Berakhirnya Perjanjian Kredit TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT

kredit dan untuk seketika akan menagih semua utang beserta bunga dan biaya lainnya yang timbul. 10. Pilihan domisili forum hukum apabila terjadi pertikaian di dalam penyelesaian kredit antara bank dan nasabah penerima kredit; 11. Ketentuan mulai berlakunya perjanjian kredit dan penandatanganan perjanjian kredit.

D. Berakhirnya Perjanjian Kredit

Pasal 1319 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menetapkan semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat didalam bab ini dan bab yang lalu. Jadi perjanjian kredit yang merupakan perjanjian yang tidak dikenal di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, juga harus tunduk pada ketentuan- ketentuan umum yang termuat di dalam Buku II Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 42 Berakhirnya atau hapusnya perjanjian diterangkan oleh Pasal 1381 KUH Perdata bahwa hapusnya atau berakhirnya perjanjian disebabkan peristiwa- peristiwa sebagai berikut: 43 a. Karena pembayaran Pembayaran adalah kewajiban debitur secara sukarela untuk memenuhi perjanjian yang telah diadakan. Dengan adanya pembayaran oleh seorang 42 Rachmadi Usman, Aspek., hal. 84. 43 Sutarno, Op.Cit., hal, 84-90 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA debitur atau pihak yang berhutang berarti Debitur telah melakukan prestasi sesuai perjanjian. Dengan dilakukannya pembayaran oleh Debitur maka perjanjian kredithutang menjadi hapus atau berakhir. b. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan atau dalam bahasa Belanda dinamakan consignatie. Prestasi Debitur dengan melakukan pembayaran tunai yang diikuti dengan penitipan dapat mengakhiri atau menghapuskan perjanjian. Untuk menerangkan maksud kalimat ini perlu diberikan contoh, misalnya seorang Debitur bernama X memperoleh pinjaman dari Bank 5 juta rupiah dengan bunga 6 pertahun dan jangka waktu satu tahun. Sebelum jangka waktu berakhir Debitur memiliki uang yang cukup sehingga menawarkan kepada Kreditur untuk melunasi hutang pokok tersebut sebelum jangka waktu berakhir. Jika Kreditur menyetujui tawaran Debitur tersebut maka terjadilah pembayaran tunai yang mengakhiri perjanjian. Tetapi kalau Kreditur menolak tawaran tersebut maka Debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penitipan di Pengadilan Negeri. Ketentuan pembayaran tunai yang diikuti penitipan ini prosedurnya diatur dalam pasal 1404 sd 1412 KUH Perdata. Tetapi hanya berlaku untuk perjanjian yang prestasinya memberi barang-barang bergerak sedangkan untuk memberi barang tidak bergerak Undang-undang tidak mengatur. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Novasi atau pembaruan utang Novasi merupakan salah satu cara untuk menghapuskan atau mengakhiri suatu perjanjian. Novasi atau pembaruan utang adalah suatu perjanjian baru yang menghapuskan perjanjian lama dan pada saat yang sama memunculkan perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama. Pasal 1413 KUH Perdata menetapkan 3 tiga macam cara untuk terjadinya Novasi: 1 Novasi subyektif aktif adalah suatu perjanjian yang bertujuan menggantikan Kreditur lama dengan seorang Kreditur baru. Misalnya Bank A memberikan kredit atau pinjaman uang kepada seorang bernama Ali. Bank A sebagai Kreditur menjual piutangnya kepada B, maka disini terjadi pergantian Kreditur Bank A diganti Kreditur baru Bank B. Pergantian Kreditur dapat secara sepihak dilakukan Kreditur tanpa sepengetahuan Debitur. 2 Novasi subyektif pasif adalah suatu perjanjian yang bertujuan mengganti Debitur lama dengan Debitur baru dan membebaskan Debitur lama dari kewajibannya. Misalnya Bank A Kreditur memberikan kredit kepada seorang bernama PT. Ali debitur. Karena PT. Ali sebagai debitu tidak mampu melunasi hutangnya maka Bank A mengadakan perjanjian dengan PT. Tono untuk meneruskan kewajiban hutang Ali, dengan demikian PT. Tono berstatus sebagai Debitur baru menggantikan PT. Ali. PT. Ali sebagai Debitur lama dibebaskan Bank A dari hutangnya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3 Novasi obyektif suatu perjanjian antara Kreditur dengan Debitur untuk memperbaharui atau merubah obyek atau isi perjanjian. Pembaruan obyek perjanjian ini terjadi jika kewajiban prestasi tertentu dari Debitur diganti dengan prestasi lain. Misalnya kewajiban menyerahkan suatu barang diganti dengan menyerahkan uang. d. Kompensasi atau perjumpaan utang Kompensasi adalah perjumpaan dua utang, yang berupa benda-benda yang ditentukan menurut jenis generische ziken, yang dipunyai oleh dua orang atau pihak secara timbal balik, dimana masing-masing pihak berkedudukan baik sebagai kreditur maupun kreditur terhadap orang lain, sampai jumlah terkecil yang ada di antara kedua utang tersebut. 44 Untuk dapat dilakukan perjumpaan utang atau kompensasi pasal 1427 KUH Perdata memberikan syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu: 1 Kedua utang harus sama-sama mengenai utang atau barang yang dapat dihabiskan dari jenis dan kualitas yang sama. 2 Kedua utang seketika dapat ditetapkan besarnya atau jumlahnya dan seketika dapat ditagih. Kalau yang satu dapat ditagih sekarang sedangkan utang lainnya baru dapat satu bulan yang akan datang maka kedua utang itu tidak dapat diperjumpakan. e. Percampuran utang 44 Rachmadi Usman,Op.Cit., hal. 280. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Percampuran hutang terjadi apabila kedudukan Kreditur dan Debitur bersatu pada satu orang, maka demi hukum atau otomatis suatu percampuran utang terjadi dan perjanjian ini menjadi hapus atau berakhir. Contoh terjadinya pernikahan antara Kreditur dan Debitur dan ada persatuan harta pernikahan maka terjadi percampuran hutang. f. Pembebasan utang Pembebasan hutang adalah perbuatan hukum yang dilakukan Kreditur dengan menyatakan secara tegas tidak menuntut lagi pembayaran hutang dari Debitur. Artinya Kreditur memberitahukan secara lisan atau tertulis kepada Debitur bahwa Kreditur membebaskan kepada Debitur untuk tidak membayar lagi hutangnya. Jadi pembebasan hutang ini dapat dilakukan secara sepihak yang berupa pernyataan atau pemberitahuan tertulis kepada Debitur yang isinya Kreditur membebaskan hutangnya dan Debitur menerima pemberitahuan itu atau membalas surat Kreditur yang menyetujui pembebasan hutang tersebut. g. Musnahnya barang yang terhutang Apabila barang tertentu yang menjadi obyek perjanjian musnah, hilang, tidak dapat lagi diperdagangkan, sehingga barang itu tidak diketahui lagi apakah barang itu masih ada atau tidak maka perjanjian menjadi hapus asal musnahnya barang, hilangnya barang bukan kesalahan Debitur dan sebelum Debitur lalai menyerahkan barangnya kepada Kreditur. Apabila Debitur dibebaskan untuk memenuhi perjanjian yang disebabkan peristiwa musnahnya atau hilangnya barang, namun jika Debitur mempunyai UNIVERSITAS SUMATERA UTARA hak-hak berkaitan dengan barang yang musnah atau hilang, misalnya hak asuransi atas barang tersebut maka Debitur diwajibkan menyerahkan kepada Kreditur. h. Pembatalan perjanjian Jika syarat subyektif Sepakat dan Cakap tidak dipenuhi maka perjanjian itu dapat dibatalkan artinya para pihak dapat menggunakan hak untuk membatalkan atau tidak menggunakan hak untuk membatalkan. Bila syarat obyektif obyek tertentu dan sebab yang halal tidak dipenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum artinya perjanjian itu sejak semula dianggap tidak pernah ada jadi tidak ada perikatan hukum yang dilahirkan. Meskipun syarat-syarat subyektif dan syarat obyektif dalam perjanjian telah dipenuhi, perjanjian juga dapat dibatalkan oleh salah satu pihak jika salah satu pihak dalam perjanjian tersebut melakukan wanprestasi Pasal 1266 KUH Perdata. Akibat hukum suatu perjanjian dibatalkan karena syarat subyektif dan syarat obyektif dalam perjanjian tidak dipenuhi atau karena dibatalkan salah satu pihak karena wanprestasi yaitu: i. Hak dan kewajiban para pihak kembali kepada keadaan semula sebelum adanya perjanjian ii. Para pihak harus mengembalikan hak-hak yang telah dinikmati misalnya Debitur yang telah menerima uang pinjaman maka Debitur segera mengembalikan sebesar uang yang diterimanya. Pembeli yang telah menerima barangnya segera mengembalikan barangnya. Penjual yang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA telah menerima pembayaran segera mengembalikan uang Pasal 1451 dan Pasal 1452 KUH Perdata. i. Berlakunya suatu syarat batal Perikatan bersyarat adalah suatu perikatan yang lahirnya atau berakhirnya digantungkan pada suatu peristiwa yang akan datang dan peristiwa itu masih belum tentu terjadi. Suatu perikatan yang lahirnya digantungkan dengan terjadinya suatu peristiwa dinamakan perikatan dengan syarat tangguh. Apabila syarat batal dipenuhi maka akan menghentikan perjanjian itu dan membawa kembali kepada keadaan semula seolah-olah tidak pernah ada perjanjian, akibatnya semua pihak dalam perjanjian itu harus mengembalikan ke dalam keadaan semula. Misalnya, seorang yang berutang telah menerima uangnya, dan Kreditur menerima jaminannya, maka si berutang harus mengembalikan hutangnya dan Kreditur memberikan dokumen jaminannya pasal 1265 KUH Perdata. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III HUBUNGAN HUKUM BANK DENGAN NASABAH