berhadapan langsung dengan calon nasabah debitur. Sehingga seperti yang telah disinggung sebelumnya, mau tidak mau, calon nasabah yang hendak
mengajukan kredit , harus menyetujui segala syarat dan ketentuan yang telah diajukan oleh bank sebagai kreditur.
5.2. Akta Otentik
Akta otentik adalah surat atau tulisan yang sengaja dibuat dan ditandantangani, yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar
suatu hak untuk dijadikan sebagai alat bukti. Berdasarkan Pasal 1868 KUH Perdata, akta autentik berupa akta yang ditentukan oleh Undang-
undang, dibuat danatau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu, di tempat di mana akta dibuat.
Perjanjian kredit yang berbentuk akta autentik pada umumnya untuk pemberian kredit dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu
menengah atau panjang. Biasanya dikhususkan kepada kredit investasi, kredit modal kerja, kredit sindikasi lebih dari satu kreditur, dan lain-lain.
Dalam praktiknya, meskipun akta tersebut dibuat oleh danatau di hadapan notaris, namun segala syarat dan ketentuan yang terdapat dalam akta dibuat oleh
bank, kemudian diberikan kepada notaris ke dalam akta.
26
B. Perjanjian Kredit Sebagai Perjanjian Baku
26
Badriyah Harun, Op.Cit., hal. 38.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu standard contract. Standar kontrak merupakan perjanjian yang telah ditentukan
dan telah dituangkan dalam bentuk formulir. Kontrak ini telah ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi kuat terhadap ekonomi
lemah.
Munir Fuady mengartikan kontrak baku adalah : suatu kontrak yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam kontrak
tersebut, bahkan sering kali tersebut sudah tercetak boilerplace dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini
ketika kontrak tersebut ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu saja dengan sedikit atau tanpa
perubahan-perubahan dalam klausul-klausulnya, dimana pihak lain dalam kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan atau hanya sedikit
kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah klausul-klausul yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku
sangat berat sebelah. Pihak yang kepadanya disodorkan kontrak baku tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk bernegosiasi dan berada
hanya pada posisi take it or leave it . Dengan demikian, oleh hukum diragukan apakah benar-benar ada elemen kata sepakat yang merupakan
syarat sahnya kontrak dalam kontrak tersebut.
27
Mariam Darus Badrulzaman mengemukakan ciri-ciri perjanjian baku. Ciri perjanjian baku, yaitu :
28
1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi ekonominya kuat; 2. Masyarakat debitur sama sekali tidak ikut bersama-sama menentukan isi
perjanjian; 3. Terdorong oleh kebutuhannya debitur terpaksa menerima perjanjian itu;
27
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktik Buku Keempat, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003, hal.146.
28
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku Standaard, Perkembangannya di Indonesia, Bandung : Alumni, 1980.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Bentuk tertentu tertulis; 5. Dipersiapkan secara massal dan kolektif.
Sutan Remi Sjahdeini juga memberikan pengertian tentang perjanjian baku. Perjanjian baku adalah :
perjanjian yang hampir seluruh klausul-klausul yang dibakukan oleh pemakainya dan pihak lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk
merundingkan atau meminta perubahan. Yang belum dibakukan hanyalah beberapa hal saja, misalnya yang menyangkut jenis, harga, jumlah, warna,
tempat, dan beberapa hal lainnya yang spesifik dari objek yang diperjanjikan. Dengan kata lain yang dibakukan bukan formulir perjanjian
tersebut tetapi klausul-klausulnya. Oleh karena itu suatu perjanjian yang dibuat dengan akta notaris, bila dibuat oleh notaris dengan klausul-klausul
yang hanya mengambil alih saja klausul-klausul yang telah dibakukan oleh salah satu pihak, sedangkan pihak yang lain tidak mempunyai peluang
untuk merundingkan atau meminta perubahan atas klausul-klausul itu, maka perjanjian yang dibuat dengan akta notaris itu pun adalah juga
perjanjian baku.
29
Setelah mengetahui definisi-definisi perjanjian baku berdasarkan pendapat para sarjana, maka adapun jenis-jenis perjanjian baku tersebut adalah :
1. Perjanjian baku sepihak, yaitu perjanjian isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu.
2. Perjanjian baku timbal balik, yaitu perjanjian baku yang isinya ditentukan oleh kedua belah pihak majikan kreditur dan pihak buruh debitur. Secara formal
debitur ikut serta untuk menetapkan isi perjanjian tetapi secara materiil debitur hanya mengikat diri sebagai anggota serikat atau perkumpulan tersebut.
3. Perjanjian baku yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu perjanjian baku yang isinya ditentukan oleh pemerintah terhadap perbuatan-perbuatan hukum
tertentu, misalnya perjanjian yang mempunyai objek-objek atas tanah.
29
Sutan Remi Sjahdeini, Op.Cit., hal. 74.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan di notaris, yang konsepnya semula sudah
disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat yang meminta bantuan notaris
Beberapa pakar hukum menolak keberadaan perjanjian baku ini karena dinilai:
30
a. Kedudukan pengusaha dalam perjanjian baku sama seperti pembentuk undang-undang swasta atau legio particulure wetgever, karenanya
perjanjian baku bukan perjanjian; b. Perjanjian baku merupakan perjanjian paksa dwangcontract;
c. Negara-negara common law system menerapkan doktrin unconscionability. Doktrin unconscionability memberikan wewenang kepada perjanjian demi
menghindari hal-hal yang dirasakan sebagai bertentangan dengan hati nurani. Perjanjian dianggap meniadakan keadilan.
Sebaliknya beberapa pakar hukum menerima kehadiran perjanjian baku sebagai suatu perjanjian, hal ini karena:
31
a. Perjanjian baku diterima sebagai perjanjian berdasarkan fiksi adanya kemauan dan kepercayaan fictie van wil en vertrouwen yang
membangkitkan kepercayaan bahwa para pihak mengikatkan diri pada perjanjian itu;
30
Rachmadi Usman, Aspek., hal 265.
31
Ibid., hal. 266.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Setiap orang yang menandatangani perjanjian bertanggung jawab pada isi dan apa yang ditandatanganinya. Jika ada orang yang membubuhkan tanda
tangan pada formulir perjanjian baku, tanda tangan itu membangkitkan kepercayaan bahwa yang bertanda tangan mengetahui dan menghendaki
isi formulir
yang ditandatangani.
Tidak mungkin
sesseorang menandatangani apa yang tidak diketahui isinya;
c. Perjanjian baku mempunyai kekuatan mengikat, berdasarkan kebiasaan gebruk yang berlaku di lingkungan masyarakat dan lalu lintas
perdagangan. Keabsahan perjanjian baku terletak pada persetujuan kedua belah pihak
guna menunjang dan menjamin keberlangsungan usaha. Meskipun pada umumnya di dalam perjanjian baku terdapat syarat-syarat yang tidak setara antara pihak
yang telah mempersiapkan bank dengan pihak yang disodorkan nasabah- debitur, biasanya nasabah debitur menerimanya dengan segala konsekuensi yang
timbul di kemudian hari. Dengan sendirinya pihak yang telah mempersiapkan akan menuangkan sejumlah klausul yang menguntungkan dirinya dan membebani
pihak lain dengan kewajiban-kewajiban yang tidak setara.
32
C. Isi Perjanjian Kredit Bank