Dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut:
Log Kons
t
= â + â
1
Log PDRB
t
+ â
2
Log PDRB
t-1
+ â
3
Log SB
t
+ â
4
Log Pop
t
+  µ
Di mana: Kons
t
= Pengeluaran konsumsi pada tahun t â
= Konstanta PDRB
t
= PDRB Riil pada tahun t tahun 1984-2007 PDRB
t-1
= PDRB riil pada tahun t-1 tahun 1984-2007 SB
t
= Tingkat Suku Bunga pada tahun t tahun 1984-2007 Pop
t
= Populasi Penduduk Sumut pada pada tahun t tahun 1984-2007 â
1
, â
2
, â
3
, â
4
= Koefisien regresi dari masing-masing variabel µ = error term
3.4. Metode Analisis
3.4.1. Distributed Lag Model
Untuk menguji pengaruh PDRB riil tahun
t
, PDRB riil tahun
t-1
, suku bunga, dan  jumlah  penduduk  terhadap  konsumsi  masyarakat  di  Sumatera  Utara  digunakan
analisis  Distributed  Lag.  Pada  analisis  regresi  data  time  series,  model  regresi  tidak hanya  mencakup  nilai  sekarang  dari  variabel  tersebut,  tetapi  juga  dapat  mencakup
nilai sebelumnya atau lagged Manurung, et.al, 2005. Pengaruh suatu variabel bebas atau penjelas dapat menyebar meliputi sejumlah periode waktu. Secara umum model
Distributed Lag dirumuskan pada persamaan:
Universitas Sumatera Utara
Y = á + â
1
X
t
+ â
2
X
t-1
+ â
3
X
t-2
+….+ âiX
t-n
+ µ ………….xvi Koefisien â
1
adalah angka pengganda jangka pendek atau short-run multiplier karena  menjelaskan  perubahan  nilai  sekarang  Y  akibat  perubahan  nilai  sekarang  X.
Jika  perubahan  X  sama  dengan  perubahan  sebelumnya  maka  â
1
+  â
2
adalah perubahan  nilai  rata-rata  Y  satu  periode  berikutnya  atau  disebut  angka  pengganda
antara atau interim or intermediate multiplier. Sesudah periode K, penjumlahan â0 + â1+…+ âi = â disebut angka pengganda jangka panjang atau long-run multiplier.
Penggunaan  model  Distributed  Lag  pada  penelitian  ini  karena  perilaku konsumsi  masyarakat  dalam  merespon  perubahan  pendapatan.  Kenaikan  pendapatan
tidak  serta  merta  dihabiskan  pada  periode  itu  untuk  konsumsi,  namun  juga  pada periode  berikutnya.  Kenaikan  pendapatan  dilihat  apakah  permanen  atau  sementara.
Masyarakat  umumnya  belajar  dari  pengalaman  mengkonsumsi  periode  sebelumnya karena  perubahan  harga  dan  pendapatan  tersebut  belum  tentu  permanen  atau
sementara.
3.4.2. Uji Stationary
Model  penelitian  ini  merupakan  model  yang  menganalisa  data  deret  waktu time series. Data deret waktu umumnya tidak stationer dan diperoleh melalui proses
random  walk.  Persamaan  regresi  yang  menggunakan  peubah-peubah  yang  non stasioner akan mengarah kepada hasil yang palsu spurious. Dalam mengembangkan
model deret waktu perlu dibuktikan apakah proses stokastik yang menghasilkan data tersebut dapat diasumsikan tidak bervariasi karena waktu, jika proses stokastik tetap
dari  waktu  ke  waktu,  yang  berarti  prosesnya  stationary,  maka  dapat  disusun  suatu
Universitas Sumatera Utara
model dengan persamaan  yang menghasilkan koefisien tetap  yang dapat  diduga dari data waktu yang lalu.
Uji akar unit dapat dipandang sebagai uji stasioneritas, karena pada intinya uji tersebut  untuk  mengamati  apakah  koefisien  tertentu  dari  model  otoregresi  yang
ditaksir  mempunyai  nilai  satu  atau  tidak.  Langkah  awal  yang  harus  dilakukan pengujian  ini  adalah  menaksir  model  otoregresi  dari  masing-masing  variabel  yang
akan  digunakan  dalam  penelitian  dengan  OLS.  Ada  beberapa  prosedur  untuk melakukan  uji  akar-akar  unit  namun  yang  banyak  digunakan  adalah  uji  Dickey-
Fuller  DF  dan  uji  Philips  Peron.  Uji  ADF  adalah  uji  yang  dikembangkan  oleh Dickey  Fuller  untuk  menyempurnakan  uji  DF  yang  sudah  ada  sebelumnya.  Dalam
prakteknya uji ADF inilah  yang seringkali digunakan untuk mendeteksi  apakah data stasioner atau tidak. Adapun formulasi uji ADF adalah sebagai berikut:
DYt= ao + a1 + Ó= k I 1b1 B1DYt ………….. ………..xvii DYt= co + c1T + C2 BYt + Ó=k I 1 d1B1DYt………… xviii
Notasi : DYt = Yt – Yt-1
BYt = Yt-1 T = trend waktu
Yt = Variabel yang diamati pada waktu t K = Besarnya waktu kelambanan yang dihitung dengan rumus
K = N13 dengan N adalah jumlah sampel.
Universitas Sumatera Utara
Langkah  selanjutnya  adalah  membandingkan  nilai  ADF  tabel  dengan  nilai ADF  statistik.  Nilai  ADF  ditunjukkan  oleh  nilai  t  pada  koefisien  regresi  DYt  pada
persamaan  1  dan  2.  Bila  data  yang  diamati  pada  uji  akar  unit  ternyata  tidak stationer,  maka  langkah  selanjutnya  adalah  melakukan  uji  derajat  integrasi.  Uji  ini
dilakukan untuk mengetahui pada derajat integrasi berapa data yang diamati stationer. Uji derajat integrasi ini mirip dengan uji akar unit. Untuk melakukan uji tersebut juga
dilakukan penaksiran model otoregresi dengan OLS. D2Yt =b0 + b1 BDYt + Ó= kI 1 f1B1D2Yt…………… xix
D2Yt = d0 + d1T + d2BDYt + Ó= k I 1h1B1D2Yt…… xx Di mana D2Yt = DYt – DYt-1, BDYt = DYt-1
Prosedur  untuk  menentukan  apakah  data  stasioner  atau  tidak  dengan  cara membandingkan  antara  nilai  ADF  dengan  nilai  kritis  distribusi  statistic  Mackinon.
Jika  nilai  absolut  statistik  ADF  lebih  besar  dari  nilai  kritisnya,  maka  data  yang diamati  menunjukkan  stasioner  dan  jika  sebaliknya  nilai  absolut  statistik  ADF  lebih
kecil  dari  nilai  kritisnya  maka  data  tidak  stasioner.  Hal  yang  krusial  dalam  uji  ADF adalah menentukan panjangnya kelambanan. Selain uji ADF dalam penelitian ini juga
menggunakan uji Philips Peron untuk menentukan akar unit dan derajat integrasi. Uji PP  memasukkan  unsur  autokorelasi  di  dalam  residual  dengan  memasukkan  variabel
independen berupa kelambanan diferensi. Philips Peron membuat uji akar unit dengan menggunakan  metode  statistik  non  parametrik  dalam  menjelaskan  kelambanan
diferensi  sebagaimana  uji  ADF.  Adapun  uji  akar  unit  dari  Philips  Peron  sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
DYt = ã Yt-1 + et………………. xxi DYt = ao + ãYt-1 + et ………….xxii
DYt = ao + a2T + ã Yt-1 + et…. xxiii Keterangan:
T adalah trend waktu Statistik distributif t tidak mengikuti statistik distribusi normal tetapi  mengikuti  distribusi  PP,  sedangkan  nilai  kritisnya  digunakan  nilai  kritis  yang
dikemukakan  oleh  Mackinon.  Sebagaimana  uji  ADF,  kita  juga  harus  menentukan apakah  tanpa  konstanta  dan  trend.  Berbeda  dengan  uji  ADF  dalam  menentukan
panjangnya  lag  uji  PP  menggunakan  truncation  lag  q  dari  Newey-West  Widarjono, 2005.
3.4.3. Multikolinearitas