga homogen dan didiamkan selama 24 jam.

3.3.2.2 Pembuatan larutan alginat 80-120 cp dengan penambahan polimer a. Formula larutan natrium alginat PEG 1%

Alginat 80-120 cp 4,5 g PEG 1 g TiO2 0,4 g Nipagin 0,25 g Natrium Metabisulfit 0,1 g Gliserin 2 g Aquadest ad 100 ml b. Formula larutan natrium alginat PEG 2%

Alginat 80-120 cp 4,5 g PEG 2 g TiO2 0,4 g Nipagin 0,25 g Natrium Metabisulfit 0,1 g Gliserin 2 g Aquadest ad 100 ml c. Formula larutan natrium alginat gelatin 5%


(40)

Alginat 80-120 cp 4,5 g Gelatin 5 g TiO2 0,4 g Nipagin 0,25 g Natrium Metabisulfit 0,1 g Gliserin 2 g Aquadest ad 100 ml d. Formula larutan natrium alginat avicel 5%

Alginat 80-120 cp 4,5 g Avicel 5 g TiO2 0,4 g Nipagin 0,25 g Natrium Metabisulfit 0,1 g Gliserin 2 g Aquadest ad 100 ml

Sebanyak 0,25 g nipagin dilarutkan dengan air panas 10 ml kemudian 2 g gliserin dicampur dengan 20 ml aquadest. Natrium metabisulfit 0,1 g dan TiO2 sebanyak 0,4 g dilarutkan dalam 25 ml aquadest, kemudian larutkan polimer (PEG,Gelatin dan avicel) dengan 20 ml aquadest dan semua


(41)

larutan tadi dicampur menjadi satu. Kemudian taburkan 4,5 g natrium alginat di cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml diaduk perlahan-lahan hingga homogen dan didiamkan selama 24 jam. (khusus untuk gelatin di larutkan dengan air panas)

3.3.2.3Pengukuran viskositas larutan natrium alginat

Viskometer Thomas-Stromer diletakkan ditepi meja yang datar sehingga alat penggerak dengan beban 100 g dapat jatuh tanpa gangguan. Kemudian beaker glass berisi 200 ml larutan natrium alginat diletakkan diatas meja pengukuran dan dinaikkan sampai rotor baling-baling terendam ditengah-tengah sampel dan mencapai tanda pada tangkai rotor. Selanjutnya rem dilepaskan dan diukur waktu yang diperlukan untuk mencapai 100 kali putaran dengan menggunakan stopwatch.

3.3.2.4Pembuatan badan cangkang kapsul alginat

Alat pencetak kapsul dibuat dari bahan stainless steel dengan panjang 10 cm diameter 6,0 mm dicelupkan ke dalam larutan natrium alginat sedalam 3 cm, kemudian batang stainless steel yang ujungnya telah dilapisi larutan natrium alginat tersebut direndam dalam larutan kalsium klorida 0,15 M selama 75 menit dan diaduk dengan bantuan pengaduk magnet. Setelah itu cangkang kapsul yang telah mengeras direndam dalam aquadest selama 24 jam untuk menghilangkan kalsium yang menempel pada cangkang kapsul dan selanjutnya dikeringkan.

3.3.2.5Pembuatan tutup cangkang kapsul alginat

Alat pencetak kapsul dibuat dari bahan stainless steel dengan panjang 10 cm diameter 6,2 mm dicelupkan ke dalam larutan natrium alginat sedalam 2,5 cm, kemudian batang stainless steel yang ujungnya telah dilapisi larutan natrium


(42)

alginat tesebut direndam dalam larutan kalsium klorida 0,15 M selama 75 menit dan diaduk dengan bantuan pengaduk magnet. Setelah itu cangkang kapsul yang telah mengeras direndam dalam aquadest selama 24 jam untuk menghilangkan kalsium yang menempel pada cangkang kapsul dan selanjutnya dikeringkan.

3.3.2.6Pengeringan cangkang kapsul alginat

Pengeringan cangkang kapsul dilakukan dengan cara memasukkan di lemari pengering selama 1 hari dimana cangkang kapsul alginat basah tetap berada pada alat pencetak kapsul yang sebelumnya telah dilapisi dengan plastik. Sesudah kering, kapsul ditarik dari alat pencetak dan digabungkan badan dan tutup kapsul kemudian disimpan dalam botol plastik.

3.3.3 Penentuan spesifikasi cangkang kapsul

3.3.3.1 Pengukuran panjang dan diameter cangkang kapsul

Panjang dan diameter cangkang kapsul diukur menggunakan jangka sorong.

3.3.3.2Pengukuran volume cangkang kapsul

Pengukuran volume cangkang kapsul dilakukan dengan menggunakan buret dimana cangkang kapsul diisi dengan air sampai penuh.

3.3.3.3Penimbangan berat cangkang kapsul

Berat cangkang kapsul ditimbang dengan neraca analitik.

3.3.3.4Pengamatan warna cangkang kapsul Warna cangkang kapsul diamati secara visual


(43)

3.3.3.5Pengukuran ketebalan cangkang kapsul

Ketebalan cangkang kapsul diukur menggunakan mikrometer. Pengukuran dilakukan 5 kali untuk masing-masing sampel, satu kali di pusat dan 4 kali di perimeter sekitarnya, kemudian diambil rata-ratanya.

3.3.4 Uji kerapuhan

3.3.4.1Cangkang kapsul kosong

Cangkang kapsul kosong dijatuhkan beban seberat 50 g dari ketinggian 10 cm. Diamati kerapuhan kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 kapsul.

3.3.4.2Cangkang kapsul berisi (uji ketahanan terhadap tekanan)

Cangkang kapsul diisi dengan amilum manihot, kemudian ditekan dengan beban 2 kg. Diamati kerapuhan kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 kapsul.

3.3.5 Pembuatan larutan induk baku amoksisilin

Amoksisilin ditimbang sebanyak 50 mg, dilarutkan dengan larutan medium cairan lambung (pH 1,2) dalam labu takar 100 ml, dikocok sampai larut, lalu ditambahkan medium cairan lambung sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Konsentrasi yang diperoleh 500 ppm (mcg/ml).

3.3.5.1 Pembuatan kurva serapan larutan amoksisilin dalam cairan lambung buatan (pH 1,2)

Larutan Induk Baku (LIB) amoksisilin (2.3.5) dipipet 0,5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian dicukupkan dengan medium pH 1,2 sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Konsentrasi amoksisilin adalah 5


(44)

mcg/ml. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV panjang gelombang 200-400 nm.

3.3.5.2 Pembuatan kurva kalibrasi larutan amoksisilin dalam cairan lambung buatan (pH 1,2)

Larutan Induk Baku (LIB) amoksisilin (2.3.5) dibuat berbagai konsentrasi yaitu 1; 2; 5; 10; 15; 18; 20; 25; 30 mcg/ml dengan cara memipet larutan induk baku masing – masing 0,1; 0,2; 0,5; 1; 1,5; 1,8; 2; 2,5; 3 ml ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian dicukupkan dengan medium pH 1,2 sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan sebelumnya.

3.3.6 Uji disolusi 3.3.6.1 Medium disolusi

Medium disolusi : Cairan lambung buatan pH 1,2 ( HCl 0,1 N) Kecepatan pengadukan : 100 rpm

Volume medium : 900 ml Suhu medium : 37 + 0,5oC

Metode : dayung

Sampel : Kapsul alginat yang mengandung amoksisilin dan dengan penambahan polimer (polietilen glikol=PEG, gelatin dan Avicel) pada cangkang kapsul.


(45)

3.3.6.2Prosedur uji disolusi

Dimasukkan 900 ml medium disolusi ke dalam wadah disolusi dan diatur suhu 37 + 0,5oC dan kecepatan pengadukannya 100 rpm. Pada kapsul alginat yang ingin di disolusi berikan pemberat berbentuk ring. Pada saat kapsul jatuh ke dasar wadah medium, lalu tekan tombol putar bersamaan dengan menghidupkan stopwach. Sebutir kapsul alginat yang mengandung amoksisilin 250 mg dimasukkan ke dalam wadah disolusi. Selama 480 menit kapsul didisolusi didalam cairan lambung buatan (pH1,2). Pada interval waktu tertentu dipipet sebanyak volume tertentu. Pengambilan cuplikan dilakukan pada posisi yang sama yaitu pada pertengahan antara permukaan medium disolusi dan bagian atas dari dayung tidak kurang 1 cm dari dinding wadah (Ditjen POM, 1995). Larutan itu kemudian diukur pada panjang gelombang (λ) 229 nm. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Viskositas Larutan Alginat

Dari hasil pengukuran, viskositas larutan alginat (4,5%) 80-120 cp yang digunakan dalam cangkang kapsul alginat diperoleh viskositas sebesar 6151,16 cp. Pada viskositas tersebut, larutan alginat mempunyai sifat alir dan kekentalan yang sesuai untuk dapat dicetak menjadi cangkang kapsul. Viskositas dihitung berdasarkan kurva kalibrasi khas yang dapat menyajikan suatu konversi satuan kecepatan dan berat alat penggerak menjadi viskositas dalam centipoise. Dapat dilihat dilampiran 1 (hal. 46).

4.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul

Hasil pengukuran spesifikasi cangkang kapsul alginat dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pengukuran panjang, diameter, berat dilakukan terhadap badan, tutup dan keseluruhan cangkang kapsul. Pengukuran ketebalan dilakukan terhadap badan dan tutup cangkang kapsul tersendiri. Sedangkan pengukuran volume hanya dilakukan terhadap badan cangkang kapsul, karena umumnya bahan obat hanya diisikan ke dalam badan cangkang kapsul sebelum ditutup dengan tutup kapsul. Dan air yang digunakan untuk mengukur volume cangkang kapsul hanya diisikan sampai meniskus atas air menyentuh ujung kapsul untuk mencegah kelebihan pembacaan volume cangkang kapsul dan cangkang kapsul alginat berwarna putih, seperti yang ditunjukkan Tabel 4.1.


(47)

Cangkang kapsul yang dibuat merupakan cangkang kapsul dengan ukuran 0. Hal ini bisa dilihat dari spesifikasi cangkang kapsul tanpa polimer dan dengan penambahan polimer pada Tabel 4.1- 4.5.

Tabel 4.1 Spesifikasi cangkang kapsul alginat tanpa polimer

No Spesifikasi Badan cangkang Tutup cangkang Cangkang kapsul keseluruhan

1 Panjang (mm) 18,45 11,4 21,42

2 Diameter (mm) 7,66 7,38 -

3 Volume (ml) 0,613 - -

4 Berat (mg) 76,2 69,9 145,8

5 Warna Putih Putih Putih

Tabel 4.2 Spesifikasi cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer PEG 1%

No Spesifikasi Badan cangkang Tutup cangkang Cangkang kapsul keseluruhan

1 Panjang (mm) 18,45 11,4 21,42

2 Diameter (mm) 7,66 7,38 -

3 Volume (ml) 0,613 - -

4 Berat (mg) 52 42 94

5 Warna Putih Putih Putih

Tabel 4.3 Spesifikasi cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer PEG 2%

No Spesifikasi Badan cangkang Tutup cangkang Cangkang kapsul keseluruhan


(48)

2 Diameter (mm) 7,66 7,38 -

3 Volume (ml) 0,613 - -

4 Berat (mg) 48 39,2 87

5 Warna Putih Putih Putih

Tabel 4.4 Spesifikasi cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer gelatin 5%

No Spesifikasi Badan cangkang Tutup cangkang Cangkang kapsul keseluruhan

1 Panjang (mm) 18,45 11,4 21,42

2 Diameter (mm) 7,66 7,38 -

3 Volume (ml) 0,613 - -

4 Berat (mg) 79,2 68,5 147,8

5 Warna Putih Putih Putih

Tabel 4.5 Spesifikasi cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer avicel 5%

No Spesifikasi Badan cangkang Tutup cangkang Cangkang kapsul keseluruhan

1 Panjang (mm) 18,45 11,4 21,42

2 Diameter (mm) 7,66 7,38 -

3 Volume (ml) 0,613 - -

4 Berat (mg) 78,6 71,3 150

5 Warna Putih Putih Putih

Tabel 4.6 Spesifikasi cangkang kapsul 0 menurut Shionogi qualicaps, 2002.


(49)

kapsul Panjang (mm) Diameter (mm) Panjang (mm) Diameter (mm) Kapsul Keseluruhan (mm)

0 18,60 7,36 10,90 7,66 21,80

Toleransi ±0,30 ±0,30 ±0,30 ±0,30 ±0,30

Tabel 4.7 Ketebalan cangkang kapsul alginat

Ketebalan tanpa polimer Ketebalan PEG 1% Ketebalan PEG 2% Ketebalan Avicel Ketebalan gelatin Badan Tutup Badan Tutup Badan Tutup Badan Tutup Badan Tutup

0,125 0,123 0,078 0,08 0,059 0,07 0,153 0,16 0,109 0,112

Penambahan polimer berpengaruh terhadap ketebalan cangkang kapsul alginat. Cangkang kapsul alginat lebih tipis dengan penambahn polimer PEG, cangkang kapsul alginat dengan penambahan gelatin sama dengan cangkang kapsul alginat tanpa polimer, sedangkan avicel cangkang kapsul alginat lebih tebal. PEG dapat menipiskan cangkang kapsul alginat kemungkinan karena PEG mengganggu pembentukan gel alginat, sedangkan avicel menebalkan cangkang kapsul alginat karena avicel tidak larut dalam air sehingga gel alginat tidak bercampur sempurna.


(50)

4.3Uji Kerapuhan

4.3.1 Cangkang kapsul kosong

Untuk uji kerapuhan ini, pada cangkang kapsul kosong dijatuhkan beban 50 g dari ketinggian 10 cm dimana beban 50 g ini diibaratkan sebagai tekanan yang terjadi saat membuka kemasan kapsul. Kapsul dikatakan rapuh apabila setelah dijatuhkan beban, cangkang kapsul retak atau pecah (Nagata, 2002). Kapsul akan rapuh jika kadar uap air yang dikandungnya sedikit. Sebaliknya jika kadar uap airnya terlalu banyak, kapsul cenderung akan melunak.

Uji kerapuhan untuk masing-masing 6 cangkang kapsul kosong pada berbagai formula kapsul tidak menunjukkan kerapuhan yang berarti, tetapi pipih pada lokasi tertentu. Dapat dilihat pada (Gambar 4.2-4.6).

(a) (b)

Gambar 4.2. Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp tanpa polimer)


(51)

(a) (b) Gambar 4.3. Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp +

PEG1%)

(a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan

(a) (b)

Gambar 4.4. Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp + PEG2%)

(a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan

(a) (b)

Gambar 4.5. Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp + gelatin 5%)


(52)

(a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan

(a) (b)

Gambar 4.6. Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp + Avicel 5%)

(a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan 4.3.2 Cangkang kapsul berisi (uji ketahanan terhadap tekanan)

Pada uji ini, cangkang kapsul yang telah diisi dengan amoxicilin ditekan dengan beban 2 kg (Nagata, 2002). Cangkang kapsul alginat disisi dengan amoksisilin dan beban 2 kg diibaratkan seperti tekanan yang mungkin terjadi selama proses pengisian sampai dengan pengemasan kapsul. Dalam sekali produksi, dapat dihasilkan beribu-ribu kapsul dimana kapsul yang telah diisi ini dapat tertekan oleh kapsul lainnya sebelum dimasukkan ke dalam kemasan. Akibatnya jika kapsul rapuh, maka isi kapsul dapat keluar.

Uji kerapuhan untuk masing-masing 6 cangkang kapsul berisi pada berbagai formula kapsul tidak menunjukkan kerapuhan yang berarti, tetapi pipih pada lokasi tertentu, tetapi hanya kapsul alginat dengan penambahan avicel yang mengalami kerapuhan. Dapat dilihat pada (Gambar 4.7- 4.11).


(53)

(a) (b) Gambar 4.7. Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp berisi (uji

ketahanan terhadap tekanan) (a=sebelum uji kerapuhan, b = sesudah uji kerapuhan (pipih pada lokasi tertentu)

(a) (b) Gambar 4.8. Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp + PEG 1% berisi (uji ketahanan terhadap tekanan) (a = sebelum uji kerapuhan, b = sesudah uji kerapuhan (pipih pada lokasi tertentu)


(54)

Gambar 4.9. Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp + PEG 2% berisi (uji ketahanan terhadap tekanan) (a = sebelum uji kerapuhan, b = sesudah uji kerapuhan (pipih pada lokasi tertentu)

(a)

(a) (b)

Gambar 4.10. Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp + gelatin 5% berisi (uji ketahanan terhadap tekanan) (a = sebelum uji kerapuhan, b = sesudah uji kerapuhan (pipih pada lokasi tertentu)

(a) (b)

Gambar 4.11. Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp + Avicel 5% berisi (uji ketahanan terhadap tekanan) (a = sebelum uji kerapuhan, b = sesudah uji kerapuhan (rapuh pada lokasi tertentu)

4.4Pengukuran Uji Pelepasan Amoksisilin dari Kapsul Alginat

4.4.1 Pengaruh penambahan PEG terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat.


(55)

Pengaruh pelepasan amoksisilin dalam kapsul alginat tanpa PEG dengan penambahan PEG 1% dan PEG 2% pada cairan lambung buatan pH 1,2 dapat dilihat pada (Gambar 4.12). Pada kapsul alginat dengan penambahan PEG menambah pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat. PEG 2% yang lebih cepat pelepasannya daripada PEG 1%.

Gambar 4.12 Pengaruh penambahan PEG terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat

Dari hasil pengamatan terlihat pelepasan kapsul amoksisilin pada cairan lambung buatan (pH 1,2) yaitu pada menit ke-180 menit mencapai 8,89 % untuk kapsul tanpa penambahan PEG sedangkan dengan penambahan PEG 1% pada menit 180 mencapai 22,38 % dan dengan penambahan PEG 2% pada menit ke-180 mencapai 56,96 %. Dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan penambahan polimer PEG tidak dapat digunakan untuk pelepasan segera, tetapi dengan


(56)

penambahan PEG dapat merubah sifat fisik dari kapsul alginat yaitu kapsulnya lebih kenyal, tipis dan tidak rapuh. Penambahan PEG pada cangkang kapsul alginat tidak dapat lebih tinggi dari 2% karena sifat hidrofiliknya PEG sehingga kapsul alginat tidak bisa lagi dicetak.

Pada hasil uji statistik, dengan penambahan PEG 1% dan PEG 2% pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) mulai dari waktu 10 menit menunjukkkan ada perbedaan pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat dimana F hitung > F tabel atau p < 0,05. Seperti yang terlihat pada lampiran 16 (hal. 88).

Sebuah studi interaksi antara natrium alginat, yaitu pengaruh polimer terhadap sifat fisik natrium alginat. Ditemukan bahwa dengan menambahkan PEG400 mengakibatkan peningkatan persen pelepasan obat dibandingkan dengan alginat tanpa plasticizer (Mitpracha, 2008).

4.4.2 Pengaruh penambahan gelatin terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat.

Pengaruh pelepasan amoksisilin dalam kapsul alginat dengan penambahan gelatin 5% pada medium lambung buatan pH 1,2 dapat dilihat pada (Gambar 4.13). Pada kapsul alginat dengan penambahan gelatin meningkatkan pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat.


(57)

Gambar 4.13 Pengaruh penambahan gelatin terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat.

Dari hasil pengamatan terlihat pelepasan kapsul amoksisilin pada cairan lambung buatan (pH 1,2) yaitu pada menit ke- 180 mencapai 8,89 % untuk kapsul tanpa penambahan gelatin sedangkan dengan penambahan gelatin 5% pada menit ke-180 sudah mencapai 55,94%.

Pada hasil uji statistik dengan penambahan gelatin 5% pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dari waktu 5 menit sampai dengan 210 menit menunjukkkan tidak ada perbedaan pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat, dimana p>0,05 atau F hitung < F tabel, sedangkan dari waktu 240 menit menunjukkan ada perbedaan pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat, dimana p < 0,05 atau F hitung > F tabel. Seperti yang terlihat pada lampiran 17 (hal. 109)

4.4.3 Pengaruh penambahan Avicel terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat.


(58)

Pengaruh pelepasan amoksisilin dalam kapsul alginat dengan penambahan Avicel 5% pada cairan lambung buatan pH 1,2 dapat dilihat pada (Gambar 4.14). Pada kapsul alginat dengan penambahan Avicel 5% sedikit menambah laju pelepasan amoksisilin tetapi tidak ada perbedaan secara statistik.

Gambar 4.14 Pengaruh penambahan Avicel terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat.

Dari hasil pengamatan terlihat pelepasan kapsul amoksisilin pada cairan lambung buatan (pH 1,2) yaitu pada menit ke-240 mencapai 13,25 % untuk kapsul tanpa penambahan Avicel sedangkan dengan penambahan Avicel 5% pada menit ke-240 mencapai 16,67 %.

Pada hasil uji statistik, dengan penambahan Avicel 5% pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) menunjukkkan tidak ada perbedaan pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat, dimana p > 0,05 atau F hitung < F tabel. Seperti yang terlihat pada lampiran 18 (hal. 124).

Dari hasil keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan polimer tidak dapat dihasilkan pelepasan segera, karena kadar yang diperoleh


(59)

tidak memenuhi syarat menurut USP XXX (2007), kadar tidak kurang dari 80% (Q) dalam waktu 90 menit. Penambahan polimer hanya berpengaruh terhadap ketebalan dan kerapuhan cangkang kapsul alginat. Polimer PEG cangkang kapsul alginat menjadi lebih tipis, gelatin tidak berpengaruh terhadap kapsul alginat, sedangkan avicel cangkang kapsul alginat menjadi lebih tebal. Cangkang kapsul alginat dengan penambahan Avicel yang mengalami kerapuhan.


(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengaruh penambahan polimer (polietilen glikol=PEG, gelatin dan Avicel) mempercepat pelepasan amoksisillin dari kapsul alginat, tetapi penambahan polimer tidak menghasilkan pelepasan segera (immediate release) dari kapsul alginat.

2. Cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer semua tidak mengalami kerapuhan kecuali kapsul alginat dengan penambahan polimer Avicel.

3. Penambahan polimer polietilen glikol (PEG) menghasilkan cangkang kapsul alginat lebih tipis, gelatin tidak menambah ketebalan sedangkan Avicel menambah ketebalan cangkang kapsul alginat.

4. Polimer yang lebih cepat pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat adalah PEG 2%.

5.2 Saran

Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk dapat melihat pengaruh polietilen glikol (PEG) terhadap sifat-sifat fisik lainya dari cangkang kapsul alginat seperti waktu hancur, permeabilitas uap air dan stabilitas cangkang kapsul alginat yang ditambahkan polietilen glikol.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abdou, M.H. (1989). Dissolution Bioavailability and Bioeqivalence. Easton, Pennsylvania (USA): Mack Printing company. page 115-116

Agoes, G. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi revisi dan perluasan. Bandung. Penerbit ITB. Halaman 59-65

Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta.: UI Press: 217-218

Bangun, H., Simanjuntak, M. T., Tarigan, P., Ismanelly, T. (2005). Pembuatan dan Karakterisasi Kapsul Alginat yang Tahan terhadap Asam Lambung.

Media Farmasi 13(1). Hal. 70-79

Chang, R.K., Raghavan, K.S. dan Hussain, M.A. (1998). A study on gelatin capsule brittleness: moisture tranfer between the capsule shell and its content.J Pharm Sci. May;87(5): 556-8

Chaplin,M.F.(2009).Alginate.Diambildari:http://www.lsbu.ac.uk/Alginate/hyalg.h

Tml

Craig, D.Q.M., 2002, The Mechanisms of Drug Release From Solid Dispersion in Water-Soluble Polymers, Int. J. Pharm., 231, 131-144

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 2, 3, 683, 1066, 1084, 1085, 1143, 1144

Gennaro, R.A., (2000). Remington: The Science and Practice of Pharmacy. 20th Edition. New York. Lippincott Williams & Wilkins. Hal. 886

Grasdalen, H., Larsen, B., and Smidsrod, O. (1979). The Inhibitor Effect of Liposom Encapsulated Indomethacin and Platelet Aggregation. J. Pharm Pharmacol. 40: Hal. 53-54

Gilman, A.G., Hardman, J.G., dan Limbird, L.E. (2011). The Pharmacological basis of Therapeutics. Edisi 9. Newyork: Pergamon Press. Hal. 1487-1488 Hidakaa, S. dan Liub, S.Y. (2003). Effects of gelatins on calcium phosphate


(62)

from porcine skin gelatin. Dalam: Lee, C. Y., Chen, G. L., Sheu, M. T., Liu, C. H., (2006). Physical Characterization and Drug Release Profilling for Hard Capsules Prepared with Hydroxypropylcellulose or Polyethylene Oxide. The Chinese Pharmaceutical Journal 58: 75-84

Kontny , M.J. dan Mulski, C.A. (1989). Gelatin capsule brittleness as a function of relative humidity at room temperature. Int J Pharm. 54: 79–85

Keenan TR, Gelatin. in Kroschwitz, J. (editor)Kirk-Othmer Encyclopedia of ChemicalTechnology, New York: Wiley, 1994: 406

Leuner, C. and Dressman, J., 2000, Improving drug solubility for oral delivery using solid dispersion, Eur. J. Pharm. Biopharm., 50, 47-60

Martin, A., Swarbrik, J., Cammarata, A. (1993). Dasar – dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik. Alih Bahasa Yoshita. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. hal. 924-950,1255

Maryatun, R., (2010). Optimasi Formula Tablet Dispersible Captropil dengan Kombinasi Bahan Penghancur STARLAC® dan Bahan Pengisi AVICEL pH 102®. Skripsi S-1 Sarjana Fakultas Farmasi. Surakarta: UMS. Mitpracha, Y. (2008). Effect of Plasticizer on Physicochemical Properties of

Alginate Film Containing Model Drug. A Thesis Submitted in Partial Fulfillment of The Requirements for The Degree of Master Of Science in Pharmacy (Pharmaceutics) faculty of Graduate Studies. Mahidol

University. Hal. 2,68

Nagata, S. (2002). Advantages to HPMC Capsules: A New Generation's, Pharm Tech.. Vol. 2 No. 2: 5-10

Podczeck, F., Jones, B.E., (2004), Pharmaceutical Capsules. Second Edition. Pharmaceutical Press. London. Hal. 18-19

Rao, M.V. (2006). Titanium Dioksida. Chemical and Technical Assessment. Hal. 1

Rowe, C.R., Sheskey, P.J., Weller, P,J. (2003). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Fourh Edition. Pharmaceutical Press. London. Hal. 652

Shargel, L. and Andrew, A. (1988). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Penerjemah: Fasich dan Siti Sjamsijah. Edisi kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 86-112

Stegeman, S., (2002). Hard Gelatin Capsules Today and Tomorrow. Capsugel Library. Hal. 5


(63)

Thom, D., Grant, G.T., Morris, E.R., and Ress, D.A. (1980). Characterisation of Cation Binding and Gelation of Polyuronates by Circular Dichroism.

Carbohydrate Research. 100: hal. 29-42

Winarno, F.G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Halaman 3-13, 171-197

United States Pharmacopoeia. (2007). The National Formulatory. 25th Edition.

The United States Pharmacopoeia Convention XXX. hal. 1403

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengukuran Viskositas Larutan Alginat

Kurva kalibrasi viskometer Thomas Stromer yang mengkonversikan satuan kecepatan dan berat alat penggerak menjadi viskositas

Jika t = 300 detik pada beban 100 g, maka viskositasnya = 850 cp (dari kurva kalibrasi alat yang mengkonversikan kcepatan dan berat alat penggerak menjadi viskositas ). Maka jika t larutan alginat =2171 detik, maka viskositasnya :


(64)

Lampiran 2. Penentuan Spesifikasi Cangkang Kapsul

1. Pengukuran panjang dan diameter cangkang kapsul alginat tanpa bahan polimer dan dengan penambahan polimer (khusus untuk panjang dan diameter sama)

No. Tutup Kapsul Badan Kapsul Panjang Cangkang Kapsul Keseluruhan (mm) Panjang (mm) Diameter (mm) Panjang (mm) Diameter (mm)

1 11,20 7,30 18,30 7,70 21,30

2 11,80 7,45 18,40 7,70 21,40

3 11,10 7,60 18,45 7,50 21,50

4 12,00 7,20 18,00 7,60 21,45

5 11,10 7,40 18,75 7,70 21,35

6 11,20 7,35 18,80 7,80 21,50

Rata-rata

11,4 7,38 18,45 7,66 21,42

2. Pengukuran ketebalan cangkang kapsul alginat 2.1 tanpa bahan polimer

A. Badan Cangkang Kapsul

No. Pengukuran Ketebalan (mm) Tebal Cangkang Kapsul Rata-Rata


(65)

Sentral Perimeter (mm)

1 2 3 4

1 0,13 0,12 0,11 0,11 0,16 0,13

2 0,14 0,15 0,13 0,17 0,11 0,14

3 0,10 0,15 0,09 0,10 0,11 0,11

4 0,13 0,15 0,11 0,10 0,11 0,12

5 0,12 0,09 0,13 0,14 0,17 0,13

6 0,14 0,12 0,09 0,14 0,11 0,12

Rata-rata

0,125

B. Tutup Cangkang Kapsul

No. Pengukuran Ketebalan (mm) Tebal Cangkang Kapsul Rata-Rata

(mm)

Sentral Perimeter

1 2 3 4

1 0,13 0,10 0,11 0,11 0,10 0,11

2 0,12 0,13 0,13 0,14 0,13 0,13

3 0,10 0,10 0,09 0,10 0,11 0,10

4 0,15 0,13 0,10 0,11 0,11 0,12

5 0,12 0,14 0,15 0,14 0,15 0,14

6 0,13 0,14 0,14 0,14 0,15 0,14

Rata-rata

0,123

2.2 Dengan penambahan PEG 1 % A. Badan Cangkang Kapsul


(66)

Sentral Perimeter Kapsul Rata-Rata (mm)

1 2 3 4

1 0,05 0,09 0,09 0,10 0,10 0,08

2 0,07 0,08 0,08 0,09 0,09 0,08

3 0,06 0,08 0,08 0,09 0,09 0,08

4 0,09 0,07 0,07 0,08 0,08 0,07

5 0,10 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09

6 0,08 0,07 0,07 0,08 0,08 0,07

Rata-rata

0,078

B. Tutup Cangkang Kapsul

No. Pengukuran Ketebalan (mm) Tebal Cangkang Kapsul

Rata-Rata (mm)

Sentral Perimeter

1 2 3 4

1 0,08 0,09 0,09 0,10 0,10 0,09

2 0,09 0,08 0,08 0,09 0,09 0,08

3 0,07 0,08 0,08 0,09 0,09 0,08

4 0,08 0,07 0,07 0,08 0,08 0,07

5 0,10 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09

6 0,09 0,07 0,07 0,08 0,08 0,078

Rata-rata

0,08

2.3 Dengan penambahan PEG 2% A. Badan Cangkang Kapsul


(67)

No. Pengukuran Ketebalan (mm) Tebal Cangkang Kapsul

Rata-Rata (mm)

Sentral Perimeter

1 2 3 4

1 0,05 0,07 0,06 0,05 0,06 0,058

2 0,06 0,06 0,06 0,07 0,07 0,064

3 0,06 0,07 0,07 0,08 0,08 0,072

4 0,07 0,06 0,06 0,05 0,05 0,058

5 0,08 0,07 0,07 0,09 0,09 0,094

6 0,07 0,06 0,06 0,08 0,08 0,07

Rata-rata

0,059

B. Tutup Cangkang Kapsul

No. Pengukuran Ketebalan (mm) Tebal

Cangkang Kapsul

Rata-Rata (mm)

Sentral Perimeter

1 2 3 4

1 0,07 0,07 0,06 0,05 0,06 0,062

2 0,06 0,06 0,06 0,07 0,07 0,064

3 0,08 0,07 0,07 0,08 0,08 0,076

4 0,07 0,06 0,06 0,05 0,05 0,058

5 0,09 0,07 0,07 0,09 0,09 0,096

6 0,06 0,06 0,06 0,08 0,08 0,068

Rata-rata

0,07


(68)

A. Badan Cangkang Kapsul

No. Pengukuran Ketebalan (mm) Tebal

Cangkang Kapsul

Rata-Rata (mm)

Sentral Perimeter

1 2 3 4

1 0,10 0,12 0,11 0,11 0,12 0,112

2 0,11 0,10 0,10 0,11 0,11 0,106

3 0,10 0,11 0,11 0,09 0,09 0,10

4 0,12 0,10 0,11 0,10 0,11 0,108

5 0,12 0,11 0,11 0,12 0,12 0,116

6 0,11 0,12 0,12 0,11 0,11 0,114

Rata-rata

0,109

B. Tutup Cangkang Kapsul

No. Pengukuran Ketebalan (mm) Tebal

Cangkang Kapsul

Rata-Rata (mm)

Sentral Perimeter

1 2 3 4

1 0,11 0,10 0,11 0,11 0,10 0,106

2 0,12 0,13 0,13 0,13 0,13 0,128

3 0,10 0,10 0,11 0,10 0,11 0,104

4 0,12 0,13 0,13 0,11 0,11 0,12

5 0,09 0,10 0,10 0,11 0,11 0,102

6 0,10 0,11 0,11 0,12 0,12 0,112

Rata-rata

0,112


(69)

A. Badan Cangkang Kapsul

No. Pengukuran Ketebalan (mm) Tebal

Cangkang Kapsul

Rata-Rata (mm)

Sentral Perimeter

1 2 3 4

1 0,15 0,14 0,14 0,15 0,15 0,146

2 0,14 0,15 0,15 0,13 0,13 0,14

3 0,16 0,17 0,17 0,16 0,16 0,164

4 0,17 0,17 0,17 0,18 0,18 0,174

5 0,15 0,14 0,14 0,16 0,16 0,15

6 0,14 0,15 0,13 0,14 0,15 0,142

Rata-rata

0,153

B. Tutup Cangkang Kapsul

No. Pengukuran Ketebalan (mm) Tebal

Cangkang Kapsul

Rata-Rata (mm)

Sentral Perimeter

1 2 3 4

1 0,17 0,17 0,16 0,17 0,16 0,16

2 0,18 0,17 0,17 0,19 0,19 0,18

3 0,16 0,15 0,15 0,16 0,16 0,15

4 0,15 0,14 0,14 0,16 0,16 0,15

5 0,17 0,18 0,18 0,16 0,16 0,17

6 0,18 0,19 0,19 0,18 0,18 0,18

Rata-rata

0,16


(70)

3.1 Berat Cangkang Kapsul tanpa polimer No. Berat tutup kapsul

(mg) Berat badan kapsul (mg) Berat cangkang kapsul keseluruhan (mg)

1 70 75 145

2 70 76 146

3 65 78 143

4 70 79 149

5 72 74 146

6 71 75 146

Rata-rata

145,8

3.2 Berat Cangkang Kapsul PEG 1% No. Berat tutup

kapsul (mg)

Berat badan kapsul (mg)

Berat cangkang kapsul keseluruhan (mg)

1 42 58 100

2 42 52 94

3 43 50 93

4 40 49 89

5 42 48 90

6 43 55 98

Rata-rata

94

3.3 Berat Cangkang Kapsul PEG 2% No. Berat tutup kapsul

(mg) Berat badan kapsul (mg) Berat cangkang kapsul keseluruhan (mg)


(71)

2 35 46 81

3 40 50 90

4 31 42 73

5 49 55 104

6 43 50 93

Rata-rata

87

3.4 Berat Cangkang Kapsul Gelatin 5% No. Berat tutup kapsul

(mg)

Berat badan kapsul (mg)

Berat cangkang kapsul keseluruhan (mg)

1 60 78 138

2 73 83 156

3 65 78 143

4 70 79 150

5 72 80 152

6 71 77 148

Rata-rata


(72)

3.5 Berat Cangkang Kapsul Avicel 5% No. Berat tutup kapsul

(mg)

Berat badan kapsul (mg)

Berat cangkang kapsul keseluruhan (mg)

1 75 79 154

2 75 82 157

3 67 78 145

4 69 79 148

5 72 78 150

6 70 76 146

Rata-rata

150

4. Pengukuran Volume Cangkang Kapsul (untuk semua formula kapsul sama) No. Volume Cangkang Kapsul (ml)

1 0,60

2 0,62

3 0,61

4 0,63


(73)

6 0,62

Rata-rata 0,613

Lampiran 3. Alat Pencetak Kapsul dan Lemari Pengering Kapsul a. Alat Pencetak Kapsul


(74)

Lampiran 4. Alat-Alat untuk Disolusi

a) Indikator pH meter b) pH meter

c)Termometer d) Alat disolusi


(75)

Lampiran 5. Alat Uji Kerapuhan 1. Cangkang Kapsul Kosong

Gambar alat uji kerapuhan untuk cangkang kapsul kosong, yang terdiri dari : a. Kotak akrilik dengan ukuran cm

b. Pipa plastik dengan diameter 3 cm dan tinggi 10 cm


(76)

Lampiran 5. lanjutan 2. Cangkang Kapsul Berisi

Gambar alat uji kerapuhan untuk cangkang kapsul berisi, yang terdiri dari : a. Kotak akrilik dengan ukuran cm


(77)

Lampiran 6. Alat Uji Viskositas Viskometer Thomas Stromer


(78)

Lampiran 7. Alat Uji Spesifikasi Kapsul a. Jangka sorong

b. Mikrometer


(79)

(80)

Grafik pengukuran kurva serapan amoksisilin dalam medium pH 1,2 pada konsentrasi 5 ppm (mcg/ml).

Lampiran 9. Pengukuran Kurva Kalibrasi Larutan Amoksisilin dengan Berbagai Konsentrasi pada Panjang Gelombang 229 nm dalam Medium pH 1,2.


(81)

Daftar tabel kalibrasi larutan amoksisilin dalam medium pH 1,2.

Konsentrasi (mcg/ml) Serapan (nm) / A

X Y

0 0,000

1 0,013

2 0,030

5 0,110

10 0,164

15 0,252

18 0,298

20 0,370

25 0,408

30 0,492

Grafik kurva kalibrasi larutan amoksisilin dengan berbagai konsentrasi pada panjang gelombang 229 nm dalam medium pH 1,2.


(82)

No. X Y XY X2 Y2

1 0 0,000 0,000 0,000 0,000

2 1 0,013 0,013 1,000 0,000169

3 2 0,030 0,060 4,000 0,0009

4. 5 0,110 0,550 25,00 0,0121

5. 10 0,164 1,640 100,0 0,026896

6. 15 0,252 3,780 225,0 0,063504

7. 18 0,298 5,364 324,0 0,088804

8. 20 0,370 7,400 400,0 0,1369

9. 25 0,408 10,20 625,0 0,166464

10. 30 0,492 14,76 900,0 0,242064

mean

12,6

2,137 0,2137

43,767 4,3767

2604 260,4

0,737801 0,0737801

0,01657


(83)

(84)

(85)

(86)

Lampiran 10. lanjutan

10b. Data % Kumulatif Rata-rata dan Standar Deviasi Disolusi Kapsul Alginat 80-120 cp

waktu %kumulatif 1 % kumulatif 2 % kumulatif 3 % kumulatif rata-rata

standar deviasi

5 0,68 0 1,27 0,65 0,63

10 1,16 0 1,64 0,93 0,84

20 1,22 1,21 2,71 1,71 0,86

30 1,73 1,96 3,22 2,30 0,80

45 2,95 2,31 4,55 3,27 1,15

60 4,37 2,79 5,20 4,12 1,22

90 4,59 2,99 6,73 4,77 1,87

120 6,35 3,53 7,12 5,67 1,89

150 8,44 3,69 7,99 6,71 2,61

180 10,91 6,65 9,13 8,89 2,13

210 12,50 8,39 11,09 10,66 2,08

240 14,53 12,95 12,26 13,25 1,16

270 16,10 15,11 12,66 14,63 1,77

300 18,17 17,65 14,48 16,76 1,99

330 18,80 21,09 16,03 18,64 2,53

360 20,50 24,81 17,05 20,79 3,88

390 22,30 28,62 18,93 23,29 4,91

420 24,99 32,60 20,76 26,12 6,00

450 26,73 40,57 21,88 29,73 9,69


(87)

(88)

(89)

(90)

Lampiran 11. lanjutan

11b. Data % Kumulatif Rata-rata dan Standar Deviasi Disolusi Kapsul Alginat 80-120 cp + PEG 1%

waktu %kumulatif 1

% kumulatif 2

% kumulatif 3 % kumulati rata-rata standar deviasi

5 0,50 0,34 0,50 0,45 0,08

10 0,56 1,51 2,83 1,63 1,14

20 0,69 1,54 4,17 2,13 1,81

30 2,15 2,42 6,06 3,54 2,18

45 2,34 4,15 8,02 4,83 2,90

60 4,55 7,05 9,05 6,88 2,25

90 8,54 9,11 11,83 9,83 1,75

120 11,80 12,91 12,95 12,55 0,65

150 17,11 15,81 15,96 16,29 0,71

180 24,35 21,37 21,42 22,38 1,70

210 30,81 28,14 27,21 28,72 1,87

240 36,23 34,64 31,48 34,12 2,42

270 44,93 45,22 44,96 45,04 0,15

300 55,11 50,89 53,89 53,30 2,17

330 69,46 61,65 61,69 64,26 4,49

360 80,10 73,65 73,69 75,81 3,71

390 88,21 81,07 81,11 83,46 4,10

420 95,00 88,48 88,42 90,63 3,78

450 103,59 95,44 95,48 95,46 4,69


(91)

(92)

(93)

(94)

Lampiran 12. lanjutan

12b. Data % Kumulatif Rata-rata dan Standar Deviasi Disolusi Kapsul Alginat 80-120 cp + PEG 2%

waktu %kumulatif 1 % kumulatif 2 % kumulatif 3 % kumulati rata-rata

standar deviasi

5 0,28 1,93 1,98 1,40 0,96

10 2,83 3,23 4,46 3,51 0,84

20 4,80 4,17 8,00 5,66 2,05

30 5,80 5,17 9,03 6,66 2,07

45 11,79 6,08 13,27 10,38 3,79

60 13,44 7,69 16,73 12,62 4,57

90 21,46 11,08 27,58 20,04 8,33

120 30,65 15,92 42,57 29,71 13,34

150 43,39 22,86 73,15 46,47 25,28

180 53,65 27,17 90,07 56,96 31,58

210 62,63 31,44 108,78 67,62 38,91

240 71,56 37,23 117,04 75,28 40,03

270 75,13 41,04 119,41 78,53 39,29

300 81,17 45,80 120,72 82,56 37,47

330 87,84 108,95 121,21 106,00 16,87

360 92,17 111,34 121,67 108,39 14,97

390 98,21 113,22 122,75 111,39 12,37

420 103,46 115,30 123,21 113,99 9,94

450 106,19 115,73 123,55 119,64 8,69


(95)

(96)

(97)

(98)

Lampiran 13. lanjutan

13b. Data % Kumulatif Rata-rata dan Standar Deviasi Disolusi Kapsul Alginat 80-120 cp + Gelatin 5%

waktu %kumulatif 1 % kumulatif 2 % kumulatif 3 % kumulatif rata-rata

standar deviasi

5 0,02 0,02 3,49 1,18 2,00

10 0,60 0,23 4,83 1,89 2,55

20 2,36 0,60 11,53 4,83 5,86

30 3,90 2,01 17,88 7,93 8,66

45 6,57 3,42 26,29 12,09 12,39

60 11,68 4,04 31,92 15,88 14,40

90 20,65 8,27 61,42 30,12 27,808

120 30,69 12,28 75,92 39,63 32,74

150 41,10 16,21 80,46 45,92 32,39

180 53,05 23,23 91,53 55,94 34,23

210 62,58 28,74 102,58 64,64 36,96

240 77,03 35,27 110,35 74,21 37,61

270 90,78 38,10 113,62 80,83 38,73

300 104,35 54,33 116,64 91,77 33,00

330 112,41 66,21 117,04 98,55 28,10

360 113,49 76,98 117,49 102,65 22,32

390 115,21 86,99 118,15 106,78 17,20

420 115,52 98,85 118,87 111,08 10,72

450 116,93 108,19 119,48 113,84 5,92


(1)

Ftabel : F0.05, 1,4= 7,71

Fhitung <Ftabel (1,203<7,71), Ho diterima. Jadi, tidak ada perbedaan profil disolusi

amoxicilin dalam kapsul alginat tanpa avicel dan dengan penambahan avicel 5%.


(2)

Ftabel : F0.05, 1,4= 7,71

Fhitung <Ftabel (1,269<7,71), Ho diterima. Jadi, tidak ada perbedaan profil disolusi


(3)

Ftabel : F0.05, 1,4= 7,71

Fhitung <Ftabel (1,174<7,71), Ho diterima. Jadi, tidak ada perbedaan profil disolusi

amoxicilin dalam kapsul alginat tanpa avicel dan dengan penambahan avicel 5%.


(4)

Ftabel : F0.05, 1,4= 7,71

Fhitung <Ftabel (1,160<7,71), Ho diterima. Jadi, tidak ada perbedaan profil disolusi


(5)

(6)