D. Manfaat Penulisan
Kegunaan atau manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang penulis lakukan ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis.
a. Hasil penulisan ini akan melahirkan beberapa konsep ilmiah yang pada
gilirannya akan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh pertanggungjawaban
kepala daerah dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
b. Sebagai bahan kajian bagi kalangan akademis untuk menambah wawasan
dalam bidang ilmu hukum, khususnya yang berkaitan dengan pertanggungjawaban kepala daerah dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah APBD. 2.
Secara Praktis. a.
Sebagai pedoman dan masukan bagi Lembaga Hukum, Institusi Pemerintah dan Penegak Hukum dikalangan masyarakat luas.
b. Sebagai bahan informasi bagi semua kalangan yang berkaitan dengan
penegakan dan pengembangan ilmu hukum.
E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, karya ilmiah ini menulis tentang “Pertanggungjawaban Kepala
Daerah Sebagai pelaksana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah APBD Dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Menurut UU No 32 Tahun
2004” adalah asli tulisan penulis sendiri, apabila ada karya ilmiah lain yang serupa mungkin hanya judul saja, sedangkan pendekatan yang digunakan untuk
menganalisis permasalahan jelas berbeda, maka penulis menuangkan tulisan ini berdasarkan literatur yang penulis peroleh dari perpustakaan dan analisis terhadap
UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah. Bila ternyata dikemudian hari ditemukan skripsi yang sama sebelum skripsi ini
di buat, penulis siap bertanggung jawab sepenuhnya untuk diuji.
F. Tinjauan Kepustakaan
Pertanggungjawaban kepala daerah adalah Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD yang selanjutnya disebut LKPJ adalah laporan yang berupa informasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah selama 1 satu tahun anggaran atau akhir masa jabatan yang disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD pasal 1 angka 9 Peraturan Pemerintahan
Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah
Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat. Sebagaimana kita
ketahui bersama bahwa penyampaian LKPJ Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan pelaksanaan dari amanat Undang Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah termuat dalam Pasal 27 Ayat 2 yang menyebutkan bahwa “Kepala Daerah mempunyai kewajiban untuk
memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, dan memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada DPRD serta
menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat”.
Selanjutnya sesuai pasal 184 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah Kota juga berkewajiban menyampaikan Raperda tentang Pertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada
DPRD berupa Laporan Keuangan setelah dilakukan audit oleh BPK. Laporan keuangan tersebut sekurang-kurangnya meliputi laporan realisasi APBD, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, dilampirkan dengan Laporan Keuangan BUMD, yang disusun sesuai Standar Akuntansi Pemerintah.
Pelaksanaan laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah secara teknis diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat. Peraturan Pemerintah inilah yang menjadi acuan dalam penyusunan
LKPJ. Amanat dari peraturan tersebut di atas menyatakan LKPJ Pemerintah Daerah
merupakan progress report pelaksanaan tugas atau laporan pencapaian kinerja
dalam satu tahun anggaran. Dalam perspektif amanah dan substansi
kepemerintahan, penyampaian progress report kepada DPRD, sekaligus
merefleksikan akuntabilitas bersama antara kelembagaan Pemerintah Daerah dan DPRD. Progress report pada DPRD sifatnya mengikat, karena progress report
merupakan bahan masukan bagi DPRD dalam rangka pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan pemda sebagai manifestasi dari fungsi kontrol yang dilakukan oleh DPRD. Progress report sangat penting oleh DPRD agar bisa
memberikan rekomendasi atau catatan-catatan strategis terhadap penyempurnaan kinerja pengelolaan pemerintahan, pembangunan, pelayanan dan pemberdayaan
masyarakat. Dengan LKPJ ini juga diharapkan dapat terwujud adanya akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan guna
mewujudkan tata pemerintahan yang baik good governance. Pertanggungjawaban kepala daerah dalam pengelolaan keuangan daerah, dapat
dikatakan tujuan umumnya adalah: 1.
Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan politik serta sebagai bukti
pertanggungjawaban accountability dan pengelolaan stewardship. 2.
Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional.
18
Secara khusus, tujuan pertanggungjawaban keuangan daerah oleh kepala daerah adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi keuangan guna menentukan dan memprediksi
aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek unit pemerintah.
2. Memberikan informasi keungan untuk menentukan dan memprediksi
kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya.
18
Soekarwo, Hukum Pengelolaan keuangan Daerah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Good Financial Governance, Surabaya: Airlangga University Press, 2005, hlm. 243.
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya
dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang disyaratkan.
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk
memprediksi pengaruh pemilikan dan pembelanjaan sumber daya ekonomi terhadap pencapaian tujuan operasioanl.
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional.
19
Yang dimaksud dengan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada pemerintahan yang selanjutnya disebut LPPD adalah laporan atas
penyelenggaraan pemerintah daerah selama 1 satu tahun anggaran berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD yang disampaikan oleh kepala
daerah kepada pemerintah pasal 1 angka 8 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dapat dianggap diterima apabila sampai dengan 1 satu bulan sejak penyerahan dokumen, penilaian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah belum
dapat diselesaikan, maka pertanggungjawaban ahkir tahun anggaran tersebut dianggap diterima. Apabila pertanggungjawaban kepala daerah terdapat
perbedaan yang nyata antara rencana dengan realisasi Anggaran Pendapatan dan
19
Ibid, hlm. 44.
Belanja Daerah yang merupakan penyimpangan yang alasannya tidak dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan tolak ukur RENSTRA, maka
pertanggungjawaban kepala daerah tersebut dapat ditolak. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD dapat diartikan sebagai
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah APBD adalah merupakan suatu
rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD, adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD.
20
a. Pendapatan Daerah;
Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:
b. Belanja Daerah;
c. Pembiayaan.
Sebagai satu kesatuan, dokumen APBD merupakan rangkuman seluruh jenis pendapatan, jenis belanja, dan sumber-sumber pembiayaannya.
21
Dari struktur APBD diatas ada kemungkinan surplus atau defisit. Surplus anggaran terjadi jika terdapat selisih lebih Pendapatan Daerah terhadap Belanja
Daerah. Sebaliknya defisit terjadi jika terdapat selisih kurang Pendapatan Daerah terhadap Belanja Daerah, sedangkan jumlah pembiayaan sama dengan jumlah
surplusdefisit anggaran.
22
20
Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah DI Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 239.
21
Ibid, hlm 240.
22
Ibid.
Didalam Penyusunan APBD terdapat formalitas yang perlu di perhatikan dalam penyusunan anggaran yang terdiri atas:
a. Transparansi dan akuntabilitas;
b. Disiplin anggaran;
c. Keadilan anggaran;
d. Efisiensi dan efektivitas anggaran;
e. Format anggaran.
23
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Kepala daerah dalam penyusunan Rancangan APBD RAPBD menetapkan prioritas dan plafon anggaran sebagai dasar penyusunan rencana kerja dan
anggaran satuan kerja RKASK perangkat daerah. Berdasarkan prioritas dan plafon anggaran tersebut kepala satuan kerja perangkat daerah menyusun
RKASK perangkat daerah dengan pendekatan prestasi kerja yang akan dicapai. RKSAK perangkat daerah disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan
daerah sebagai bahan penyusunan rancangan Perda tentang APBD tahun berikutnya.
24
Setiap perangkat Daerah yang mempunyai tugas memungut atau menerima Pendapatan Daerah wajib melaksanakan intensifikasi pemungutan pendapatan
tersebut adalah oranglembaga pada pemerintah Daerah yang bertanggungjawab kepada Daerah dan membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintah
yang terdiri atas sekertaris daerah dinas daerah dan lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan sesuai dengan kebutuhan Daerah.
23
Muhamad Djumhana, Pengantar Hukum Keuangan Daerah, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007, hlm.96.
24
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 87.
Pengguna Anggaran Daerah mengajukan Surat Permintaan Pembayaran untuk melaksanakan pengeluaran. Pembayaran yang membebani APBD dilakukan
dengan Surat Perintah Membayar. Surat Perintah Membayar merupakan dokumen APBD yang menjadi dasar untuk melakukan pembayaran atas beban APBD. Surat
Perintah Membayar ditetapkan oleh Bendahara Umum Daerah atau pejabat yang ditetapkan oleh Bendahara Umum Daerah. Bendahara Umum Daerah dapat
menetapkan pejabat yang melakukan tugas pembayaran atas dasar Surat Perintah Membayar.
25
1. Asas Desentralisasi.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah derah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan degan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah. Sedangkan yang dimaksud dengan pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati,
atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah. Adapun yang menjadi asas-asas dalam pelaksanaan otonomi daerah
sebagaimana dimaksud diatas adalah sebagai berikut:
Adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepala daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
25
Ahmad Yani, op.cit, hlm. 247.
Negara Kesatuan Republik Indonesia Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan daerah.
2. Asas Dekonsentrasi.
Adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintahan danatau kepada instansi vertikal
diwilayah tertentu Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
3. Tugas Pembantuan.
Adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah danatau desadari pemerintah provinsi kepada kabupatenkota danatau desa serta dari pemerintah
kabupatenkota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
G. Metode Penelitian