BAB III MEKANISME PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH APBD
A. Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
APBD Berdasarkan Prinsip Good Financial Governance GFG.
Pengelolaan keuangan daerah diera otonomi daerah perlu mendapatkan perhatian mendalam dan dikaji secara sungguh-sungguh. Masalah pengelolaan
keuangan daerah semakin memiliki aktualitas baru dan relevan untuk menjadi obyek kajian keilmuan. Dewasa ini terdapat kerancuan pemahaman bahwa
Pemerintahan Daerah PEMDA seringkali mempunyai persepsi bahwa pelaksanaan otonomi identik dengan .kewenangan . dan .keuangan. semata.
Terdapat persepsi yang keliru bila otonomi daerah hanya dihayati dan ditekankan pada upaya memperbesar Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
Pemerintah daerah cenderung mengedepankan upaya memperoleh dan memperbesar sumber-sumber keuangannya. Pemerintah Daerah terkesan rajin
membuat Peraturan Daerah Perda yang menyentuh semua sektor kehidupan masyarakat tanpa pertimbangan yang mendasar.
41
Munculnya keinginan banyak pihak untuk mempertimbangkan pembatalan Perda bermasalah akhir-akhir ini merupakan bukti nyata tentang kurangnya
pemahaman mengenai kebijakan-kebijakan tentang pengelolaan keuangan daerah. Kenyataan tersebut tidak selayaknya terjadi dalam suatu manajemen pemerintahan
yang baik menurut konsepsi good governance atau good financial governance
41
Soekarwo, Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Good Financial Governance, pdf. diakses tanggal 1 Maret 2011.
58
GFG. Pemikiran dasar good financial governance menghendaki suatu cara pengelolaan keuangan yang berpola Integrated financial management system
demi terciptanya fiscal sustainabiltiy. Hal ini merupakan tatalaksana pengelolaan keuangan negara yang sejalan dengan ritme modernitas financial management.
Pengelolaan keuangan daerah modern secara yuridis harus dituangkan dalam perangkat pengaturan kebijakan yang sesuai dengan prinsip-prinsip good financial
governance yang berupa keterbukaan transparency dan peranserta masyarakat public participation.
42
Dengan demikian, perlu dirumuskan suatu kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang berlandaskan pada prinsip keterbukaan, akuntabilitas tanggung
jawab, responsibilitas ketanggapsegeraan, dan peranserta masyarakat secara efektif dan efisien. Pengaturan kebijakan nasional maupun daerah yang mengatur
pengelolaan keuangan daerah seyogyanya diformulasikan sesuai makna good governance sebagai tema yang paling mengemuka dalam administrasi negara atau
administrasi publik birokrasi pemerintahan kontemporer. Dengan pengelolaan keuangan daerah yang bersendikan prinsip-prinsip dasar good financial
governance diharapkan tercipta suatu manajemen keuangan daerah yang terbuka dan partisipatoris serta memiliki akuntabilitas tinggi.
43
Dalam rangka menyiapkan Rancangan APBD, pemerintah daerah bersama- sama DPRD menyusun arah dan kebijakan umum APBD, diawali dengan
penjaringan aspirasi masyarakat, berpedoman pada Rencana Strategis Daerah Renstrada danatau dokumen perencanaan daerah lainnya yang ditetapkan
daerah, serta pokok-pokok kebijakan nasional di bidang keuangan daerah oleh
42
Ibid.
43
Ibid.
Menteri Dalam Negeri. Berdasarkan arah dan kebijakan umum APBD tersebut kepala daerah menyusun strategi dan prioritas APBD.
Arah dan kebijakan umum APBD serta strategi dan prioritas APBD ditetapkan oleh kepala daerah, sebagai pedoman bagi perangkat daerah dalam
menyusun usulan program, kegiatan, dan anggaran berdasarkan prinsip anggaran kinerja. Usulan program, kegiatan, dan anggaran setiap perangkat daerah
ditungkan dalam rencana anggaran satuan kerja RASK, yang disampaikan kepada satuan kerja yang bertanggungjawab menyusun anggaran untuk dibahas
dalam rangka penyusunan RAPBD dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan keuangan daerah.
44
a. Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja.
APBD yang disusun dengan pendekatan kinerja yang merupakan indikator danatau sasaran kinerja Pemerintah Daerah yang menjadi acuan Laporan
Pertanggungjawaban tentang kinerja Daerah. APBD memuat:
b. Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen
kegiatan yang bersangkutan. Pengembangan standar pelayanan dapat dilaksanakan secara bertahap dan harus dilakukan secara berkesinambungan.
c. Bagian pendapatan APBD yang membiayai belanja administrasi umum,
belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modalpembangunan.
45
Untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah, dikembangkan standar analisa belanja, tolak ukur kinerja dan standar biaya. Standar analisa
belanja adalah penilaian kewajiaban atas beban kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan. Tolak ukur kinerja adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap
44
Siswanto Sunarno, op.cit, hal. 93.
45
Ahmad Yani, op.cit, hal. 244.
unit organisasi perangkat Daerah dan standar biaya adalah harga satuan unit biaya yang berlaku bagi masing-masing daerah.
Proses penyusunan APBD dimulai dengan meyiapkan rancangan APBD. Untuk itu Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD menyusun arah kebijakan
umum APBD. Selanjutnya berdasarkan arah dan kebijakan umum APBD tersebut Pemerintah Daerah menyusun strategi dan prioritas APBD. Jika strategi dan
prioritas APBD telah disusun dan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan keuangan Daerah, Pemerintah Daerah menyiapkan rancangan APBD.
46
1. Masyarakat sebagai pemberi amanat sekaligus sebagai owner dan customer.
Dalam proses penyusunan APBD yang sevisi dengan “good financial governance” yang pertama-tama harus diperhatikan adalah memebentuk APBD
yang terasa demokratis dengan mengedepankan unsur peran serta masyarakat. Elemen masyarakat menjadi penting artinya dalam proses pembuatan APBD
disamping pemerintahan daerah dan DPRD dengan maksud untuk mempertajam substansi APBD sebagai perwujudan dari amanah rakyat kepada pemerintah
daerah dan DPRD dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diwakili sebagai subyek demokrasi dan kualitas pelayanannya kepada masyarakat, dimana
tampak jelas bahwa:
2. Pemerintah daerah dan DPRD dengan peran dan fungsinya masing-masing
hanya sebagai civil service.
47
Pada lingkup teoritik sebenarnya yang ditekankan adalah penetapan suatu mekanisme penyusunan APBD yang sejalan dengan prinsip-prinsip “good
financial governance”. Lazimnya untuk melakukan penyusunan APBD perlu
46
Ibid, hal. 245.
47
Soekarwo, op.cit, hlm.230.
penetapan ide dasar yang senantiasa ditungkan dalam pembuatan strategi dan prioritas penyusunan APBD. Dengan langkah dan upaya demikian diharapkan
dapat tercipta suatu APBD yang memiliki watak demokratis degan landasan hukum yang baik.
Pada tahapan penyusunan APBD, Pemerintah Daerah PEMDA berfungsi sebagai penyusun rancangan APBD yang diusulkan kepada DPRD untuk
mendapatkan persetujuan. Untuk itu maka mulai dari penyusunan rancangan APBD, Pemerintahn Daerah harus benar-benar serius menumbuhkan rasa saling
pengertian dan kepercayaan DPRD dalam menghadapi kendala-kendala yang juga sedang dan akan dihadapi oleh Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah harus
berperan aktif dan sungguh-sungguh dalam hal: 1.
Meneyerap informasi melaluai hasil penelitian dan dengar pendapat dengan DPRD maupun langsung dengan masyarakat tentang cara kegiatan yang akan
dilaksanankan oleh Pemerintah Daerah. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya pembebanan aspirasi kegiatan yang berlebihan atau tidak
proporsionalnya dan tidak mungkin dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, maka hendaknya juga menjelaskan secara transparan, bijak, dan dapat
dimengerti masyarakat tentang masalah dan kendala yang dihadapi oleh Pemerintah daerah.
2. Mengkoordinir satuan kerja teknis datau dinas-dinas terkait di bawahnya
untuk mempersiapkan usulan-usulan kegiatan dibidangnya. 3.
Menyiapkan bahan-bahan rancangan APBD untuk diusulkan kepada masyarakat melalui DPRD lengkap dengan sasaran alokasi anggaran biaya
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pengembangan tugas demikian membutuhkan langkah kerja yang memiliki nilai demokrasi maupun kesesuaian dengan konsepsi Good Governance.
48
1. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan keuangan daerah.
Selanjutnya setiap langkah dan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah membutuhkan peran dan legitimasi dari DPRD yang mendapat dukungan
dan kepercayaan penuh dari rakyat yang diwakilinya. Peran DPRD tersebut sangat dibutuhkan karena secara independen telah ikut membantu Pemerintah Daerah
untuk secara objektif melihat persoalan-persoalan yang melingkupi kinerja pengelolaan keuangan di Daerah. Pada tahap penyusunan APBD, Pemerintah
Daerah dan DPRD sebagai wakil rakyat diharapkan dapat cepat mengambil kesepakatan mengenai arah dan tujuan disusunnya suatu rancangan APBD.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusunan daerah adalah suatu yang esensial dalam tahapan organisasi sektor puublik khususnya
bagi pemerintah daerah. Tahapan penganggaran merupakan tahapan yang mempunyai arti dan peran penting dalam siklus pengelolaan keuangan daerah
dalam konteks kebijakan fiskal. APBD mempunyai peran penting dalam sistem pengelolaan keuangan daerah. Peran penting anggaran daerah biasanya yang
tertuang dalam APBD dapat dilihat berdasarkan fungsi utamanya, yaitu:
2. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian keuangan daerah.
3. Anggaran merupakan alat kebijakan fiskal yang digunakan untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. 4.
Anggaran digunakan sebagai alat politik yang digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dann kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut.
48
Ibid, hal. 231.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat koordinasi antar unit kerja dalam organisasi
pemerintahan daerah yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran. 6.
Anggaran merupakan alat evaluasi kinerja yang pada dasarnya merupakan wujud komitmen pemerintah daerah ekpada pemberi wewenang masyarakat
untuk melaksanakan kegiatan pemerrintahan dan pelayanan masyarakat. 7.
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajemen pemerintah daerah agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efesien dalam
mencapai target kinerja. 8.
Anggaran dapat juga digunakan sebagai alat untuk menciptakan uang publik public sphere. Dalam arti bahwa proses penyusunan anggaran harus
melibatkan seluas mungkin masyarakat. Akhirnya dapat dikatakan bahwa perencanaan anggaran daerah pada
hakekatnya berfungsi sebagai salah satu penentu kapabilitas dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah daerah.
Skema Alur pikir kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang berbasis prinsip-prinsip Good Financial Governance.
49
49
Ibid, hal. 201
Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Berbasis Good Financial Governance
Good Financial Governance
Dimensi Yuridis SosiologisEmpiris
Dimensi Yuridis Normatif
Realitas Normatif
UU Pemda UU Keuangan
Negara Dimensi Yuridis
SosiologisEmpiris Dimensi-
Dimensi Diluar
Kebijakan
Formulasi Konstruktif kebijakan Pengelolaan
Keuangan Daerah
Principles of Good Public Policy
Principles of Good Financial
Aspek Perangkat Kebijakan Aspek Kelembagaan
Aspek Instrumental Aspek Penegakan Kebijakan
Tujuan, Substasi Organ,
Sistematika Konstruktif
kebijakan Pengelolaan
Keuangan Daerah yang menjamin
Financial Sustainable
Responsibilitas
Demokratisasi
Akuntabilitas Publik
B. Mekanisne Pertanggungjawaban Kepala Daerah Dalam Pelaksanaan