fluktuasi pendapatan sementaranya, akibatnya masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan akan barang dan jasanya. Sehingga mereka harus melakukan dissaving
melalui lembaga keuangan. Pinjaman akan menjadi suatu hal penting untuk mencapai tingkat konsumsi yang diinginkan jika ternyata tingkat konsumsi lebih besar dari
sumber daya ekonomi yang tersedia saat ini. Walaupun kenyataannya bagi orang- orang yang rasional, pada akhirnya tinggi rendahnya tingkat bunga sangat
menentukan pola konsumsi yang dibiayai dari pinjaman.
4. Populasi penduduk
Koefisien regresi untuk populasi sebesar 0,897 mengandung arti bahwa peningkatan populasi sebesar 10 persen maka konsumsi di Sumatera Utara akan
meningkat 8,97 persen, Ceteris paribus. Hasil analisis menunjukkan bahwa populasi merupakan variabel penjelas di Sumatera Utara. Konsumsi meningkat secara tidak
signifikan. Kesejahteraan yang digambarkan melalui banyaknya barang dan jasa yang dikonsumsi, makin besar pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, makin tinggi
tahap kesejahteraan masyarakat. Penduduk Sumatera Utara terus bertambah, seiring dengan pertambahan ini, kebutuhan masyarakat atas barang dan jasa juga meningkat.
Namun dari data yang ada konsumsi masyarakat Sumut pernah mengalami degradasi yaitu pada pertengahan tahun 1997 sampai tahun 1998 karena krisis ekonomi. Meski
pencapaian kinerja perekonomian Sumatera Utara hingga triwulan III tahun 2006 cukup membaik namun masih dibayangi dengan kondisi ketenagakerjaan, gizi balita
dan tingkat kemiskinan penduduk yang belum menggembirakan. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional bulan Februari 2006 tingkat pengangguran terbuka
Universitas Sumatera Utara
TPT di Sumatera Utara sebesar 14,82 persen dan balita dengan gizi buruk pada tahun 2005 sebesar 10,45 persen dari jumlah balita yang ada. Sementara itu
diperkirakan persentase penduduk miskin di tahun 2006 mencapai sebesar 15,66 persen. Ditengarai tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan, pertambahan
penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap konsumsi baik secara kuantitas maupun kualitas. Artinya kesejahteraan yang diidamkan masih jauh dari realita,
Sumatera Utara perlu membuat suatu kebijakan mendasar yang berpihak pada rakyat kecil, agar pertumbuhan ekonomi di mana konsumsi sebagai salah satu komponen
pembentuknya juga dapat dinikmati. Pemerataan pendapatan dengan memberikan kesempatan yang lebih luas dan bermartabat bagi rakyat kecil, sehingga hasil yang
dicapai tidak bertumpuk pada sekelompok atau segolongan orang.
5. Elastisitas